Inevitable Fate [Indonesia]

Kalah dari Sang Istri



Kalah dari Sang Istri

0Nathan Ryuu baru saja menyerahkan Rui ke Reiko dan menatap tangan Veni sebelum ke wajah wanita di depannya. "Kau orang posting hate ke istriku?" Dia tidak melupakan mata memicing tajam ke Veni.     
0

Seketika, mendengar ucapan Nathan Ryuu dalam bahasa Indonesia meski kalimatnya tidak sempurna, Veni seakan baru saja dicekoki kecoa. Senyumnya lenyap seketika.     

Veni tak mampu berkata apapun sekarang. Lidahnya mendadak bertulang dan dia kesulitan menelan saliva. Harus menjawab apa dia saat diberi pertanyaan tajam semacam itu?     

Mendadak saja, Veni sepenuhnya menyesal karena terlalu berlagak di depan teman-temannya dengan menghardik Reiko di instagramm dan tiktak.     

Veni tidak siap menerima wajah murka Nathan Ryuu. Tampan tapi sekaligus mengerikan ketika dihiasi emosi begitu.     

Ahh, andaikan waktu bisa diputar balik ….     

"Ryuu, jangan bicara seperti itu pada Veni-oneechan." Reiko menegur pelan suaminya menggunakan bahasa Jepang.     

"Aku sekedar menyampaikan apa yang menggumpal di hatiku, sayank." Nathan Ryuu segera mengganti wajah marahnya dengan raut muka penuh cinta dan sayang ketika dia menoleh ke Reiko. Sungguh kontras!     

Veni melihat itu dan langsung membuat kesimpulan seberapa besar lelaki tampan di depannya itu mencintai istrinya, istri yang sudah dia hina dan rendahkan di akun sosial media.     

"Aku … aku minta maaf." Veni sampai menatap putus asa pada Reiko, wajahnya menunjukkan penyesalan. "Aku saat itu hanya sedang emosi dan berlagak sok saja. Bisakah kamu mengatakan itu ke suamimu, Reiko. Aku minta maaf. Sungguh menyesal sudah jahat padamu."     

Reiko jadi serba salah. Tapi demi kedamaian tercipta, dia menepuk pelan lengan suaminya sambil memberikan wajah cemberut. "Ryuu, lihat, kau justru membuat suasana jadi canggung begini. Padahal tadi aku sudah berusaha agar semua baik-baik saja. Ya ampun, kau ini …."     

Kemudian, Reiko menoleh ke Veni dan berkata, "Maafkan suamiku ini, Kakak Veni. Dia biasanya baik dan ramah, percayalah!"     

Veni mengibaskan tangan dengan sikap tak enak hati. "Ahh, jangan marahi dia, Reiko. Itu suami kamu … tandanya dia sangat menyayangi kamu, bersyukurlah punya suami seperti dia. Aku yang salah dalam perkara ini." Lalu, dia menangkupkan dua tangan di depan wajah sambil berkata pada Nathan Ryuu, "Mister, Ryuu-san, maafkan aku, I am sorry. I am bad. Sorry."     

Nathan Ryuu menimbang ucapan istrinya tadi saat menegur dia. Reiko melakukan yang terbaik untuk membuat suasana jadi menyenangkan. Reiko juga melakukan hal agar bisa membawa perdamaian tanpa perlu adanya pertengkaran adu mulut serta pembelaan diri ketika dimaki-maki Veni di sosial media.     

Bukankah … cara Reiko ini harusnya dia apresiasi karena langsung memadamkan api menggunakan handuk basah tanpa perlu membinasakan apapun selain api itu sendiri?     

Ini berbeda dengan metode Nathan Ryuu ketika meniadakan masalah. Dia lebih suka menekan api itu sampai api menjadi sebuah ledakan yang menghancurkan api dan mungkin ledakan itu juga mengenai apa yang ada di sekitar api.     

Yah, sepertinya Onodera ini kalah dalam strategi memadamkan api dari istrinya. Dia akui, Reiko ternyata lebih halus dalam menyelesaikan masalah.     

Lihat, seperti apa Veni saat ini setelah ditangani Reiko!     

Bayangkan jika itu adalah Nathan Ryuu yang menangani, maka toko batik Veni jangan harap bisa bertahan dalam satu bulan setelah ini. Bahkan mungkin hanya satu minggu saja!     

Mungkin inilah perbedaan wanita dan pria dalam menyikapi permasalahan mereka. Tapi … rasanya Nathan Ryuu tidak sepakat dengan opininya baru saja. Dia memiliki opini baru, bahwa istrinya … wanita hebat yang bisa menyikapi masalah dengan cara lebih elegan darinya.     

Bisa jadi Nathan Ryuu harus lebih banyak belajar mengenai kesabaran dan kehalusan hati seperti Reiko. Dia mungkin terkenal sabar, tapi ternyata istrinya jauh lebih melampaui kesabaran dia.     

Memikirkan ini, Nathan Ryuu makin cinta dan bangga memilih Reiko sebagai wanita satu-satunya bagi dia.     

Kemudian, Nathan Ryuu mulai tersenyum pada Veni, dan juga Prue yang sudah tegang dari tadi ketika ibunya dimarahi dia. Ahh, sepertinya dia memang harus mengadopsi cara lembut Reiko. Lihatlah, dia sampai membuat takut bocah remaja.     

"Sayank, katakan padanya, bahwa aku menerima permintaan maaf dia, dan berharap dia tidak lagi melakukan hal salah itu. Dan katakan juga maaf pada putrinya, maaf kalau aku menakuti dia." Nathan Ryuu merengkuh sang istri dalam pelukan longgarnya yang santai.     

Mendengar itu, Reiko lega luar biasa. Dia menyampaikan apa yang baru saja dikatakan suaminya kepada Veni dan juga Prue.     

Dengan begini, tidak ada lagi permusuhan atau suasana canggung antara mereka.     

Reiko menyusui Rui di ruang tamu sembari berbincang dengan Veni dan Prue, di sebelahnya ada Nathan Ryuu mendampingi. Reiko juga menutupkan selembar selimut tipis tapi hangat untuk menutupi dadanya yang sedang terbuka karena menyusui.     

"Ohh! Harusnya aku membawa baju-baju batik untuk anak-anak, yah! Tapi … tunggu dulu … sepertinya belum ada yang khusus untuk bayi." Veni mulai memikirkan sesuatu usai berbicara.     

"Ma, bukankah bisa dibuat khusus saja untuk Rui-chan?" Prue mencetuskan saran sambil menoleh ke ibunya.     

"Ahh! Benar juga!" Mata Veni seketika melebar senang. "Aku bisa buatkan baju khusus untuk Rui! Dari sutera! Ya! Aku akan minta produsenku untuk membuat itu!"     

"Wah, Kakak Veni, bukankah ini akan merepotkan Kakak karena harus membuat khusus?" Reiko jadi tak enak hati.     

"Aiyaa … kenapa harus sungkan begitu, Reiko! Tenang saja, nanti akan aku kabari kalau sudah jadi, yah! Akan aku bawa ke sini!" Veni tersenyum lebar.     

Reiko menyampaikan ke Nathan Ryuu mengenai apa yang tadi direncanakan Veni untuk Rui. Onodera mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju.     

Veni dan Prue mendekat untuk melihat Rui ketika bayi itu selesai menyusu dan Nathan Ryuu menyingkir dari dekat Reiko, memberi kesempatan pada dua tamu istrinya untuk mengagumi Rui.     

Ya, Nathan Ryuu pastinya akan suka dan bangga ketika ada orang mengagumi anaknya. Orang tua mana yang tidak demikian?     

Hanya saja, Nathan Ryuu dan Reiko sudah memiliki kesepakatan bersama untuk tidak membiarkan anak mereka difoto siapapun kecuali atas ijin mereka dan itu tidak akan diberikan dengan mudah.     

Akhirnya, pertemuan itu menghasilkan banyak uang untuk Veni karena Reiko membeli hampir semua batik yang dibawa Reiko untuknya.     

"Nanti kalau aku ke sini lagi, akan aku bawa juga batik untuk suamimu. Akan aku pilihkan yang paling bagus kupunya sekalian membawa baju untuk Rui." Veni menjanjikan ini pada Reiko ketika menjelang pamit pergi.     

"Terima kasih, Kakak Veni juga Prue." Reiko memeluk mereka bergantian. Rui ada dalam gendongan ayahnya dan Nathan Ryuu hanya mengangguk biasa disertai senyum kecil ketika dua tamu itu pamit padanya. Mereka tentu tidak berani pamit pada Rui karena gentar pada Nathan Ryuu.     

.     

.     

Malam harinya, Sharla meradang saat dia menelepon Veni. "Kau! Dasar kau jalang pengkhianat!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.