Inevitable Fate [Indonesia]

Memberikan Kejutan Selanjutnya



Memberikan Kejutan Selanjutnya

0Stanley dan Marlyn masih termangu sambil menatap ke pelayan restoran yang terlihat sangat patuh pada Nathan Ryuu.     
0

Menyadari itu, Nathan Ryuu terkekeh dan berkata ke Stanley, "Kenapa? Apa aku belum bilang kalau aku sudah membeli restoran ini sejak tadi pagi?"     

Mana mungkin jantung Stanley dan Marlyn tidak melonjak mendengar kalimat santai dari mulut Nathan Ryuu? Meski diucapkan dalam bahasa Inggris, tapi kedua orang itu paham.     

Terlebih, Nathan Ryuu menekankan kata 'membeli' tadi dengan pengucapan tegas meski senyum mengejeknya sangat nyata.     

Pasangan jahat itu seakan sedang menelan pasir saat ini. Kenapa mereka sampai tidak tahu bahwa restoran elit ini sudah berganti pemilik?     

Berarti, itu maknanya ….     

"Apakah kalian terkejut?" tanya Nathan Ryuu sambil menyeringaikan senyum iblisnya. "Wajah kalian sungguh lucu saat ini." Nathan Ryuu mulai duduk di samping Reiko dengan anak buahnya masih memegangi Stanley dan Marlyn. "Aku ini orang yang suka memberi kejutan."     

Nathan Ryuu terkekeh dan kemudian, pelayan lain masuk dan berkata penuh hormat padanya, "Tuan, mereka sudah tiba."     

"Baiklah, langsung saja bawa ke sini." Nathan Ryuu melambaikan tangan dengan sikap santai namun memancarkan kharisma besar.     

"Kau! Siapa kau sebenarnya?" Stanley bertanya dengan wajah rumit. Apakah dia salah langkah? Apakah dia salah menyinggung seseorang? Orang yang mampu membeli restoran elit ini … seberapa banyak uangnya? Dia saja tidak akan menyia-nyiakan uang untuk membeli restoran ini karena khawatir tidak untung.     

Kalau begitu, bukankah uang yang digunakan Nathan Ryuu untuk membeli 9 Phoenix ini seperti uang tak berguna saja?     

"Siapa aku? Aku hanya anak seorang pedagang biasa di Jepang, bukankah aku sudah pernah memberitahukanmu mengenai itu? Kau lupa? Ck ck ck … sepertinya ingatan jangka pendekmu bermasalah." Nathan Ryuu terus melancarkan kalimat sindirannya.     

Kemudian … lelaki Onodera ini berkata lagi. "Ahh, masih ada banyak kejutan untuk kalian dariku."     

Usai Nathan Ryuu bicara demikian, dari arah pintu, muncullah Pak Zein, Nanik dan suaminya, Hendra, serta anak bungsu mereka, Yovea. Keempat orang itu masuk ke ruangan pribadi tersebut.     

"Ada apa ini sebenarnya? Apa yang terjadi?" Pak Zein berjalan dipapah Nanik dan Yovea. "Kenapa Stanley dan Marlyn dipegangi orang seperti itu? Lepaskan mereka! Lepaskan! Apakah ini ulahmu?" Beliau menatap ke Nathan Ryuu dengan sengitnya.     

"Persilahkan Beliau duduk." Nathan memberi perintah ke salah satu pelayan.     

Ketika pelayan melakukannya, Pak Zein makin heran, kenapa ada pelayan restoran begitu patuh pada pengunjung sampai ke hal seperti itu?     

"Restoran ini adalah milik Tuan Ryuu, Pak." Pelayan itu akhirnya menjelaskan.     

"Hah?! Milik dia? Bukankah ini milik Jimmy Han?" Nama Jimmy Han tentu dikenali oleh Pak Zein karena pemilik terdahulu 9 Phoenix ini memang pebisnis di bidang kuliner.     

"Sudah berganti menjadi milik Pak Ryuu sejak tadi pagi, Pak." Pelayan itu menjawab sambil tak lupa mengangguk hormat ke Pak Zein.     

Meski masih heran atas apa yang diucapkan pelayan tadi, Pak Zein patuh ketika dituntun ke salah satu kursi di sana. Nanik dan keluarganya juga ikut duduk.     

"Kenapa kau melakukan hal jahat pada anakku?" Pak Zein mencoba berkata dalam bahasa Inggris ke Nathan Ryuu. Beliau terlihat menahan amarahnya.     

Melihat Stanley dan istrinya diperlakukan seperti itu, bukankah itu sama saja seperti merendahkan martabat Beliau sebagai ayahnya?     

Reiko sudah hendak mengatakan sesuatu, tapi dia teringat akan pesan suaminya sebelum ini, agar sepenuhnya diam kecuali Nathan Ryuu menanyai dia. Maka, dia menggigit bibirnya agar mulutnya terkatup rapat.     

Memang, Nathan Ryuu yang menyahut ucapan Pak Zein. "Prinsip saya, Tuan … kalau saya dan orang saya tidak diperlakukan jahat terlebih dulu, maka saya tidak perlu melakukan hal buruk apapun padanya." Nada suaranya tenang dan mengalir mudah, menandakan dia sudah terbiasa menghadapi berbagai jenis orang dalam hidupnya.     

Mereka pikir Nathan Ryuu itu siapa hingga mudah diguncang?     

"Memangnya apa yang dilakukan Stanley dan Marlyn pada kau dan istrimu? Mereka hanya mengundang makan untuk mengakrabkan diri, kan?" Pak Zein sudah diberitahu sebelumnya oleh Nanik bahwa akan ada pertemuan antara anak keduanya dengan sang cucu yang dikatakan itu adalah pertemuan untuk menumbuhkan hubungan baik antar anggota keluarga.     

"Apakah menurut Anda, mengakrabkan diri harus melibatkan adanya racun?" Pertanyaan lancar Nathan Ryuu mengalir sangat halus namun sungguh mengejutkan orang yang mendengarnya.     

"Racun?" Pak Zein mengerutkan keningnya dalam-dalam.     

"Racun, katanya!" Hendra berkata ke istrinya.     

"Ada racun?" Nanik sampai menaikkan alisnya tinggi-tinggi.     

"Astaga, racun …." Yovea bergumam lirih sambil menatap ngeri ke Stanley dan Marlyn, antara percaya dan tidak dengan ucapan dari lelaki Onodera. Memangnya tuduhan serius seperti itu bisa seenaknya dilontarkan begitu saja, apalagi oleh orang seperti Nathan Ryuu!     

"Ya, benar. Mereka melibatkan racun dalam pertemuan ini dan itu ditujukan kepada istriku." Nathan Ryuu melirik Stanley dan Marlyn sebelum dia meraih tangan Reiko dan mengecupnya penuh rasa sayang.     

"Tidak mungkin! Anakku tidak mungkin memakai cara-cara kotor apapun!" Pak Zein mengetukkan tongkatnya ke lantai menandakan Beliau menolak akan pernyataan Nathan Ryuu.     

"Tuan Zein, sepertinya Anda dibutakan akan cinta pada anak sehingga Anda tidak bisa melihat dia sebenarnya seperti apa." Lalu, Nathan Ryuu melambaikan tangan memberi isyarat kepada anak buahnya.     

Anak buah tadi paham dan mendudukkan paksa Stanley dan Marlyn sesudah menjauhkan semua piring dan alat makan dari jangkauan keduanya. Nathan Ryuu sengaja memberi perintah begitu sebagai bentuk antisipasi saja karena merasa Stanley dan istrinya orang yang mudah melakukan hal nekat.     

Apalagi, meski sudah dudukpun, Stanley dan Marlyn masih dipegangi bahunya agar tidak bertindak macam-macam. Pak Zein sebenarnya tidak terima anak kesayangannya diperlakukan demikian, tapi Beliau menunggu ingin melihat apa yang sebenarnya ingin dilakukan Nathan Ryuu.     

"Kau sudah gila! Mana mungkin kami hendak meracuni keponakan kami sendiri!" Stanley berteriak marah ke Nathan Ryuu.     

"Benar!"Marlyn menimpali dengan mata penuh amarahnya. "Lagipula, kalau kami ingin meracuni Reiko, kenapa ada hidangan lengkap yang bisa kami makan dan minum juga? Bukankah itu akan meracuni kami juga?"     

Nathan Ryuu mengerling ke dua orang tadi dengan pandangan jenaka sambil menempelkan telunjuk ke bibirnya, "Sshhh … jangan tidak sabaran begitu, aku akan membukanya sebentar lagi."     

Setelah Stanley dan Marlyn didudukkan paksa bersisian satu sama lain, Nathan Ryuu berkata, "Sekarang, bagaimana jika mereka menikmati makanan dan minuman yang diperuntukkan pada Reiko?" Nathan Ryuu tersenyum pada pasangan jahat di depannya sebelum dia memberikan titah pada anak buahnya, "Bawa gelas dan piring bagian Reiko, isi dengan minuman atau makanan apapun di sana, lalu berikan ke mereka berdua."     

Mendengar perintah Nathan Ryuu pada anak buahnya, mendadak saja air muka Stanley dan Marlyn berubah. Mereka terlihat ketakutan. Sangat ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.