Inevitable Fate [Indonesia]

Membujuk dan Merayu Nathan Ryuu



Membujuk dan Merayu Nathan Ryuu

0Setelah Sharla mendengarkan penjelasan suaminya mengenai apa itu SortBank Group, mulut dia mulai menganga. "Ya ampun, sayank! Aku harus bagaimana? Aku tamat! Aku bisa tamat!"     
0

"Hghh! Ini yang kadang aku tak suka darimu, Mah!" keluh suaminya. "Kau ini terlalu gampang emosi tanpa mencari tahu dulu ini dan itunya! Lihat! Sekarang entah apa yang akan terjadi pada kita! Pokoknya, kalau sampai aku dan anak-anak ada apa-apa, itu karena kau! Kau yang sebodoh itu, cuma bisanya emosi tanpa punya otak untuk berpikir dulu!"     

"Kau! Kenapa malah kau mengatai aku seperti itu sih, yank?" Sharla melotot ke suaminya. Akibat suara kerasnya, anak bungsunya mulai merengek menangis karena ketakutan.     

"Sudah! Aku malas berdebat denganmu! Dari dulu kau selalu saja susah dinasehati." Suami Sharla meninggalkan kamar mereka untuk ke taman dan merokok di sana.     

Kemudian, Pak Zein mendatangi kamar cucunya, Sharla, di area belakang. Beliau mempertebal penjelasan dari suami Sharla mengenai siapa itu Nathan Ryuu.     

Tentu saja hal itu makin membuat ciut Sharla. Dia sudah terlanjur dibuat panas terlebih dahulu oleh ucapan ibunya kemarin hingga dia tidak berpikir apapun selain melabrak Nathan Ryuu.     

Sekarang Sharla paham kenapa kakak dia, Dean, langsung saja pamit pergi kala itu setelah mendengar dari ayahnya bahwa Nathan Ryuu pemilik SortBank Group.     

Sharla jadi kesal karena ayahnya tidak lekas memberitahu ini dan itunya terlebih dahulu pada dia dan kakaknya. Tapi, bukankah harusnya dia kesal pada ibunya yang memprovokasi dia? Bahkan dia dan Dean saja tidak langsung menemui ayah mereka setelah menjejakkan kaki di kota tersebut.     

Sejak turun dari pesawat, keduanya memilih untuk lekas menemui ibu mereka di sel tahanan polisi dan mendengarkan cerita versi ibunya. Pastinya sudah bisa ditebak cerita macam apa yang disampaikan Marlyn pada anak-anaknya, kan?     

Bahkan Marlyn tidak memberitahu pada kedua anaknya itu mengenai siapa Nathan Ryuu. Dia hanya sibuk menempatkan diri sebagai pihak yang disakiti dan dirugikan begitu banyak. Bahkan membawa-bawa kemalangan Lindsay, adik mereka, untuk mempermanis provokasinya.     

Alhasil, Sharla dan Dean termakan bulat-bulat pada provokasi Marlyn dan bergegas menemui Nathan Ryuu.     

Ketika mengatakan itu pada kakeknya, Pak Zein, Sharla menangis karena takut dan bingung.     

Pak Zein makin kesal pada menantu durhaka dia dan semakin teguh ingin memenjarakan Marlyn sampai wanita itu membusuk di sana. Kadang muncul penyesalan di hati Beliau karena dulu menyetujui Marlyn menjadi menantu dan memanjakan wanita itu di atas yang lainnya.     

Nyatanya, Marlyn sungguh mengecewakan sejak awal.     

"Cobalah untuk meminta maaf pada Nathan Ryuu. Beri dia bingkisan yang baik dan serahkan dia sambil bungkukkan badanmu padanya tanda kamu benar-benar menyesal. Begitu cara orang Jepang menunjukkan penyesalan terdalam." Pak Zein memberikan saran agar Sharla bisa lebih tenang.     

-0—00—0-     

Tidak bisa mengajak siapapun dari keluarga intinya, Sharla akhirnya berpikir untuk mengajak Yovea, sepupunya, untuk menemui Nathan Ryuu. Dia harus membujuk Yovea agar bersedia menemani dia menghadap ke Nathan Ryuu pagi itu di rumah sakit.     

"Duh, aku sedang di kantor, Shar." Demikian Yovea berusaha menghindar dari permintaan Sharla.     

Tapi, Sharla tidak kehabisan akal. Tanpa didampingi suami, dia pergi ke kantor Yovea dan memohon merayu sepupunya di sana.     

Kalau sudah begitu, Yovea tidak punya pilihan lain meski sangat enggan. Hanya karena memandang Sharla adalah sanak saudara, makanya dia sudi mengiyakan kemauan Sharla.     

Untung saja atasan Yovea sangat pengertian dan membolehkan dia keluar sebentar untuk urusan gawat keluarga.     

"Kenapa kau ingin menemui Nathan Ryuu?" tanya Yovea saat mereka masuk ke mobil Sharla.     

"Aku … aku ingin memberikan bingkisan untuk dia." Sharla enggan membeberkan alasan sebenarnya dari tindakan dia ini. Malu, tentunya.     

"Memangnya kau hendak memberikan apa ke dia?" Yovea penasaran. Dia menoleh ke belakang dan melihat banyak benda di jok belakang.     

"Hm, hanya seperangkat pakaian bayi mutu terbaik yang bisa aku dapatkan di sini. Dan juga beberapa panganan serta kue mahal, aku pikir itu sudah bagus sebagai penenang dia." Sharla mulai melajukan mobilnya, mengemudi sendiri.     

Yovea mengernyitkan keningnya, "Hm? Penenang dia? Maksudnya apa, Shar?" Dia jadi curiga.     

Sharla terkejut karena dia sudah mencetuskan kalimat yang salah. "Ohh, itu … itu maksudku … dia kan berseteru dengan papa-mamaku, maka dari itu, aku sebagai anaknya, harus memberikan sesuatu sebagai … yah, semacam gencatan senjata."     

Buru-buru Sharla membelokkan alasan agar terdengar masuk akal bagi Yovea.     

Setelah mobil sampai di rumah sakit yang sebagian besar sahamnya sudah dimiliki Nathan Ryuu, kedua wanita itu masuk sambil membawa bingkisan yang cukup besar dan banyak.     

"Pak Satpam, sini bantu aku bawa ini!" Sharla memanggil satpam yang dia lihat untuk membawakan beberapa bingkisan yang berat. Sedangkan dia dan Yovea hanya membawa yang paling ringan saja.     

Setelah beberapa satpam membantu membawakan bingkisan besar itu sampai di depan kamar VVIP Reiko, Sharla melihat penjaga yang sama seperti kemarin berjaga di depan pintunya.     

"Bisakah aku masuk dan menemui tuan kalian?" Kali ini, tidak lagi ada nada pedas, ketus, dan emosi dari Sharla seperti kemarin. Dia justru memberikan nada lembut merayu dengan sikap manis ke 2 penjaga pintu kamar Reiko.     

Kedua penjaga saling berpandangan lalu salah satu dari mereka menekan alat komunikasi di telinga sambil berkata, "Tuan, ada yang ingin masuk untuk menemui Tuan."     

Tak lama, setelah mendapatkan respon dari dalam, penjaga bertanya ke Sharla. "Siapa namamu?"     

"Sharla … katakan aku juga bersama Yovea di sini, berharap bisa masuk untuk bertemu Tuan Ryuu dan menjenguk anak serta istrinya dengan niat baik." Sharla menggunakan bahasa Inggris fasih ke dua penjaga tadi.     

Penjaga itu menyampaikan apa yang dikatakan Sharla tadi ke Nathan Ryuu namun, bebeapa detik kemudian, dia menjawab Sharla, katanya, "Tuan tidak ingin bertemu kalian, terutama yang bernama Sharla. Silahkan kalian kembali lain waktu saja."     

Tangan Sharla sudah mengepal di sisi tubuhnya mendengar jawaban yang disampaikan Nathan Ryuu melalui anak buahnya. Tapi, dia menahan emosinya dan ini harus berhasil atau dia akan mendapatkan cacat di mata Nathan Ryuu. "Tuan Penjaga, tolong bujuk tuan kamu, katakan aku tidak ingin mencari gara-gara, aku justru ingin meminta maaf dengan kesungguhan hati. Tolong sampaikan ke dia begitu. Aku datang dengan damai."     

Yovea menoleh curiga dan bertanya, "Hei, Shar, apa maksudmu? Meminta maaf apanya? Kenapa begitu?"     

Sharla masih bisa beralasan, "Ohh, tentu saja aku harus meminta maaf karena papa dan mamaku sempat ribut dengan dia, kan? Karena itu, sebagai anaknya, aku harus menjadi jembatan perdamaian untuk kedua belah pihak."     

Yovea masih tak percaya. Sharla yang dia kenal tidak seperti itu baiknya.     

Penjaga kembali menyampaikan ke pesan Nathan Ryuu ke Sharla. "Anda Sharla? Dengar, Tuan sudah menutup pintu maafnya pada Anda karena tindakan memalukan Anda terhadap Tuan kemarin. Tolong jangan repot-repot membawa apapun apalagi bujuk rayuan pada Tuan karena itu tidak mengubah penilaian Tuan bahwa Anda wanita mengerikan yang hanya bisa berteriak-teriak mempermalukan diri sendiri seperti kemarin."     

Yovea terbelalak. Kemarin? Kemarin ada apa?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.