Inevitable Fate [Indonesia]

Akhir Nasib Sharla



Akhir Nasib Sharla

0Sudah tidak termaafkan. Sharla sudah tidak termaafkan lagi di mata Nathan Ryuu. Dia yakin Reiko juga sudah muak dengan Sharla dan segala tingkahnya.     
0

Maka dari itu, Nathan Ryuu memberikan hukuman paling fatal untuk orang yang penuh gengsi seperti Sharla, yaitu penjara.     

Tak perlu memberi hukuman bersifat fisik seperti memukuli atau memotong jari-jarinya seperti yang pernah dia lakukan terhadap Tomoda, cukup berikan rasa malu yang hebat saja pada Sharla, maka itu akan sangat menjatuhkan mental wanita penuh sensasi itu.     

Nathan Ryuu yakin, dia tidak akan mendapatkan perlawanan dari pihak keluarga Sharla. Memangnya siapa yang hendak berani pasang badan untuk Sharla?     

Benar saja, sesuai perkiraan Nathan Ryuu, ayah dan kakek Sharla tidak berbuat apapun ketika Sharla akhirnya masuk ke penjara. Mereka memilih di pihak Onodera ketimbang anak yang malah membawa malu saja.     

Meski, sebenarnya Nathan Ryuu cukup miris melihat pengabaian Stanley dan Pak Zein pada Sharla. Tapi, ya sudah! Semua sudah terjadi. Yang benar harus terlihat benar dan yang salah harus dihukum.     

Apalagi, Sharla tidak berhasil mendatangkan bukti atau saksi apapun untuk meringankan dirinya di pengadilan. Ayah dan saudara lainnya yang tadinya menjadi sumber informasi dia, mereka segera memalingkan muka, memunggungi Sharla.     

Berbeda dengan Nathan Ryuu yang berhasil membuktikan di pengadilan bahwa tuduhan Sharla merupakan fitnah tanpa dasar. Dia bisa menghadirkan Nanik sebagai saksi yang mendengar sendiri pengakuan ibunda Reiko mengenai hamil atau tidaknya Beliau sebelum pergi ke Jepang.     

Apalagi, Nathan Ryuu juga mendatangkan beberapa bekas tetangga Reiko di Kamakura. Mereka bersedia bersaksi bahwa kehidupan ibu dan ayah Reiko dari awal sampai ajal menjemput sangat rukun dan harmonis. Ibunda Reiko juga tidak menunjukkan perilaku menyimpang dari moral selama hidup di Jepang.     

Itu saja sudah sangat membuktikan pada dunia bahwa tuduhan Sharla hanya omong kosong belaka.     

Reiko sebenarnya sedih harus menjalani hubungan buruk dengan keluarga Stanley. "Ryuu … aku tak ingin ini berakhir jadi begini. Sepertinya aku salah sudah datang ke Indonesia."     

Nathan Ryuu segera merengkuh tubuh lesu istrinya, membawanya ke pelukan. "Kenapa merasa begitu? Justru aku merasa kau memang sudah pantas datang ke sini, dengan begini, kau jadi mengerti dan mengenal lebih baik seperti apa saudaramu di sini. Lagipula, kau juga jadi tahu mengenai ibumu, dia wanita baik dan teguh akan cinta."     

Reiko memandang suaminya dan kemudian mengangguk.     

Di penjara, di ruang jenguk napi, Sharla menjerit ketika suaminya, Elton, menyerahkan surat cerai ke Sharla. "Kenapa? Kenapa kau malah minta cerai di saat aku sedang jatuh begini! Elton! Tega-teganya kau!"     

"Itu karena kau sejak dulu tidak pernah patuh padaku sebagai istriku, Shar, kau pembangkang dan lihat, kau sekarang mempermalukan aku dan keluargaku saja. Aku tak tahan." Elton menggelengkan kepalanya dan meninggalkan Sharla yang menjerit-jerit kalap karena murka. Dia mengabaikan caci maki dan sumpah serapah dari Sharla. Ini sudah menjadi keputusan dia.     

Pada satu minggu berikutnya, Sharla akhirnya tahu bahwa Elton menceraikan dia karena ingin menikahi babysitter mereka.     

"Bangs*t! Lelaki bangs*t! Ternyata dia dan si jalang itu sudah menusukku dari belakang! Sejak kapan mereka main gila di belakangku? Sejak kapan?!" Sharla sampai menendang-nendang tembok di depannya sehingga harus ditenangkan petugas lapas.     

Lindsay menghela napas. Sambil menghembuskan asap rokoknya, dia berkata ke kakaknya yang mulai tenang, "Kau sendiri yang cari penyakit, sih Kak."     

"Aku?" Mata Sharla mendelik.     

"Ya, siapa yang biasa membiarkan suami pergi dengan anak-anak dan babysitter, jalan-jalan hampir tiap sore? Siapa yang lebih memilih di kamar atau jalan-jalan dengan gengnya sendiri dan membiarkan suami menemani anak yang ada babysitter?" Lindsay memberondongkan pertanyaan retoris pada Sharla.     

Ucapan adiknya menyebabkan keheningan pada Sharla. Wanita itu menangis, entah untuk apa. Apakah menyesali perbuatannya, atau menangis dendam, atau hanya menangisi kepahitan nasibnya yang begitu malang.     

Nathan Ryuu rupanya ingin Sharla menjalani hukuman penjara paling lama untuk pasal yang dituduhkan padanya, yaitu sekitar 4 tahun. Dia dan pengacaranya berhasil menjerat Sharla dengan pasal berlapis sehingga bisa mencapai 4 tahun.     

Stanley mendatangi Nathan Ryuu didampingi Pak Zein di rumah besar itu.     

"Maafkan kalau anakku bersalah padamu, Tuan Ryuu." Kini, Stanley sudah tidak punya tenaga untuk berselisih dengan Nathan Ryuu setelah dia mengetahui dan mengalami sendiri seperti apa kekuatan sang Onodera.     

"Anda tidak bersalah dalam kasus itu, Tuan Stanley, Anda hanya bersalah karena tidak berhasil mendidik anakmu sehingga dia menjadi tidak terkontrol seperti itu." Nathan Ryuu menjawab Stanley.     

"Ya, itu juga aku akui sebagai kesalahanku." Sepertinya, Stanley sudah lebih tenang saat ini ketika dia dijauhkan dari mantan istrinya, Marlyn. Ini mulai terlihat oleh Pak Zein maupun Nathan Ryuu.     

Semenjak Stanley berpisah dari Marlyn, dia sepertinya lebih bisa berpikir jernih. Pak Zein makin yakin bahwa Marlyn hanya membawa pengaruh buruk terhadap putra kesayangannya ini.     

"Ryuu, aku belum mengucapkan terima kasihku atas bonsai indah yang tempo hari darimu." Pak Zein mengucapkan ini setelah Stanley selesai bicara dengan Onodera.     

"Ohh, syukurlah kalau Anda menyukainya," sahut Nathan Ryuu dengan senyum kecil kepada Pak Zein. "Kalau Anda kesulitan menangani bonsainya, saya bisa kirimkan ahlinya ke Anda."     

"Tidak, tidak perlu untuk itu. Aku akan merawatnya seperti merawat anakku sendiri." Pak Zein menggelengkan kepala, menolak tawaran Nathan Ryuu.     

"Baiklah kalau begitu. Nanti kapan-kapan saya ingin melihat bonsai yang sudah menjadi anak Anda itu, kalau memang dia tumbuh baik di tangan Anda, saya akan beri lagi lebih banyak." Demikian Nathan Ryuu menjanjikannya pada Pak Zein.     

"Ya, ya, tentu saja, silahkan." Pak Zein mengangguk.     

Kemudian, selanjutnya, Pak Zein dan Stanley menemui Bu Zein dan juga Reiko serta Rui. Walau begitu, Nathan Ryuu tidak mengizinkan kedua lelaki itu menggendong Rui.     

-0—00—0-     

"Kau yakin itu tidak apa-apa, Ryuu?" Reiko bertanya ke suaminya.     

"Ya. Aku pikir itu baik-baik saja. Ini biasa dilakukan para selebrita di Amerika, kan?" Nathan Ryuu tersenyum sambil menyingkirkan rambut yang menutupi kening istrinya secara lembut.     

"Baiklah, kalau memang kau memandang ini bukan sebuah masalah, maka aku ikut saja." Reiko tersenyum lalu dia menatap Rui, mengecup bayi tampan di gendongannya.     

-0—00—0-     

Pada suatu pagi, majalah fashion terkenal di dunia yang memiliki cabang di Indonesia dan Jepang, memuat sebuah foto mengejutkan.     

Itu merupakan foto dari Rui, putra Nathan Ryuu dan Reiko.     

Ada halaman khusus yang membahas mengenai Reiko dan sekaligus menampilkan foto bayi mereka dalam balutan busana batik sutera dan juga kimono sutera ukuran bayi 2 bulan.     

Di sana juga ada foto mereka bertiga; mereka semua memakai busana batik sutera, Reiko duduk sembari menggendong Rui yang dimiringkan menghadap ke kamera dengan Nathan Ryuu berdiri sembari merunduk dan memandang ke kamera dengan senyum simpatik khasnya.     

Setelah itu, ada juga foto dengan tema kimono, Reiko menggendong Rui sambil berdiri dan di belakangnya ada Nathan Ryuu mengecup kening samping istrinya sambil mereka sama-sama pejamkan mata seakan menghayati senyuman itu.     

Untuk semua wawancara dan foto eksklusif bersama Rui tersebut, Nathan Ryuu mematok harga fantastis yang pasti akan membuat orang melongo iri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.