Inevitable Fate [Indonesia]

Tak Mungkin Aku Memanggil Kalian Si Bodoh dan Si Tolol, Kan?



Tak Mungkin Aku Memanggil Kalian Si Bodoh dan Si Tolol, Kan?

0Setelah terjadi drama heboh di depan pintu kamar VVIP Reiko, pintu itupun dibuka dan muncul Nathan Ryuu dari sana dan dia memberi kode pada anak buahnya untuk tenang. "Kalian sepertinya mencari saya."     
0

Segera, kedua orang itu, berumur sekitar 30-an, belum mencapai 40 tahun, mereka sama-sama menatap bengis ke Nathan Ryuu setelah yakin bahwa lelaki itu yang mereka cari.     

"Kau! Pasti kau orangnya yang telah membuat orang tuaku kisruh!" Si wanita menuding Nathan Ryuu dengan jarinya sambil mata mendelik seolah ingin menelan Onodera di depannya.     

Dari kalimat berbahasa Inggris itu saja, Nathan Ryuu langsung paham siapa mereka. "Ohh, rupanya anak dari Stanley." Dia menjawab enteng saja. "Mari kita mengobrol di tempat tersendiri, jangan berteriak-teriak seperti orang tidak berpendidikan di sini."     

Jelas ada sindiran tajam dari ucapan Nathan Ryuu pada keduanya.     

Sebelum ada respon sahutan dari kedua orang tadi, Nathan Ryuu sudah berbicara lagi, "Bapak Petugas Keamanan, apakah ada ruangan khusus untuk berdiskusi atau semacam itu? Atau mungkin Ibu Perawat mengetahuinya?" tanyanya sopan pada dua karyawan rumah sakit itu.     

Perawat senior mengangguk. "Ada, Tuan, silahkan ikut saya."     

Petugas keamanan memaksa agar kedua orang yang ternyata adalah anak dari Stanley mengikuti perawat senior yang memimpin jalan.     

Di belakang perawat senior, ada Nathan Ryuu kemudian di belakang si Onodera ada 2 pengawal dia dan di belakang mereka ada kedua orang heboh tadi dengan 2 petugas keamanan di paling belakang.     

Mereka saling beruntungan berjalan ke lift untuk menuju tempat yang dimaksud Nathan Ryuu. Sementara Onodera ini pergi meladeni kedua orang tadi, maid Nami sudah memasuki kamar Reiko sesuai perintah Nathan Ryuu.     

Tiba di sebuah ruangan yang mirip seperti ruang rapat, Nathan Ryuu duduk di salah satu sisi meja oval di sana. Perempuan dan lelaki yang ribut tadi memilih di seberang si Onodera.     

Mata 2 orang itu melirik ke 2 anak buah Nathan Ryuu yang berdiri di belakang si bos. Mereka terlihat geram dan penuh kebencian. Sementara itu, di sudut meja ada perawat senior didampingi petugas keamanan, hanya untuk mengawasi agar pembicaraan di sana tidak berpotensi ke hal anarkisme.     

"Kau membuat orang tua kami berperkara bahkan menyebabkan mama menusuk papa!" Si wanita berteriak lebih dulu.     

"Aku? Aku yang salah? Apakah kau butuh kompres dingin untuk membantu menurunkan panas di otakmu?" Nathan Ryuu menyandarkan punggung dengan gaya jumawa tanpa terlihat takut. Mana mungkin!     

"Kau!" Wanita tadi menggebrak meja dengan keras, membuat perawat senior memejamkan mata dengan sikap prihatin.     

"Nyonya, bisakah Anda tidak perlu melakukan tindakan kasar dalam bentuk apapun?" pinta perawat senior pada si wanita.     

"Kalian ini sebenarnya siapa? Ya, aku tahu kalian anak Stanley dan Marlyn, dan pastinya kakak dari Lindsay kalau melihat dari tuanya wajah kalian. Tapi aku butuh nama kalian agar aku tidak perlu memanggil kalian dengan Si Bodoh atau Si Tolol, benar?" Betapa santainya Nathan Ryuu ketika mengucapkan kalimat itu.     

Perawat senior beralih ke Nathan Ryuu untuk berkata, "Tuan Ryuu, saya mohon Anda juga menahan diri untuk tidak melakukan provokasi. Tolong berdialog yang sehat dan terkendali karena kalian sudah bukan anak kecil lagi."     

"Maafkan saya, Ibu Perawat." Nathan Ryuu membungkuk ojigi dalam sikap duduknya sebagai tanda hormat dia pada perawat senior yang memang patut mendapatkan penghormatan darinya.     

"Aku Sharla, ini kakakku, Dean. Ya, kami memang anak papa Stan dan kakaknya Lind." Wanita bernama Sharla itu akhirnya bersedia mengungkapkan nama dia dan si lelaki meski dengan raut geram dan mata melotot ganas.     

"Baiklah, Sharla dan Dean, biar aku perjelas permasalahan di sini." Nathan Ryuu bersiap menjelaskan.     

"Tidak perlu! Kau hanya akan menuding papa dan mama dengan tuduhan seenakmu!" Sharla memotong disertai gerakan tangannya.     

"Ohh? Apakah kau tidak pernah menginginkan adanya sebuah kenyataan dan lebih suka hidup di dunia fantasimu sendiri? Berpikir bahwa ayah dan ibumu adalah orang suci tanpa dosa?" Sindiran Nathan Ryuu tidak bisa tertahankan.     

"Kau membuat ayahku dirawat di rumah sakit dan ibuku mendekam di penjara, lalu adikku juga mendapatkan tindakan anarkis darimu, betul?" Kali ini Dean bersuara setelah banyak memberikan kesempatan pada adiknya berbicara.     

"Kalaulah ayah dan ibu kalian tidak berbuat curang entah pada perusahaan, pada kakek kalian, ataupun satu sama lain terhadap hubungan rumah tangga mereka, tentunya mereka tidak akan menemui nasib semacam ini. Percayalah!" Wajah Nathan Ryuu seakan begitu bijaksana meski di balik itu menyimpan hinaan pada keluarga Stanley.     

"Apa kau punya bukti atas tuduhanmu itu?" Dean kembali berbicara dengan mata dipicingkan seakan menyangsikan ucapan Nathan Ryuu.     

"Kau pasti hanyalah melakukan tuduhan kosong hanya agar istrimu itu mendapatkan kasih sayang kakek dan nenek! Terlebih, kau pasti ingin mencaplok perusahaan yang sudah diwariskan pada papaku!" Sharla mengentakkan suaranya di kalimat akhir.     

"Ha ha! Lihat, justru kalian sendirilah yang melakukan tuduhan kosong! Ha ha ha! Ingin mencaplok perusahaan kakek kalian? Ha ha ha, itu adalah komedi terbaik yang aku saksikan." Lalu, Nathan Ryuu berhenti tertawa sambil memajukan tubuhnya ke depan sambil berbicara, "Lalu … kenapa kalau aku melalukan itu? Kalian bisa apa?"     

"Kau!" Dean dan Sharla geram bukan main dan sama-sama menampar meja, Sharla sampai berdiri dari duduknya, hendak mencincang Nathan Ryuu.     

"Kalau kalian tidak bisa berdiskusi dengan cara baik, maka lebih baik saya panggilkan manajer untuk menangani kalian." Perawat senior sedikit mengancam.     

"Maafkan saya, Ibu Perawat." Sekali lagi, Nathan Ryuu bersikap sopan pada perawat senior itu, lalu dia berkata, "Sebenarnya tidak ada yang perlu didiskusikan di sini, karena mereka berdua hanya sedang melampiaskan kekesalan mereka akan kenyataan yang menghempas mereka."     

Baru saja perawat senior dan Sharla hendak mengatakan sesuatu untuk Nathan Ryuu, pintu di sana terbuka dan muncullah Stanley memakai kursi roda didorong perawat lelaki karena sebenarnya kondisi dia belum sepenuhnya sembuh.     

"Kalian! Kenapa kalian malah datang?" Mata Stanley mendelik ke 2 anaknya.     

"Papa!" Dean dan Sharla sama-sama merangkul ayah mereka.     

"Jangan bilang kalau kalian datang begini gara-gara disuruh mama kalian?" Stanley memiliki kecurigaan. Istrinya itu memang memiliki banyak trik untuk melawan siapapun. "Kau lagi, Dean, kau kan di Amerika, untuk apa ke Indonesia? Hanya karena mamamu?" Dia memarahi putranya.     

"Pa, kami …." Dean kehilangan kata-kata.     

"Pa, aku baru pulang dari liburan di Bali dan menemukan Papa dan mama sekacau itu, bagaimana mungkin aku tidak berang?" Sharla menyatakan alasan.     

"Ini semua salah Papa, jangan libatkan orang lain. Sekarang, kalian pulang saja." Di luar dugaan, Stanley justru mengusir kedua anaknya.     

"Pa!" Sharla tidak terima.     

"Kalian ini tahu apa! Lekas minta maaf pada Tuan Ryuu! Jangan bertingkah macam-macam di depan pemilik perusahaan SortBank!" bentak Stanley memberikan kode ke 2 anaknya.     

Dean mengerutkan keningnya. "Pa, apa maksudnya dia pemilik SortBank? Bukankah itu salah satu perusahaan raksasa di dunia?"     

Stanley diam tanpa memandang Dean. Dari sana, Dean langsung paham dengan cepat siapa sebenarnya Nathan Ryuu. "P-Pa, aku … aku harus menjenguk mama, aku pamit dulu! Tuan Ryuu, maafkan kalau aku memiliki kesalahan kata!" Dean seketika berdiri dan membungkuk ke Nathan Ryuu sebelum dia keluar dari ruangan itu.     

Sharla melongo seketika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.