Inevitable Fate [Indonesia]

Taktik Nakal Tuan Muda Onodera [21+]



Taktik Nakal Tuan Muda Onodera [21+]

0Lagi-lagi pecah pertengkaran antara Stanley dan Marlyn. Namun, kali ini, Stanley sudah tidak tahan dan memutuskan pergi menghindar dulu dari istrinya dan ingin pergi ke pacar gelapnya.     
0

Marlyn tidak terima dan berlari ke dapur untuk mengambil pisau dan kemudian mengejar Stanley yang sudah hampir mencapai pintu depan.     

"Jangan harap kau bisa menemui pelacurmu! Jangan harap kau bisa ke sana! Lebih baik kau mati saja!" teriak Marlyn sambil mengacungkan pisau besar di tangannya.     

Stanley tentu saja mendengar teriakan istrinya yang melangkah cepat mendekat dia dan matanya terbelalak kaget campur ngeri melihat pisau besar di tangan Marlyn.     

"Berhenti! Apa-apaan kalian ini!" Pak Zein muncul dari arah ruang pribadinya, berjalan dengan tongkatnya dan sebenarnya Beliau terkejut dengan apa yang Beliau lihat.     

Namun, Marlyn tidak peduli dan terus berlari mengejar suaminya.     

Karena jarak sudah terlalu dekat, maka Stanley tidak bisa lagi kabur melarikan diri dari Marlyn dan dia berjuang melawan Marlyn yang kesetanan ingin menghujam dirinya menggunakan pisau di tangan.     

Tangan Pak Zein gemetar saat merogoh ponsel di saku celananya untuk memanggil penjaga rumah.     

"Heh! Kau jangan macam-macam begini, Lyn! Berhenti, Lyn!" Stanley cukup kewalahan juga mengimbangi keganasan tingkah Marlyn yang sudah seperti orang kerasukan.     

"Bangsat kau, Stan! Bajingan busuk! Kau lelaki tak guna! Mati saja kau! Mati! Mati!" jerit Marlyn sambil berusaha ayunkan pisau dengan cara brutal dan sekenanya.     

Tak sampai menit berlalu, datanglah 2 orang lelaki penjaga rumah yang segera meringkus Marlyn menggunakan pentungan karet. Tidak mungkin mereka melumpuhkan salah satu nyonya rumah memakai senjata berbahaya selain pentungan.     

Pisau di tangan Marlyn berhasil dibuang dan ditendang menjauh, sementara wanita paruh baya itu sudah dipegangi meski meronta seperti orang gila.     

Sementara, Stanley sudah tergeletak di lantai bersimbah darah.     

"Stan! Stanley!" Kini, Pak Zein berani mendekat ke putranya dan panik ketika melihat sang anak kedua sudah memiliki beberapa luka di wajah dan juga tubuhnya. "Rumah sakit! Telepon rumah sakit!"     

.     

.     

"Apa? Om Stanley dirawat di rumah sakit gara-gara diserang tante Lyn?" Alangkah kagetnya Reiko ketika dia mendengar berita yang disampaikan Nanik malam ini.     

Karena rasa peduli besar pada orang sekitarnya, Reiko mendekat ke suaminya yang sedang menikmati susu hangat menjelang tidur, berkata dengan nada merayu, "Ryuu … Ryuu …."     

"Hm, pasti bukan berita bagus yang disampaikan saudaramu baru saja, benar?" Sudah pasti Nathan Ryuu bisa mengira apa yang terjadi dan apa yang sekiranya akan diminta oleh sang istri sebentar lagi.     

"Nhh … iya, Ryuu … kau tahu … paman Stanley diserang bibi Marlyn. Kondisinya kini sedikit gawat." Reiko sambil mendekat dan menempelkan dirinya ke tubuh Nathan Ryuu dengan maksud lebih merayu.     

Nathan Ryuu menoleh ke Reiko dan berkata sambil tersenyum, "Itu bukan urusan kita, sayank. Saat ini, urusan kita adalah menunggu kelahiran anak kita, kurang 2 minggu lagi." Tangannya membelai pipi Reiko.     

Mata Reiko terlihat kecewa dengan wajah muram. "Tapi, Ryuu … bukankah yang namanya keluarga itu tetaplah keluarga meski terkadang mereka berbuat tak baik pada kita?"     

Kini, Nathan Ryuu menaruh susu hangatnya di meja nakas dan merengkuh bahu istrinya agar Reiko rebah di tempat tidur. "Aku memiliki skala prioritas sendiri saat ini, sayank. Yaitu kamu … dan anak kita."     

Nathan Ryuu mengurung tubuh Reiko dengan dia lengan kokoh dia sembari tidak membiarkan istrinya mendebat.     

Saat Reiko hendak mengatakan sesuatu, bibir Nathan Ryuu udah memagut dengan lembut dan membuai, menyebabkan Reiko mulai terhanyut, terlebih ketika jari nakal Onodera mulai menari piawai di tubuh bawah Reiko dan menyisakan lenguhan dan rintihan wanita muda itu ketika tubuhnya diayun-ayun pelan nan lembut oleh sang lelaki.     

Nathan Ryuu membuai Reiko dan tidak menyisakan secuil sudut tempat di benak Reiko untuk memikirkan hal lain selain apa yang sedang dia berikan saat ini.     

Berumah tangga selama setahun lebih membuat Nathan Ryuu mudah melacak sudut mana saja yang paling membuat Reiko terbuai dan bagaimana perlakuan yang disukai Reiko agar wanita itu melupakan hal apapun selain sentuhan dia.     

-0—00—0-     

"Ryuu, kau ini sungguh menyebalkan!" Reiko mencubit pelan dada suaminya saat pagi dia terbangun usai merasakan bibirnya dicumbu.     

Nathan Ryuu terkekeh senang. Melihat istrinya cemberut kesal ketika bangun pagi itu merupakan pemandangan alami yang tiada tara. "Menyebalkan karena apa? Karena membuatmu senang semalam? Atau menyebalkan karena memberikan asupan bergizi untuk anak kita?"     

"Ahh, kau ini. Aku kadang tak tahu bagaimana menangani kau yang begini." Reiko merajuk, tapi itu tentu saja tidak serius. Ada rona merah muda di pipinya ketika ucapan nakal suaminya mengalun masuk ke telinganya.     

Tentunya sang suami sangat paham apa yang membuat dia kesal pagi ini. Apalagi kalau bukan tingkah nakal Nathan Ryuu semalam yang membuatnya terbuai dan melupakan niat awal dia menjenguk Stanley.     

"Ayo, aku ingin memandikanmu, Nyonya Muda Onodera." Nathan Ryuu menarik pelan tangan Reiko.     

"Setelah ini aku ingin menjenguk paman Stanley." Reiko bergerak bangun dari tempat tidur.     

"Baiklah, baiklah." Nathan Ryuu menyerah. Dia tak bisa selamanya mengalihkan pikiran Reiko dari menjenguk Stanley. Kali ini dia akan mengiyakan saja. "Nanti usai makan pagi, yah!"     

"Unh!" Reiko mengangguk tegas disertai senyuman.     

Pagi itu, Nathan Ryuu memandikan sang istri di bawah shower. Dia begitu telaten meladeni sang istri dari menyabuninya, membilas sampai bersih hingga ke lipatan-lipatan rahasia.     

"Annghh, Ryuu … kau sengaja!" Reiko menepuk ringan dada telanjang Nathan Ryuu ketika tangan suaminya menyusup masuk di selangkangannya.     

"Hei, aku kan sedang membersihkan seluruh sudut dari tubuhmu, sayank. Apakah aku salah? Atau kurang bersih? Bagaimana kalau begini?" Tangan Nathan Ryuu makin mengusap-usap lipatan rahasia di ufuk selatan tubuh istrinya.     

"Annhh … Ryuu … dasar kau ini … aku kan … Ryuu … semalam sudah … nnhh … kita bisa terlambat ke rumah sakit … nhhh …." Reiko sampai susah menyusun kalimat yang benar gara-gara ulah Nathan Ryuu.     

Nathan Ryuu terkekeh dan membiarkan istrinya bersandar di tubuh depan dia sembari dia mulai menggesek-gesekkan tuan jenderal dari belakang. "Kenapa, sayank? Apanya yang sudah, hm?"     

Gesekan erotis itu makin membuat Reiko tenggelam dalam eforia tak berdasar. Hingga beberapa menit setelahnya, Reiko telah menumpu dua tangannya pada dinding kaca ruang shower sembari sang suami mengayunkan tuan jenderal pada liang sempit dia dari arah belakang.     

Apakah ini taktik Nathan Ryuu lagi agar mereka bisa memperlama waktu?     

.     

.     

Tiba di rumah sakit, Reiko sudah dipapah Nathan Ryuu, berjalan pelan bersama memasuki ruangan yang dikatakan sebagai ruang rawat inap Stanley.     

Di ruangan itu ada Pak Zein, Nanik, dan Lindsay.     

Begitu melihat Reiko, tangan Lindsay meraih cepat pisau buah yang ujungnya tajam. Pandangannya sarat akan kebencian pada sepupunya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.