Inevitable Fate [Indonesia]

Pertemuan Reiko dan Veni, Dicambuk Ucapan Nathan Ryuu



Pertemuan Reiko dan Veni, Dicambuk Ucapan Nathan Ryuu

0Mungkin tidak akan disangka siapapun, terlebih Veni ketika dia malah mendapatkan sikap ramah dan bersahabat dari Reiko saat bercakap melalui telepon dan juga ketika bertemu langsung.     
0

Bahkan, Veni tidak mengira sama sekali bahwa putri sulungnya bisa memeluk Reiko begitu erat sembari berkata sambil terisak menangis, "Aku senang … aku bertemu Rhea …."     

Melihat adegan itu, Veni menelan ludahnya. Dia tak tahu bahwa putrinya itu ternyata merupakan penggemar berat Reiko.     

Pantas saja, ketika usai berbincang dengan Reiko hari itu, Prue mendatangi kamarnya dengan amarah ala remaja pada khasnya.     

"Mama tega sekali posting begini tentang Rhea!" jerit Prue saat itu. "Mama tidak tahu apa-apa tentang dia dan seenaknya menuduh dia!" Lalu Prue membanting pintu kamar Veni untuk menangis di kamarnya sendiri.     

Kemudian, rekonsiliasi mereka terjadi ketika Veni menemui Prue di kamarnya dan berkata akan membawa Prue ke orang yang diidolakan.     

Awalnya Prue tidak percaya. Tapi ketika Veni memperlihatkan pesan-pesan dia dan Reiko, bocah remaja itu akhirnya percaya.     

Maka, tak heran jika hari pertemuan Veni dengan Reiko, dia mengajak Prue, bahkan mengizinkan Prue tidak berangkat sekolah untuk hari itu hanya demi bisa bertemu idola.     

Reiko mengusap air mata Prue sambil Veni membantu mengelapnya dengan tisu miliknya.     

Kemudian, mereka semua diterima di ruang tamu luas rumah itu. Reiko sangat ramah dan tidak menjaga jarak pada Veni dan putrinya.     

Hanya dengan memakai daster panjang, Reiko menemui mereka, bahkan dia hanya memakai bedak tipis biasa dan lipgloss warna bibir saja.     

Tidak ada bulu mata, maskara, alis dibentuk, apalagi eyeliner atau blush on. Semuanya tak ada di wajah Reiko hari itu. Benar-benar tampil bagaikan gadis remaja belia biasa.     

Bahkan, sandal yang dipakai Reiko saja jenis sandal jepit yang sangat umum ada di Indonesia. Sandal jepit sejuta umat ala Indonesia.     

Kalau orang tidak tahu, mereka akan mengira Reiko gadis Indonesia pada umumnya yang sedang menerima teman di rumahnya.     

Ini berbeda dengan Veni yang berdandan serius. Make up penuh dengan baju batik kelas atas. Hanya rambut saja yang dibiarkan tergerai meski tadinya dia berpikir apakah perlu menyanggulnya.     

Hanya saja, karena Veni kurang suka menyanggul rambutnya, dia urung melakukan itu. Saat ini, Veni jadi malu sendiri karena berdandan semeriah itu. Dia pikir Reiko akan tampil bak sosialita atau seperti selebritis pada umumnya dengan pakaian mewah menyilaukan mata.     

Tapi, ternyata Reiko masih saja seperti yang biasanya ketika dia di rumah. Reiko tetaplah Reiko, tidak akan memakai pakaian berlebihan ketika di rumah atau menerima tamu yang sudah dianggap teman.     

Maka dari itu, wajar jika Reiko hanya mengenakan daster meski bukan daster sembarangan, tetap yang terlihat indah dan mahal ketika menempel di tubuh Reiko.     

Mereka duduk di ruang tamu dan berbincang santai layaknya teman. Veni menceritakan mengenai bisnis batiknya, sembari karyawan dia mulai membuka satu demi satu bungkusan baju batik yang sekiranya akan menarik minat Reiko.     

"Wah! Cantik-cantik semua! Aku jadi bingung memilihnya, Kakak Veni!" Reiko ikut membuka beberapa plastik dan mengeluarkan baju di dalamnya.     

"Itu ada macam-macam batik, dari Solo, Pekalongan, bahkan aku sudah mulai merambah ke kain tenun. Ini contohnya. Dari Sumba ada, dari Minang juga ada." Tangan Veni sibuk mencari apa yang ingin dia tunjukkan ke Reiko.     

"Ohh! Tenun! Itu juga cantik sekali! Aku pakai beberapa untuk berfoto." Reiko teringat akan itu.     

"Ya, aku sudah melihat foto kamu pakai kain tenun Donggala. Coraknya cantik!"     

"Iya, sepertinya itu tenun Donggala, aku masih belum paham apa nama dan asal daerahnya karena banyak sekali, Kakak."     

"Iya, sih! Yah, itulah kekayaan Indonesia, Reiko. Begitu kaya akan hal-hal indah, dari kainnya, musiknya, bahasanya, dan juga kulinernya." Tangan Veni menemukan kain yang dia cari. "Nah ini. Coba ini, bagaimana menurutmu?" Dia membuka lipatan baju dari kain tenun.     

"Cantik!" Reiko sampai bingung. "Kakak Veni, sepertinya aku ingin membeli banyak darimu hari ini. Semuanya cantik sampai aku tak bisa memilih!" Lalu Reiko tertawa kecil.     

Veni menelan ludah. Uang, sebentar lagi dia akan panen uang! "Aha ha ha … tidak masalah, Reiko. Kau bisa pilih saja mana yang kau suka, atau kalau perlu, aku akan kirimkan foto-fotonya nanti yang masih ada di toko."     

"Wah! Itu boleh juga!" Reiko mengangguk antusias.     

Pembicaraan mulai bergulir ke hal sehari-hari sampai Veni bercerita tentang Prue yang ternyata penggemar berat Reiko.     

"Prue ini agak tertutup, Reiko. Aku baru tahu dia penggemar kamu. Dia tidak pernah memperdengarkan musik yang dia sedang gandrungi kalau di rumah. Selalu saja memegang ponsel sambil telinga disumpal headset, jadi … aku mana tahu dia dengar lagunya siapa." Demikian Veni menyampaikan ke Reiko mengenai putrinya.     

Prue di sebelah ibunya hanya tersenyum malu-malu, sudah mulai bisa tenang setelah pertemuan emosional dia dengan Reiko tadi.     

"Wah … Prue ternyata tertutup. Ahh, mungkin karena dia masih remaja, Kakak Veni, makanya dia masih malu kalau ingin bercerita tentang apa yang disuka. Itu aku rasa wajar saja." Reiko memberikan pembelaan tersamar pada Prue.     

Padahal, di hati Veni, dia sedang menyesali karena jarang memperhatikan kedua anaknya dan hanya menyerahkan mereka pada penanganan ART di rumah. Dia lebih suka membuang duit sana dan sini sambil bertemu dengan teman-temannya seperti yang biasa dia lakukan bersama Sharla.     

Umurnya yang hampir mendekati 40 tahun tidak menjadikan dia dewasa dan justru makin tenggelam dalam hura-hura ala sosialita.     

Kini, Prue seperti memukul kesadarannya kembali. Veni jadi malu karena dia tidak tahu apa-apa mengenai anaknya sendiri.     

Atau … itu berkat Reiko, secara tidak langsung?     

Hingga kemudian, keluar Nathan Ryuu menggendong Rui tanpa memperlihatkan Rui, berkata, "Sayank, Rui sepertinya ingin menyusu."     

"Ohh! Boleh aku menyusui dia di sini?" Reiko berdiri dari kursi untuk mendekat ke suaminya.     

Veni hampir tersedak. Dia sudah melihat Nathan Ryuu di foto-foto pada instagramm Reiko, tapi ketika menemuinya secara langsung, Veni nyaris tak bisa bernapas. Atau mungkin dia lupa bernapas karena terpukau dengan ketampanan Nathan Ryuu.     

Kenapa ada lelaki Jepang setampan itu! Atau mungkin justru ketampanannya saja melebihi lelaki Eropa dan manapun! Astaga … lutut Veni rasanya gemetar ketika dia berdiri untuk menyapa Nathan Ryuu.     

"Ha-Halo …." Veni mengulurkan tangan ke Nathan Ryuu. Senyum lebarnya terburai di wajah yang dia harap tidak memalukan saat ini di mata Nathan Ryuu.     

Nathan Ryuu baru saja menyerahkan Rui ke Reiko dan menatap tangan Veni sebelum ke wajah wanita di depannya. "Kau orang posting hate ke istriku?" Dia tidak melupakan mata memicing tajam ke Veni.     

Seketika, mendengar ucapan Nathan Ryuu dalam bahasa Indonesia meski kalimatnya tidak sempurna, Veni seakan baru saja dicekoki kecoa. Senyumnya lenyap seketika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.