Inevitable Fate [Indonesia]

Kedatangan Dua Saudara dari Jauh



Kedatangan Dua Saudara dari Jauh

0"Ada yang mencari Tuan dan Nyonya." Maid Nami berkata tanpa berani menatap wajah majikannya, ini memang sudah menjadi ketentuan sebagai maid di sini apabila sedang menyampaikan informasi.     
0

"Siapa orangnya?" tanya Nathan Ryuu.     

"Mereka berkata mereka dari Indonesia." Maid Nami menjawab.     

"Indonesia?" Nathan Ryuu dan Reiko menyahut bersamaan sembari saling pandang satu sama lain.     

"Ada apa mereka ke sini?" Reiko heran bukan kepalang.     

"Minta mereka menunggu dulu dan layani dengan baik." Nathan Ryuu selaku tuan rumah tentu tidak ingin mengecewakan tamunya.     

"Baik, Tuan. Permisi." Maid Nami pamit mundur.     

"Kenapa mereka ke sini, yah Ryuu?" tanya Reiko sambil menatap suaminya.     

"Yang aku ingin lebih tahu, kenapa mereka tahu rumah kita ini, sayank. Dari mana dan siapa yang memberitahu mereka, itu yang lebih membuatku penasaran." Nathan Ryuu menimpali.     

"Ohh iya, itu benar sekali, Ryuu."     

"Ya sudah, ayo kita keluar dulu menemui mereka. Apakah kau ingin berganti baju?"     

"Tidak, Ryuu, begini saja tidak apa."     

"Ayo kalau begitu."     

Maka, Nathan Ryuu memapah Reiko kembali masuk ke dalam hunian sampai akhirnya mereka tiba di ruang tamu.     

Ketika melihat kehadiran Nathan Ryuu dan Reiko, segera tamu tersebut berdiri hampir bersamaan. Itu adalah seorang wanita paruh baya bersama wanita muda.     

"Reiko, yah?" tanya wanita yang lebih tua.     

"Ehh?" Reiko memiringkan kepalanya. "I-Iya, saya Reiko." Menggunakan logat yang tidak begitu fasih, Reiko menjawab. Dia mengerti bahasa Indonesia dari sang ibu dulunya meski tidak begitu fasih jika melafalkannya.     

"Reiko, perkenalkan, aku ini kakak dari ibumu, namaku Nanik. Nanik Magdalena Zein." Wanita berusia kepala 6 itu mengulurkan tangannya ke Reiko sebagai tanda ingin berkenalan.     

Ternyata, Nanik benar-benar datang ke Jepang seperti yang sudah dia rencanakan.     

Paham bahwa orang Indonesia menggunakan jabat tangan sebagai tanda perkenalan, bukannya menunduk ojigi, maka Reiko menyambut uluran tangan itu dengan cara santun. "Ahh, rupanya kakak ibu. Iya, selamat datang, kakak ibu." Meski sudah menjabat tangan, Reiko masih membungkuk sedikit karena kebiasaan saja.     

"Ini anakku, yang paling kecil, Yovea." Nanik memperkenalkan anaknya.     

Wanita muda berusia 29 tahun itu mengulurkan tangan ke Reiko. "Halo, aku Yovea. Kamu ternyata bisa bahasa Indonesia, yah! Kamu bisa memanggilku kak Vea."     

Karena secara garis keturunan, Yovea anak dari kakak ibunya Reiko, maka memang Reiko harus memanggil dia kakak, lebih tepatnya kakak sepupu.     

"Ahh, baik! Kak Vea." Reiko menyambut uluran tangan Yovea dengan ramah. "Ohh, ini suami saya." Ia tak lupa memperkenalkan suaminya.     

"Halo, saya Nathan Ryuu." Onodera muda menggunakan bahasa Inggris karena dia tidak tahu bahasa Indonesia.     

Nanik menyambut uluran tangan Nathan Ryuu lalu menyebutkan nama. Demikian juga Yovea ke Nathan Ryuu.     

Meski Nanik paham bahasa Inggris, namun dia tidak begitu pandai mengucapkannya, maka dia serahkan saja itu ke putrinya yang lebih terbiasa berbicara bahasa Inggris sehari-hari di kantornya.     

"Halo, Nathan." Yovea menyapa adik sepupu ipar.     

"Panggil saja Ryuu." Onodera meminta sembari senyum ramahnya tidak tertinggal.     

"Baiklah, Ryuu." Yovea membalas senyum Nathan Ryuu.     

"Reiko, ternyata perutmu sudah sebesar ini, alangkah senangnya Budhe. Ahh, ya, sebutan untukku adalah Budhe, karena aku kakak dari ibumu. Panggil aku budhe Nanik."     

"Budhe Nani." Reiko masih terbawa cara pelafalan ala Jepang.     

"Nanik, Reiko. Nanik." Nanik membenarkan pengucapan Reiko.     

"Ohh! Naniku!" Reiko meralat.     

Nanik dan Yovea terkekeh geli, wanita tua itu berkata, "Bukan Naniku, tapi Nanik. Huruf k-nya dihentak sebagai akhiran."     

"Na…nik! Nik!" Reiko harus melatih dulu agar terbiasa dengan cara orang Indonesia melafalkan huruf konsonan di akhir kata. Ini karena orang Jepang kerap menambahkan huruf vokal setelah huruf terakhir di sebuah kata adalah konsonan.     

"Haik! Saya … perut ini sudah berumur 7,5 bulan." Reiko mengangguk setengah ojigi.     

Tak lama kemudian, suguhan teh panas datang dibawakan maid. Ruang tamu di villa Nathan Ryuu tidak menggunakan tatami melainkan ruangan beraroma modern semua.     

"Budhe Nanikh! Silahkan!" Reiko dan yang lainnya mulai duduk saling berhadapan.     

Nanik dan Yovea menyesap sedikit teh yang disajikan.     

"Kalau saya boleh bertanya, bagaimana Anda sekalian bisa mengetahui kediaman kami?" tanya Nathan Ryuu setelah mereka selesai minum.     

Nanik menoleh ke putrinya dan Yovea menerangkan maksud ucapan Nathan Ryuu. Kemudian, dia menjawab agar Yovea meneruskan ke suami keponakannya. "Bilang ke dia, Ve, aku dapat dari bertanya ke Nyonya Andrea dan Nyonya Revka."     

Yovea mengangguk dan meneruskan ke Nathan Ryuu. "Jadi begini, Ryuu. Sebelumnya, mama saya ini sudah beberapa kali melihat video dan juga postingan Reiko di Instagramm dan Yutub. Mama saya mencoba mencari tahu bagaimana menghubungi pemilik Joglo Fiesta dan setelah terhubung ke Nyonya Andrea, kami bertanya ke Beliau, tapi Nyonya Andrea berkata dia tidak tahu alamat pasti kalian."     

"Ohh!" Nathan Ryuu dan Reiko sama-sama tidak menyangka Nyonya Andrea berusaha menutupi kediaman Reiko.     

"Lalu, mama saya ingat dan mengetahui kalau Reiko pernah menjadi idol. Maka dari itu, mama saya berkutat mencari nomor kontak pemilik agensi bekas Reiko bernaung selama menjadi idol." Yovea ternyata menjelaskan panjang lebar.     

"Lantas, apakah pemiliknya berhasil kalian hubungi?" tanya Nathan Ryuu.     

"Ya, kami berhasil menghubungi dia dan aku berbicara padanya, meminta dengan sangat untuk memberikan alamat kalian, dan ternyata diberi. Maka, beginilah caranya kami bisa ada di sini sekarang." Yovea mengakhiri penjelasannya.     

Reiko melongo. Nyonya Revka! Ia tidak menyangka justru Nyonya Revka yang memberikan alamat dia kepada sanak saudaranya dari Indonesia.     

Kening Nathan Ryuu berkerut. Sepertinya dia tidak pernah memberitahu kepada Nyonya Revka mengenai alamat villa dia. Bahkan penthouse sebelumnya pun tidak pernah dia ungkap alamatnya.     

Lantas, kalau memang begitu, dari mana Nyonya Revka mengetahui alamat terkini dari mereka? Ini sungguh aneh dan tidak terduga.     

Apakah … sebenarnya Nyonya Revka juga memiliki banyak intelijen seperti dirinya? Nathan Ryuu harus menyelidiki ini. Rasanya tak nyaman saja apabila ternyata ada pihak lain yang bisa menemukan huniannya.     

Perlukah nanti dia menghubungi Nyonya Revka secara pribadi?     

Sementara itu, di tempat lain, ada yang sedang bertelepon.     

"Heh, mpok Kitty, kau pasti dihubungi sodaranya Reiko, ya kan? Gak usah menutup-nutupi dah kau!" Nyonya Andrea menghubungi frenemi dia, Nyonya Revka.     

"Memangnya kenapa? Aku bahkan kasi tau mereka alamatnya Reiko." Ternyata Nyonya Revka langsung mengakui tanpa diminta.     

"Lah? Ngapain, dah mpok! Untuk apa kasi tau mereka?"     

"Huh! Kan biar seru … he he he …."     

Sementara itu, kembali ke villa Nathan Ryuu, keempat orang di ruang tamu sudah cukup lama berbincang sembari mengenang memori mengenai Rurike.     

Hingga, kemudian Nanik menyampaikan, "Reiko, saat ini, nenek kamu sakit keras. Apakah bisa kamu datang ke Indonesia menjenguk nenek? Siapa tahu Beliau bisa tersadar dan sembuh. Apalagi, dulu Beliau sering jatuh sakit setiap teringat ibumu."     

Nathan Ryuu dan Reiko sama-sama terkejut meski yang kentara hanya respon Reiko.     

Reiko diminta ke Indonesia!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.