Inevitable Fate [Indonesia]

Pertarungan Veni dengan Sharla



Pertarungan Veni dengan Sharla

0Malam harinya, Sharla meradang saat dia menelepon Veni. "Kau! Dasar kau jalang pengkhianat!"     
0

Veni sebenarnya sudah mengira ini yang akan terjadi ketika dia memajang foto dia bersama Reiko di akun instagramm dia.     

"Shar, jangan begitu. Aku bisa jelaskan …." Veni tahu dia akan menghadapi Sharla mengenai hal ini.     

"Jelaskan apa!" Sharla menjerit sampai Elton di sebelahnya melonjak kaget. "Kau pengkhianat! Jalang penusuk dari belakang! Lihat saja nanti pembalasan aku, yah!"     

Lalu, telepon disudahi sepihak oleh Sharla yang sangat berang tanpa menunggu kalimat balasan dari Veni.     

Mendesah singkat, Veni menyimpan ponselnya di laci meja nakas.     

Suaminya menoleh ke Veni sambil bertanya, "Ada apa, Ma?"     

Veni mau tak mau menceritakan semuanya ke sang suami. Sepertinya suami Veni orang baik yang sangat dewasa dan matang dalam berpikir.     

"Nah, sekarang kamu sudah tahu sendiri seperti apa teman kamu yang namanya Sharla itu, kan?" Suami Veni menurunkan kacamata bacanya dan meletakkan surat kabar sore di sebelahnya. "Papa kan sudah dari lama minta Mama selesai bergaul dengan dia, tapi Mama malah terus saja menerobos peringatan Papa."     

"Maafkan aku, Pa." Veni merangkul lengan suaminya sambil merangsek lebih dekat ke suami. "Mama salah, iya aku salah karena tidak mau dengar omongan Papa sejak kemarin dulu."     

"Bahkan akhirnya Mama bisa lebih tahu apa yang sedang disukai Prue, kan?"     

"Iya, Pa. Aku malah mengabaikan Prue, padahal mungkin dia lagi butuh aku untuk tempat curhat."     

"Makanya, jangan malah sibuk sendiri jalan-jalan sana dan sini tak jelas dengan orang lain, Ma. Lebih baik habiskan waktu dengan keluarga, atau ajak anak-anak jalan-jalan agar mereka ingat kalau mereka masih punya orang tua. Papa kan sibuk mengurus pekerjaan, nah Papa percayakan anak-anak ke Mama untuk sehari-harinya."     

"Iya, Pa … maaf kalau aku sudah egois ke kalian selama setahun lebih ini. Oh ya, Pa … memangnya Papa tahu apa yang sedang disukai Prue saat ini?"     

"Tentu saja! Dia suka idol Jepang, grup apa itu … Syn … Syn …."     

"Synthesa?" Veni sudah mempelajari mengenai Reiko, maka itu dia sudah fasih mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan Reiko, termasuk tentang grup lama Reiko.     

"Ya, Synthesa, dan ada juga beberapa grup idol dari Korea, kalau tidak salah yang sedang sangat booming akhir-akhir ini itu loh, Ma, yang kata Prue sampai ke Grammy itu!"     

"Ya ampun! Papa sampai tahu sejauh itu?!" Mata Veni membelalak tak percaya akan yang dia dengar.     

"Ha ha ha …." Suami Veni tertawa ringan. "Kadang kan Prue mengobrol denganku di mobil waktu mengantar dia sekolah."     

Mendengar penuturan suaminya, Veni makin merasa bersalah pada putri sulungnya, Prue. Dia berjanji di hatinya akan lebih memperhatikan kedua anaknya, Prue dan Damon.     

"Ma, mulai sekarang, Mama jadilah sahabat anak-anakmu, agar mereka nantinya tidak canggung ke Mama, agar mereka bisa berkeluh-kesah ke Mama tanpa ragu-ragu. Papa hanya bisa serahkan tugas negara ini ke Mama, deh!"     

"Iya, iya …."     

"Dan satu lagi, Ma …."     

"Apa?"     

"Kurangi acara kamu dengan teman-temanmu itu. Aku lihat itu tidak terlalu penting. Lebih baik fokus saja dengan anak-anak dan bisnismu sendiri."     

"Iya, Pa, aku usahakan itu. Tapi … aku tak enak hati dengan Sharla. Sepertinya dia marah sekali denganku, Pa." Veni sedikit memiliki kekhawatiran mengenai apa yang sekiranya akan dilakukan Sharla untuk membalasnya seperti yang tadi disesumbarkan oleh Sharla.     

"Jangan cemas mengenai itu, Ma. Yah, kalau Mama ada waktu dan niat baik, Mama bisa atur pertemuan dengan dia dan jelaskan baik-baik kenapa Mama begini dan begitu."     

"Sharla orangnya keras, Pa!"     

"Yah, kalau dia tetap tidak mau menerima penjelasan Mama, yah sudah, Mama tidak salah apa-apa kalau pergi dari dia. Setidaknya Mama sudah berusaha yang terbaik."     

"Semoga dia tidak melakukan hal-hal nekat apapun ke aku, Pa. Apalagi ke anak-anak. Semoga tidak."     

"Apa Mama takut kehilangan teman?"     

"Um, yah … sedikit, sih Pa."     

"Mama, teman itu adalah orang yang mau bersama kita tidak hanya ketika kita gembira dan banyak uang, tapi juga mau bersama kita dan mengulurkan tangan saat kita tak ada uang. Untuk itu, menurut Papa, lebih baik Mama fokus ke anak dan toko batikmu saja."     

"Iya, iya, Pa."     

Di saat Veni sudah menetapkan langkah apa yang akan dia ambil setelah ini, di rumahnya, Sharla sibuk menghubungi teman-temannya yang lain, meminta dukungan mereka untuk memusuhi ataupun memberikan komentar buruk ke postingan Veni bersama Reiko.     

"Kalau perlu, report massal! Yah!" Demikian Sharla mempengaruhi kawan-kawannya.     

"Sudah berapa orang yang kamu telepon, Shar?" tanya Elton sambil memainkan game di ponselnya.     

"Hm … entah … sepertinya 10 lebih. Kenapa?" Sharla masih menggulir daftar kontak di ponselnya, mencari siapa lagi yang akan dia hubungi.     

"Sudahlah, Shar. Untuk apa begitu? Mungkin memang Veni orangnya seperti itu, biarkan saja. Seperti kau ini rugi saja kalau kehilangan 1 orang seperti dia." Elton berujar tanpa mengalihkan mata dari layar.     

"Iya, aku memang tidak rugi, yank! Tapi aku kesal saja dia pindah haluan ke si Jepang brengsek itu!" Sharla mendelik galak seakan Veni ada di depannya saja. "Apalagi dia itu yang sering aku traktir, yank! Saban makan di mana, aku yang bayar makanan dia!"     

"Hn, ya sudah, justru bagus kan kalau bebanmu berkurang 1? Kamu jadi tak perlu repot memberi makan 1 orang lagi kalau pergi jalan-jalan." Elton menenangkan istrinya. "Aahhh! Sialan! Kenapa dia tidak mengeluarkan jurus andalannya, dasar pemain goblok! Dasar amatir sialan!"     

Sharla melirik suaminya, bertanya, "Kenapa, yank?"     

"Ssshh … ini, Shar … ada pemain di timku yang bodoh sekali! Bolak-balik dia membuat tim kalah tempur. Padahal anggota lainnya sudah memberi banyak taktik ke dia bahkan ada yang pernah membelikan alat senjata untuk game ini!" Elton terlihat kesal.     

"Hm … ya sudah, keluarkan saja dia dari tim, kan bagus kalau beban timmu jadi berkurang." Sharla mengembalikan ucapan Elton ke orangnya.     

Elton melirik sambil wajahnya terlihat rumit.     

-0—00—0-     

Sungguh di luar dugaan Veni. Foto dia dengan Reiko di instagramm dia, ternyata itu baik-baik saja! Sama sekali tidak hilang, bahkan akunnya tidak lenyap atau diserang peretas yang konon dipercaya adalah haters dari Reiko.     

"Wah, lihat, foto kita banyak yang like dan komen, Reiko." Veni menunjukkan postingan mereka ketika dia datang lagi ke rumah Reiko untuk membawakan baju batik untuk Nathan Ryuu dan Rui.     

Dia bahkan sudah menghapus postingan ujaran kebencian dia pada Reiko sejak pulang dari rumah Reiko sebelum ini.     

"Wah, syukurlah, Kakak. Aku jadi lega." Reiko tersenyum.     

Reiko juga tahu itu, bahkan dia sudah melihat postingan orang lain yang memaki2 Veni yang dianggap menjilat ludah sendiri.     

Tapi Veni memberikan tanggapan bahwa dia yang salah karena terlalu terprovokasi temannya dan meyakinkan semua orang bahwa Reiko orang yang sangat ramah dan menyenangkan.     

Hingga kemudian, muncul postingan baru dari Sharla sembari menyertakan postingan Veni yang sudah dihapus mengenai Reiko, berbunyi: "Dia tadinya menjelek-jelekkan Reiko, dan kini malah sibuk menjilat ludah sendiri dan memuji Reiko hanya karena Reiko memborong banyak batik dari tokonya! Kalian percaya orang seperti ini? Kalian rela idola kalian dimanfaatkan dia?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.