Inevitable Fate [Indonesia]

Reiko Mulai Meladeni Veni



Reiko Mulai Meladeni Veni

Ketika unggahan Veni dinaikkan di akun tiktak dia, tidak terkira orang yang mengkritik, entah itu menggunakan bahasa halus maupun kasar.     

Namun, banyak juga yang mulai ragu-ragu dan penasaran apa yang terjadi dengan saudara Reiko yang dikatakan mengalami kerugian dengan hadirnya Reiko.     

Hanya saja, lebih dari 70 persen komentar bernada tak enak pada Veni.     

Malah, ada penggemar yang repot-repot menerjemahkan ucapan Veni tadi dengan bahasa Inggris agar bisa menyebarkannya untuk penggemar global dari Reiko di seluruh dunia.     

Cuma butuh waktu sekitar 1 hari saja bagi penggemar untuk membuat akun tiktak Veni ditangguhkan karena pelaporan massal.     

Namun, Veni tidak menyerah dan tetap membuat postingan senada. Kali ini di akun instagramm dia. Bahkan, kali ini Veni tidak ragu-ragu menandai instagramm milik Reiko di postingan itu.     

Nathan Ryuu sudah terlambat mengetahuinya karena Reiko akhir-akhir ini mulai sering menengok akun instagramm dia untuk menjawab salam dari para penggemarnya.     

Dari penggemar itu pula, Reiko jadi mengetahui mengenai Veni yang membuat postingan marah-marah padanya.     

"Kenapa bicara begitu?" Reiko bergumam kecil seraya dia melihat ponselnya usai menaruh Rui yang sudah lelap di boks bayi dekat ranjangnya di malam harinya.     

"Hm?" Nathan Ryuu menoleh curiga ke istrinya. "Kamu bilang apa, sayank?" tanyanya karena tadi Reiko bergumam menggunakan bahasa Indonesia.     

"O-Ohh! Tidak apa-apa, Ryuu!" Reiko lekas menyahut sambil mulai merebahkan dirinya di samping Nathan Ryuu. Dia tak sadar sudah melakukan gumaman tadi. Padahal harusnya dia ingat kalau suaminya juga ada di sana.     

"Sayank, bukankah kita sudah berjanji untuk tidak ada lagi rahasia antara kita?" Nathan Ryuu mengingatkan janji mereka beberapa bulan silam.     

Tak ada pilihan karena desakan Onodera, Reiko memperlihatkan postingan Veni ke Nathan Ryuu, berharap suaminya tidak lekas tersulut emosinya.     

Mata Nathan Ryuu menyipit tajam. "Apa yang dia ocehkan mengenai kamu, sayank? Kenapa sepertinya marah-marah?"     

"Hanya sekedar ucapan salah paham ringan saja." Reiko tersenyum, berusaha menenangkan sang suami. Sedikit banyak, dia sudah mempelajari karakter Nathan Ryuu ketika marah kalau dia diperlakukan tak baik oleh orang lain, karena itu, Reiko hanya mengatakan bahwa Veni salah paham saja.     

Kalau sampai Nathan Ryuu mengerti apa saja yang diucapkan Veni, entah apa yang akan dihadapi Veni kelak.     

"Hm. Aku jadi ingin mempelajari bahasa Indonesia." Nathan Ryuu semakin ingin mewujudkan niatnya itu. Rasanya kesal jika dia tidak mengerti apa yang diucapkan seseorang pada istrinya.     

"Mungkin dia hanya mendengar hal keliru mengenai aku. Bukankah itu sudah biasa? Tak hanya selebrita saja yang mengalami hal demikian, bahkan ibu rumah tangga dan orang biasa juga biasa disalahpahami dalam hidupnya, kan?" Reiko mencari kalimat agar meredakan emosi yang mulai muncul di mata suaminya.     

"Sayank, kita sudah berjanji—"     

"Baiklah, baiklah …." Reiko tidak bisa mengelak lagi untuk menyelamatkan Veni. Dia terlalu spontan tadi sehingga suaminya kini mendesak ingin tahu. Dia mulai menerjemahkan ucapan Veni dengan pilihan kata yang paling halus yang dia sanggup ketahui.     

Nathan Ryuu menarik napas dalam-dalam. Reiko sudah cemas saja dan lekas berkata, "Ryuu, jangan terlalu dipikirkan! Sudah aku katakan, bukan? Semua orang biasa salah paham dengan orang lain. Biarkan saja!"     

"Aku tak percaya dia hanya salah paham saja." Nathan Ryuu lekas mengambil ponselnya. "Aku akan meminta Itachi atau yang lainnya untuk memeriksa orang itu."     

"Ryuu! Jangan! Kumohon, jangan!" Reiko segera mencegah suaminya melakukan apapun hal buruk terhadap Veni. "Jangan selalu memukul seseorang ketika mereka menyakiti kita."     

Nathan Ryuu diam mendengarkan kalimat istrinya. Dia berkata setelahnya, "Sayank, aku tidak rela jika ada yang berkata ngawur mengenaimu."     

"Ryuu, kita tidak mungkin akan menegur semua orang yang berbuat demikian, kan? Kau akan lelah sendiri kalau meladeni semua dengan cara keras." Reiko mengelus dada suaminya, berharap itu bisa meredakan emosi Nathan Ryuu.     

"Jujur saja, sayank, tidak biasanya aku mudah tersulut emosi begini." Nathan Ryuu berkata.     

Reiko mengangguk. "Ya, aku tahu, aku tahu seperti apa dirimu. Kau lelaki sabar, dan tidak mudah marah."     

"Tapi mereka selalu saja terus memojokkanmu, dan itu yang membuatku tidak bisa selamanya bersabar. Orang sabar pun memiliki limitnya, sayank." Nathan Ryuu mengelus pipi sang istri penuh gerakan lembut pertanda rasa sayangnya yang besar, seakan pipi itu benda sangat berharga yang tak boleh diperlakukan kasar.     

"Kita coba pelan-pelan hadapi hal semacam itu, yah! Anggap saja ini untuk melatih diriku agar lebih kuat mental, dan juga agar aku introspeksi diri, siapa tahu ada sikapku yang memang keliru." Reiko tidak ingin sepenuhnya para pembenci dia.     

Manusia tidak luput dari kesalahan, maka dari itu, sudah selayaknya bila masing-masing orang terus introspeksi diri agar bisa bersikap yang lebih baik ke depannya.     

Meski, yang namanya pembenci tetap saja akan terus membenci, sebaik apapun orang yang dibenci. Itu memang sudah menjadi penyakit hati dan mental para pembenci.     

Veni puas karena postingannya dilihat banyak orang. Dia tidak masalah bila akun tiktak maupun instagramm dia di-report secara massal. Bahkan, akun instagramm dia ternyata lebih tangguh karena tak bisa hilang meski banyak penggemar Reiko mengancam akan menghilangkan akunnya.     

Ini membuat Veni makin merasa pongah dan di waktu luangnya, dia bersedia menjawab, merespon orang-orang yang protes padanya, mengajak mereka berdebat.     

"Kalian ini tidak tahu apa-apa mengenai Reiko sebenarnya, makanya jadi penggemar jangan buta!" Itu salah satu yang dijadikan jawaban Veni ke orang-orang yang memaki dia di postingannya.     

"Hei, apakah penggemarnya Reiko hanya bisa menghujat dan merendahkan orang lain? Seperti itu, yah, kelakuan penggemar Reiko? Kalian hanya orang barbar saja di internet!" Veni juga memakai kalimat ini.     

"Kalian para penggemar Reiko, apakah kalian hanya bisanya memaki, menghujat dan menghilangkan akun orang yang mengkritik idola kalian? Hanya sebatas itu saja yang namanya penggemarnya Reiko?" provokasi Veni semakin berani.     

Dikarenakan jawaban-jawaban berani Veni, kini akunnya mulai tidak diserang.     

Bahkan di hari ketiga usai posting, Veni masih membuat video baru. Masih saja dia menandai Reiko dan berkata di videonya, "Hei, Reiko, apakah kamu tidak merasa bersalah sudah membuat kedua orang tua temanku ini bercerai, apa kau tidak merasa bersalah sudah memporak-porandakan keluarga teman baikku? Apa kau sudah minta maaf padanya?"     

Dikarenakan itu, Veni mulai banjir komentar. Namun, kali ini lebih ke pertanyaan padanya mengenai apa yang terjadi sampai-sampai Reiko mendapatkan tuduhan itu.     

Hingga, akhirnya Reiko melihat postingan terbaru dari Veni. Siang itu, Reiko selesai menyusui Rui dan sudah memiliki waktu luang untuk bersantai.     

Reiko mulai mengetikkan sesuatu di kolom pesan akun instagramm Veni. Nathan Ryuu melirik ingin tahu apa yang dilakukan istrinya.     

Jari Reiko lincah mengetuk layar ponselnya dan kemudian mengirim pesan ke Veni.     

Apa kira-kira yang diketik Reiko? Kalimat sedih? Atau justru marah? Atau himbauan ke Veni agar berhenti?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.