Inevitable Fate [Indonesia]

Omelan untuk Reiko



Omelan untuk Reiko

0Ketika Elton sedang menikmati perhatian orang-orang di kantornya karena memiliki sanak saudara seorang selebritis dan konglomerat besar di Jepang, berbeda dengan istrinya.     
0

Sharla terus saja uring-uringan dan mengadu pada teman-teman gengnya.     

"Aku ini yang mengunggah foto dia bersamaku, tapi malah dia yang malah mendapatkan banyak keuntungan! Aku yang susah-payah jumpalitan mengurus akunku yang diserang haters dia, malah dia enak-enakan mengambil pujian sana dan sini!" Sharla terus saja berkoar dengan heboh di sebuah kafe cukup elit di pusat kota.     

"Makanya, jangan lagi berfoto dengan dia, Shar, kelakuannya aja sepertinya minus kalau aku dengar dari kamu, kan?" Salah satu kawan gengnya menyahut.     

"Benar, Lan, harusnya aku tidak berfoto dengan dia kalau malah aku yang dirugikan." Sharla berapi-api, berkata, "Aku masih belum terima akun instagramm aku yang pertama hilang. Di sana banyak foto-foto kenangan dan juga foto dengan orang-orang penting!"     

"Shar, kenapa tidak unggah ulang saja foto-fotomu itu di akun baru?" Kali ini pertanyaan wajar datang dari kawan lainnya.     

"Tidak bisa, Ven! Akan hilang aura dan vibe dari momen itu kalau diunggah ulang! Sudah kehilangan keotentikan momennya." Sharla berdalih. "Apalagi foto aku dengan baju-baju yang sedang hits di masa itu, akan sangat aneh kalau aku unggah ulang sekarang, ya kan? Nanti dikira ketinggalan jaman!"     

"Ah, iya juga, sih!" Veni yang dipanggil Ven tadi mengangguk. "Lha, seterusnya, kamu tidak membuat akun baru?"     

"Buat saja, Shar!" Kawan bernama Lana yang dipanggil Lan tadi memberikan semangat.     

"Huh! Yah, nanti saja kalau aku sudah ada mood! Aku masih kesal. Aku yang berupaya, malah dia yang panen!" Sharla sambil menyeruput minumannya.     

Kemudian, ketika mereka berpindah tempat setelah bosan di kafe itu, mereka kembali membicarakan mengenai Reiko karena Sharla terus saja membawa topik itu setiap bertemu kawan-kawannya.     

Sekarang, mereka sedang berada di sebuah tempat semacam kafe lagi namun kali ini untuk menikmati shisha. Mereka sudah memiliki tempat langganan sendiri.     

Bahkan, Sharla mempunyai kartu anggota di sana sehingga bisa bebas memesan ruangan pribadi berkapasitas 10 orang untuk menikmati hisapan shisha. Dia biasa membawa teman-teman akrabnya ke sana jika hendak bersantai setelah acara makan bersama di tempat lain.     

Masuk ke ruangan itu, pelayan segera mendatangi mereka sambil bertanya apa yang hendak dipesan. "Permisi, Nyonya sekalian, hendak memesan makanan, minuman, atau shisha."     

"Shisha saja, Mas, seperti biasa." Sharla meletakkan mantel dan tas mahalnya. Ya, dia memakai mantel mahal meski cuaca di kota tempat dia tinggal sama sekali tidak tergolong daerah dingin. Tapi, mode adalah mode. Sharla ingin terus dilihat sebagai wanita modis yang penuh dengan aura sosialita top.     

"Aku pesan cemilan juga, yah Shar!" pinta Veni.     

"Iya, kalian pesan saja apa yang kalian mau, seperti biasa." Sharla juga senang berlagak bagaikan bos. Berasal dari keluarga kaya dan menikmati kekayaan beserta fasilitas itu sejak lahir, menjadikan dia senang bersikap bossy.     

Kawan-kawannya sepertinya memahami tabiat Sharla, sehingga setiap mereka berkumpul, mereka tidak segan-segan memesan ini dan itu.     

"Baiklah, kentang goreng medium, udang madu 1 porsi, manisan cherry, crispy dory, dan cumi tepung balado." Pelayan mengonfirmasi makanan yang dipesan Veni dan Lana.     

Mereka mengangguk.     

Lalu, pelayan menyebutkan beberapa minuman juga dan akhirnya, menanyakan shisha apa yang hendak dipesan ketiga wanita itu.     

"Aku Pirate's Cave, seperti biasa." Veni berkata sambil meringis lebar.     

"Sudah aku duga kau pasti memesan itu." Lana mengomentari. "Aku Ambrosia, yah Mas!"     

"Tumben kau kembali ke Ambrosia? Beberapa bulan kemarin bukannya kamu lebih suka S*x on The Beach?" Veni membalas Lana.     

"Yah, sedang ingin kembali ke selera asal saja, ha ha ha!" Veni berkomentar.     

"Aku Lady Killer, Mas." Sharla memesan.     

"Sharla sedang menyukai Lady Killer! Sudah sebulan ini dia pesannya itu terus kalau ke sini." Lana menoleh ke Sharla yang acuh tak acuh.     

Kemudian, setelah pelayan pergi, mereka kembali bergosip mengenai Reiko.     

"Sebenarnya, seberapa terkenal, sih si bumbu roiko itu?" Veni yang pertama memberikan julukan itu kepada Reiko, bertanya dengan penuh penasaran.     

"Hmph! Katanya, dia selebritis, mantan idol di Jepang." Sharla mengambil ponselnya, membuka chat dia dengan Yovea beberapa hari lalu. Di sana Yovea memberitahu apa saja karya Reiko dan aktivitasnya di media sosial.     

"Idol? Apakah itu yang hanya joged-joged sok kecantikan itu?" tanya Veni yang sepertinya paling tajam lidahnya jika membicarakan orang.     

"Yah, semacam itu, mungkin." Sharla masih mencari di ponselnya. "Aku kan tidak pernah tau dunia bocah ingusan begitu."     

"Ahh, iya! Anaknya temanku, masih SD, sudah gila idol! Sungguh meresahkan!" Lana berkomentar. "Lalu … keponakannya temanku lainnya lagi, terlalu berhalusinasi akan idol pujaannya, sampai-sampai seperti orang gila!"     

"Ihh! Kalau itu anakku, sudah aku gantung terbalik dia sampai dia tobat! Untuk apa menjadi idol, sama saja seperti menjadi pelacur yang kerjanya hanya bergoyang erotis di depan banyak orang. Mana pakaiannya pendek, minim, dih! Amit-amit keluargaku ada yang menjadi idol!" cibir Veni sangat lugas.     

"Nah, ini dia!" Akhirnya, Sharla menemukan MV dari Synthesa di Yutub. "Coba lihat ini." Dia menyodorkan ponselnya ke Veni dan Lana, berkata, "Dia yang ini, nah ini!" Jarinya menuding Reiko di MV itu.     

"Cantik sih, tapi paling-paling itu hasil operasi plastik, kan? Cuih! Cantik palsu, untuk apa! Dasar manusia-manusia plastik! Heran, kenapa orang sekarang banyak menjadi pemuja plastik?" Veni masih saja mencemooh seenaknya mengenai idol meski ucapannya banyak keliru.     

"Ini akun instagramm dia." Sharla menemukan itu dan diperlihatkan ke dua kawannya.     

Segera saja, Sharla mulai meratap mengenai kesialan keluarganya karena bertemu Reiko. Dari ayahnya, ibunya, sampai adik bungsunya, semua sial karena Reiko. Dan sekarang dia juga mengalaminya dengan hilangnya akun-akun media sosial dia.     

Pokoknya, dia menuangkan semua kesalahan pada Reiko!     

Veni geram mendengar itu dan dia mengambil ponselnya, membuka akun Tiktak dia sambil mulai berkoar dengan belakangnya merupakan foto Reiko di salah satu akun instagramm-nya.     

"Orang ini … sudah membawa banyak kesialan untuk temanku dan keluarganya! Iya, orang yang konon adalah mantan idol dan sudah menjadi selebritis di Jepang sana! Gara-gara dia, keluarganya tercerai-berai tak karuan! Tapi, hebatnya, teman baikku masih bersikap baik pada dia dan mengajak dia berfoto karena masih dianggap saudara. Tapi, gara-gara itu pula, akun-akun teman baikku itu hilang! Heran sekali kenapa orang seperti ini masih banyak pemujanya!" Veni berekspresi bengis dengan mata melotot sambil menunjuk ke Reiko di latar belakang postingan dia.     

Setelah puas mengomel, Veni mengirimnya.     

"Kamu yakin mengunggah video seperti itu, Ven?" tanya Sharla.     

"Kenapa tidak? Ini perempuan sudah meresahkan kelakuannya! Kamu sudah terlalu baik padanya, Shar! Sebagai bestie kamu, mana mungkin aku diam saja? Apalagi, kamu tak bisa meluapkan emosimu karena akunmu pasti diretas hacker pembenci roiko!" Veni meletakkan ponsel di meja dengan raut wajah kesal namun puas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.