Inevitable Fate [Indonesia]

Penyanyi Solo



Penyanyi Solo

0Mata Reiko membelalak lebar mendengar ucapan suaminya. "Dari Nyonya Revka?" Karena ingin melihat sendiri, maka Reiko pergi ke ruang kerja suaminya untuk melihat sendiri surel dari Nyonya Revka.     
0

Nathan Ryuu mengambil alih Rui yang sedang rebah dan bermain sendiri di ranjang orang tuanya. "Jagoan Papa … cepat besar, yah! Nanti kalau sudah besar, pilihlah perempuan seperti mamamu, yang tidak banyak tingkah, yang baik, dan …." Dia mendekat ke telinga Rui dan berbisik, "… yang seksi, he he he …."     

Setelah melihat Reiko datang lagi ke kamar, Nathan Ryuu mengerlingkan satu mata ke putranya seakan antara mereka sudah terjalin kerja sama.     

"Bagaimana, sayank?" tanya Nathan Ryuu sembari membiarkan Rui memainkan ibu jarinya untuk digenggam dan digoyang-goyangkan.     

"Iya, ternyata dari Nyonya Revka." Reiko masih belum bisa tenang, wajahnya menyiratkan keterkejutan yang belum hilang. Senyumnya antara ragu dan kaget. Dia mengusap dahinya sehingga poni di sana tersingkir, lalu berkata, "Ryuu, apa yang harus aku lakukan?"     

"Lakukan seperti yang hatimu katakan." Nathan Ryuu tersenyum usai menjawab. Tadinya, dia hendak berkata sesuatu yang berbeda, namun ketika dia melihat respon terkejut dan menangkap juga respon senang Reiko, Onodera itu segera mengganti ucapannya.     

Ya, Nathan Ryuu bisa melihat sekelumit kegembiraan dan harapan di mata Reiko. Sebagai suami yang sudah bersama Reiko dan memahami istrinya, dia tahu, Reiko pasti ingin mengiyakan tawaran Nyonya Revka.     

Hati Reiko berdebar-debar. Menjadi penyanyi solo. Nyonya Revka menawarinya menjadi penyanyi solo!     

Ini artinya … Reiko bisa bernyanyi lagi, bisa berkarya lagi, bisa memberikan sesuatu yang indah untuk penggemarnya.     

Karena suka cita di hatinya, Reiko sampai terus tersenyum saat memandikan Rui.     

Nathan Ryuu tentu saja menangkap ekspresi itu dan lega bahwa dia mengganti ucapannya di detik-detik akhir. Meski dia kurang setuju bila istrinya kembali ke dunia hiburan, namun apabila itu membahagiakan untuk Reiko, maka dia sebagai suami, dia layak mendukung apapun yang baik bagi sang istri.     

Ada syair lagu yang dulu kerap direnungkan Nathan Ryuu mengenai wanita: Untuk mencintai wanita, untuk memahaminya, kau harus menyelam sampai mendalam pada dirinya, mendengarkan pemikirannya, melihat mimpinya, dan memberinya sayap ketika dia ingin terbang.     

Lagu itulah yang kerap dijadikan pedoman, panduan bagi Nathan Ryuu dalam memperlakukan wanita yang dia kasihi. Itulah kenapa dia tidak memaksa Ruby tetap di sisinya ketika wanita itu lebih memilih lelaki lain, Vince Hong.     

Melepaskan Ruby adalah bentuk rasa cintanya paling tinggi terhadap wanita itu sebelum akhirnya dia mencari cinta baru dan menemukannya pada Reiko.     

-0—00—0-     

Akhirnya, Reiko membalas surel Nyonya Revka melalui Nathan Ryuu, bahwa dia bersedia menerima tawaran Beliau menjadi penyanyi solo.     

Kemudian, setelah mendapatkan jawaban dari Reiko, Nyonya Revka melakukan video call pada mantan artisnya. "Reiko-chan, apa kabarmu, sweetie?"     

"Nyonya Revka!" Reiko segera memberikan bungkukan ojigi sambil duduk tegak dan sopan, seakan sedang menghadapi bosnya. "Saya baik-baik saja, semoga Anda juga demikian."     

"Ya, aku memang baik-baik saja, hanya merasa agak rindu padamu, Reiko. Ternyata terasa sepi tanpa kau di sini." Nyonya Revka menggombal untuk mencairkan suasana. "Tak perlu setegang itu di depanku, Rei-chan."     

"I-Iya! Baik, Nyonya." Reiko mengangguk tegas.     

"Reiko, kapan kau kembali ke Jepang?"     

"Itu … ketika putra saya mencapai usia 5 atau 6 bulan, Nyonya."     

"Berapa usianya sekarang?"     

"Rui sudah sekitar 3 bulan."     

"Terlalu lama …." Nyonya Revka mengerang. "Bagaimana jika 4 bulan? Bulan depan?"     

Reiko hendak mengatakan sesuatu tapi Nyonya Revka lebih dulu bertutur, "Ahh, aku lupa … aku dan tim belum mempersiapkan lagu untukmu! Ha ha ha!"     

Reiko melongo sebentar dan ikut tertawa sopan saja merespon tawa lepas Nyonya Revka.     

-0—00—0-     

Berita mengenai Reiko akan kembali ke agensi Nyonya Revka menimbulkan kegemparan di antara penggemarnya. Mereka terkejut bukan main.     

Entah, siapa yang membocorkan itu. Dari pihak Reiko tentunya tidak mungkin.     

Ada 2 kubu yang muncul karena itu; yang mendukung dan yang tidak mendukung.     

"Rhea, aku sungguh menantikan lagu-lagumu!"     

"Rhea-chan, kenapa harus kembali ke sana? Tempat itu buruk untukmu, sungguh!"     

"Rhea, tak usah kembali ke G&G, kau dulu tidak dibela dengan baik oleh mereka, untuk apa sekarang justru membantu mereka meraup uang lagi?"     

"Hei, sebagai penggemar Reiko, bukankah kita harus bersatu mendukung dia? Jangan malah meruntuhkan perasaan dan semangatnya!"     

"Benar! Jangan jadi penghalang ketika Rhea kita hendak berkarya! Ayo, dukung Rhea kembali bernyanyi! Kita harusnya merayakan ini! Rhea akan kembali!"     

Reiko membaca satu demi satu komentar mengenai itu dan dia terharu sampai menangis, tak percaya dia masih saja didukung dan dinanti kembali ke panggung oleh para penggemarnya.     

"Sayank, kita sudah hampir kembali ke Jepang, ya kan?" Nathan Ryuu merengkuh sang istri dalam pelukannya saat di tempat tidur sembari membiarkan istrinya membaca komentar warganet mengenai postingan-postingan yang berkaitan dengan Reiko.     

Reiko menoleh ke suaminya, mengangguk. Lalu bicara, "Ada apa, Ryuu?"     

"Bagaimana kalau besok atau akhir pekan, kita pergi refreshing?" Nathan Ryuu mengerling penuh makna. "Mumpung kita masih di Indonesia."     

"Ehh? Ke mana?" Reiko melebarkan matanya sembari menaruh ponsel di samping tubuh.     

"Masih ingat akan niatku beberapa waktu lalu, bahwa aku ingin mengunjungi River dan Raven."     

"Ohh ya, benar!" Reiko kembali mengingat akan itu. "Ayo kita mengunjungi mereka!"     

Nathan Ryuu mengangguk.     

-0—00—0-     

"Nenek, apa Nenek yakin tidak ingin ikut? Kami bisa menyediakan mobil yang bisa membuat Nenek nyaman." Reiko tidak mungkin melupakan mengenai neneknya begitu saja ketika dia dan keluarganya hendak bepergian.     

"Tak apa, kalian bisa pergi saja, nanti biarkan Nenek ditemani budhe kamu, Nanik." Bu Zein sangat mengerti bahwa dia hanya akan menjadi beban saja apabila ikut dalam perjalanan darat nantinya.     

Apalagi, Reiko merencanakan hanya 2 hari 1 malam saja di tempat Bu Win. Itu hanya akan melelahkan bagi Bu Zein yang sudah tua dan rapuh.     

Meski Bu Zein saat ini sudah bisa berjalan-jalan sendiri dan tidak banyak memerlukan alat penunjang napas dan sejenisnya, tapi tetap saja perjalanan darat seperti itu sungguh melelahkan bagi Beliau.     

Tapi, Reiko merasa tak nyaman dan makin khawatir apabila meninggalkan nenek meski nanti ada Nanik sekalipun.     

Maka, Reiko mengeluhkan itu ke suaminya. "Enaknya bagaimana, yah Ryuu?"     

"Ya sudah, batalkan saja perjalanan kita." Nathan Ryuu juga merasa tak tega meninggalkan Bu Zein meski nantinya ditemani penjaga dan anak buah lainnya.     

"Tapi nanti River dan Raven kecewa karena mereka sudah tahu kita hendak ke sana, kan?" Reiko makin dilema.     

"Ha ha ha, tenang saja, sayank. Tak perlu secemas itu." Nathan Ryuu tertawa santai.     

-0—00—0-     

"Auntie Rei!" Terdengar suara memanggil Reiko ketika dia sedang menggendong Rui untuk berjemur di teras samping agar mendapatkan sinar hangat mentari pagi.     

Reiko menoleh, "River!" Dia begitu terkejut mendapati River sudah muncul di belakangnya.     

"Aku bersama dik Raven, loh!" River mendekat. Dari arah belakang, muncul Raven yang malu-malu.     

Ini sungguh kejutan yang tidak diduga Reiko sama sekali!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.