Inevitable Fate [Indonesia]

Waktunya Kembali ke Jepang



Waktunya Kembali ke Jepang

0Reiko sungguh tidak menduga bahwa River dan Raven sudah berada di rumah sementara dia pagi itu.     
0

"Kalian! Ya ampun, ini sungguh mengagetkan!" Wajah Reiko mendadak saja cerah. Kalau tidak ingat dia sedang menggendong Rui, mungkin dia sudah berlari memeluk River dan mengangkat tubuh Raven.     

"He he …." River tersenyum meringis.     

"Pasti ini ada hubungannya dengan Ryuu, ya kan?" Reiko memiliki kecurigaan itu. Pantas saja suaminya terlihat santai kemarin ketika dia bingung menentukan hendak pergi atau tidak dan sang suami malah menyarankan untuk tidak perlu pergi saja kalau tak yakin 100 persen.     

Rupanya ini! Nathan Ryuu sudah mempersiapkan kejutan semacam ini untuk dia! Nakal sekali tuan suami satu itu! Selalu penuh kejutan menyenangkan.     

"Ha ha ha, aku harus jawab apa untuk pertanyaan Auntie ini, yah?" River tergelak kecil.     

Dari sana, Reiko semakin yakin suaminya yang membuat kedua bocah itu hadir di rumahnya.     

"Raven sayank, kemarilah, lihat ini, ada adik bayi!" Reiko berkata pada Raven yang malu-malu seperti biasanya.     

Reiko menikmati acara bersama River dan Raven dengan hati gembira. Apalagi saat dia memperkenalkan Rui pada kedua bocah cilik itu.     

River yang pandai beradaptasi, dengan mudah bermain dengan Rui, mengajaknya bicara apa saja sambil sesekali akan bercanda. Reiko kagum dengan kemampuan bocah itu dalam berceloteh.     

Sedangkan Raven pendiam seperti biasanya dan harus sering ditanya agar bicara.     

River juga langsung lengket dengan Bu Zein. Beliau sampai terharu dengan tingkah manis bocah itu.     

"Aku tak sabar Rui tumbuh seperti dia." Demikian Bu Zein berkata sambil tertawa senang saat mengobrol dengan River sambil menoleh ke Reiko dan Nathan Ryuu.     

Hari itu kedua bocah benar-benar membawa kecerahan tersendiri untuk Reiko dan Bu Zein serta Nathan Ryuu.     

Sayang sekali mereka tidak bisa menginap karena besok akan kembali ke sekolah.     

Nathan Ryuu akan mengantar mereka kembali ke kotanya sebagai tanda bertanggung jawab.     

"Hati-hati kalian semua di jalan, Ryuu. Jaga diri kalian dengan baik." Reiko berkata sebelum mobil mahal suaminya meluncur keluar dari rumah.     

"Dadah, Auntie cantik, Adik Rui, Oma Zein!" River melambaikan tangan dengan riang.     

Raven hanya diam saja sambil terus menatap ke Reiko yang menggendong Rui dan Bu Zein yang terus melambaikan tangan sambil memberikan nasehat ini dan itu.     

Ketika mobil benar-benar meninggalkan rumah, Reiko bertatapan dengan Bu Zein.     

"Mereka anak-anak yang baik, sangat manis dan menyenangkan." Bu Zein memuji keduanya.     

"Iya, Nenek. Aku setuju akan itu." Reiko mengangguk sembari tersenyum.     

Sementara itu, di mobil, Nathan Ryuu duduk di kabin tengah bersama kedua bocah. Dia mengobrol asyik dengan River karena bocah itu pandai mengimbangi obrolan dengan wawasan luasnya.     

Hingga di setengah perjalanan, River membuka topik obrolan baru. "Yuu, apa kau sudah tahu, SMP nanti, aku harus kembali ke Hong Kong. Opa menginginkan begitu."     

Nathan Ryuu menatap wajah River di ujung lain kabin. "Itu sungguh-sungguh tidak bisa dinegosiasi lagi, Yiv?"     

"Ya, Opa sudah memutuskannya dengan tegas." River tersenyum masam seakan dia tidak menginginkan hal itu terjadi. "Aku harus meninggalkan adikku satu ini." Kali ini, River menggunakan bahasa Kanton agar tidak dipahami Raven.     

Beruntung saja Nathan Ryuu mengerti bahasa Kanton, dan menyahut, "Opa. Kau sudah menyebut dia Opa. Apakah yang kau maksud adalah Opa Benetton?"     

"Ya, benar, Opa Ben." River menatap Nathan Ryuu.     

Wajah Nathan Ryuu menjadi rumit. Bukankah dengan panggilan seperti, menandakan River sudah mengetahui siapa sebenarnya ayah dan ibunya? "Yiv, berarti kau …."     

"Ya, aku sudah tahu sejak lama kalau mom dan dadda adalah orang tuaku. Dadda Vin. Tak heran aku sejak kecil diminta memanggil begitu kepadanya." River kemudian mengulum senyumnya. "Aku mengetahui antara mereka ada sesuatu semenjak aku tinggal di Singapura dengan mereka tahun itu."     

Ingatan River segera meluncur mengenai kehidupan penuh golak dia bersama Ruby dan Vince Hong ketika di Singapura, mengalami berbagai insiden di sana, sekaligus menjadikannya tahu siapa sebenarnya orang tua dia.     

Ingin sekali Nathan Ryuu memeluk bocah itu. Pasti ini semua berat bagi River untuk dijalani. Membayangkan bocah cilik seperti River harus mengetahui berbagai hal berat, itu pasti tidak mudah.     

Benetton Hong atau Ben Hong menikah dengan Ruby—mantan istri Nathan Ryuu sebelum Reiko—namun ternyata Ruby hamil dengan anak kandung Ben Hong, Vince.     

Ruby adalah istri kedua Ben Hong namun dia justru merajut asmara dengan anak suaminya, atau anak tiri dia, Vince Hong.     

Percintaan antara mereka sungguh pelik dan penuh dengan lonjakan bagaikan permainan roller coaster. Nathan Ryuu yakin tidak akan mudah bagi River sekecil itu menerima semua kenyataan.     

Mental River sungguh baja. Nathan Ryuu kagum akan itu.     

Karena ada Raven di antara mereka, Nathan Ryuu hanya bisa mengusap puncak kepala River sambil berkata, "Kau bocah luar biasa mengagumkan, Yiv."     

"Kau juga lelaki luar biasa tabah, Yuu." River menjawab sembari tersenyum ke Nathan Ryuu. "Kau merelakan mom dengan dada, aku tahu itu."     

Nathan Ryuu terkekeh, mengingat akan masa lalu dia dengan Ruby. "Tapi aku tidak menyesali pernah menjadi pasangan mommy kamu, Yiv."     

"Terima kasih untuk kebesaran hatimu itu, Yuu. Kau memang terbaik." River mengacungkan ibu jarinya ke Nathan Ryuu, orang yang pernah di anggap sebagai papa dulunya.     

"Oh ya? Mana yang lebih baik, aku atau dadaa kamu?" goda Nathan Ryuu.     

"Kalian terbaik dalam aspek kalian masing-masing." Demikian River menjawab secara diplomatis. Hal ini membuat Nathan Ryuu melepas tawa kerasnya.     

Kemudian, Nathan Ryuu beralih mengobrol dengan Raven meski itu cukup sulit, mengingat bahwa Raven bocah pendiam dan tertutup. Benar-benar butuh kemampuan memgajak berbicara level tinggi untuk mengatasi Raven.     

Tapi River turut membantu agar Raven tidak terlalu diam dan abai.     

Saat hari menjelang tengah malam, Nathan Ryuu sudah tiba di rumah. Reiko lega luar biasa mendapati suaminya baik-baik saja ketika pulang.     

-0—00—0-     

Tak terasa, mereka sudah menjalani kehidupan selama berbulan-bulan di Indonesia. Rui juga sudah mulai berusia 5 bulan. Dia montok dan menggemaskan, juga aktif.     

Dengan begitu, rasanya sudah aman saja bagi bocah itu bila mereka kembali ke Jepang. Apalagi, lagu untuk karir solo Reiko sudah siap. Nyonya Revka tak sabar ingin Reiko segera masuk ke dapur rekamannya.     

Kini, di rumah sementara Nathan Ryuu, Reiko mengundang Pak Zein dan saudara dia untuk membicarakan mengenai itu.     

"Kakek, Pakdhe dan Budhe serta sepupu aku semuanya, aku dan rombonganku harus kembali ke Jepang sebentar lagi. Usia Rui sudah cukup untuk menjalani perjalanan jauh." Reiko mengumpulkan mereka di ruang tengah yang luas.     

Di sana, hadir Pak Zein, Stanley, Nanik beserta suami dan Yovia. Bahkan atas kegigihan Bu Zein, anak Pak Zein yang tinggal di Surabaya bersedia datang bersama istri dan anak mereka.     

Beruntungnya saudara dari Surabaya itu tidak sepahit keluarga Stanley. Mereka semua ramah dan menerima Reiko dengan baik, tak ingin memiliki drama dengan Reiko dan suaminya.     

"Aku memiliki pengumuman mengenai ini juga." Bu Zein berkata. "Aku ingin ikut mereka ke Jepang."     

Ucapan Beliau sontak saja membuat kaget keluarga besarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.