Inevitable Fate [Indonesia]

Gemuruh Badai Mulai Datang



Gemuruh Badai Mulai Datang

0Di Indonesia, gejolak di dalam sebuah keluarga Zein masih terus ada.     
0

Bisa dilihat bahwa Pak Yuwono Zein sepertinya terlalu keras kepala mengenai apa yang sudah terjadi pada ibunya Reiko, Rurike. Ini bisa diamati dari perkataan Beliau ketika berbicara dengan istrinya yang terbaring antara sadar dan tidak di rumah sakit akibat stroke.     

Sementara, Nanik sebagai anak tertua sebenarnya menyesalkan keputusan dan juga sikap ayahnya yang terlalu keras terhadap adik bungsu mereka, ibunya Reiko.     

Meski tidak suka akan sikap ayahnya, dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika ibunya Reiko ditindas dan diasingkan oleh ayahnya karena saat itu dia sendiri takut jika mendapatkan murka ayahnya ketika dia sendiri sedang memperjuangkan suaminya sendiri kala itu yang sering disindir ayahnya dikarenakan belum juga mengalami peningkatan karir.     

Sikap keras ayahnya itu tidak bisa ditahan Bu Yuwono yang lembut dan sangat patuh pada sang suami. Meski Bu Yuwono menangis dalam hatinya ketika harus dipisahkan dari anak bungsunya, Beliau hanya bisa memendamnya hingga akhirnya Bu Yuwono mengalami syok dan dirawat di rumah sakit untuk beberapa minggu ketika mendengar kematian Rurike kala itu.     

Tapi, Pak Yuwono Zein sepertinya tidak ingin disalahkan atas apapun. Dia merupakan lelaki yang sangat keras kepala dan menganggap seluruh tindakannya merupakan sebuah kebaikan dan ketepatan yang hakiki.     

Hari ini, Nanik menghubungi adiknya yang tinggal di Surabaya. Dia menceritakan mengenai kabar Reiko terkini.     

"Ris, kamu ikut bujuk papi, yah! Mbak tidak bisa sendirian melakukannya."     

"Duh, Mbak, bukankah ada Mas Stanley di sana? Dia yang paling disayang papi, kan? Minta tolong dia saja, Mbak. Aku malas berurusan dengan papi yang keras."     

Nanik menghela napas. "Justru aku menghubungi kamu karena Stanley tak bisa diharapkan."     

"Maaf, Mbak. Aku mundur kalau masalah Ruri dan papi. Itu hal paling susah ditangani ke papi. Mbak tahu sendiri kenapa aku sampai memilih tinggal di Surabaya meski papi meminta aku di Jakarta sana?"     

"Ya, ya, Mbak mengerti." Nanik paham adik lelakinya itu memang sejak lama tidak suka terlibat dengan urusan internal keluarga dan lebih memilih menjauh untuk menghindari keributan dengan Stanley yang sok kuasa hanya karena dia paling disayang Pak Yuwono Zein.     

Nanik kemudian, menghubungi suaminya di kantor untuk meminta masukan.     

-0—00—0-     

Pagi ini, Reiko sudah menyelesaikan sarapannya bersama sang suami. Mereka sengaja santap makan pagi di taman samping villa. Dilimpahi sinar hangat mentari di jam 7 membuat mereka merasa terberkati akan kebahagiaan hidup.     

"Bagaimana perutmu, apakah anakku masih nakal menendang?" Nathan Ryuu bangkit dari kursinya dan mendekat sambil berlutut di samping istrinya yang sudah menyelesaikan minum jus buahnya.     

"Dia sangat aktif." Reiko berkata sambil mengelus kepala sang suami yang sedang merebahkan kepala ke perut buncitnya. "Hei, jangan bilang dia nakal. Dia tidak nakal, hanya aktif."     

Jemari Reiko menyisiri helaian gelap rambut suaminya sembari tersenyum, mensyukuri semua bahagia yang dia peroleh semenjak bertemu Nathan Ryuu. Setiap hari dari hari itu, dia terus memanjatkan ucap syukur di hatinya.     

"Ohh! Dia menendangku, ha ha ha!" Nathan Ryuu begitu gembira saat merasakan tendangan anak di dalam perut istrinya pada pipinya yang dia tempelkan di perut besar Reiko.     

Sekarang, usia kehamilan istrinya sudah hampir 8 bulan. Nathan Ryuu juga sudah mengurangi jadwal kegiatan sang istri di luar rumah. Reiko hanya diperbolehkan berkegiatan di dalam villa saja.     

Reiko tidak masalah mengenai pengekangan sang suami pada dirinya. Toh, dia tahu Nathan Ryuu melakukan itu dikarenakan sang suami sangat menyayangi dan ingin menjaga dia dengan sebaik mungkin, jadi untuk apa kesal?     

Reiko justru sedang berada pada fase dimanja habis-habisan oleh Nathan Ryuu. Semua keinginannya akan dikabulkan asalkan tidak membahayakan dirinya.     

"Iya, baiklah … dia anak yang aktif, bahkan dia tidak ingin dilihat jenis kelaminnya, selalu saja bersembunyi jika sedang diintip pak dokter, yah! He he he … sungguh tak sabar aku ingin melihat dia."     

Anak mereka di dalam perut Reiko memang susah dilihat jenis kelaminnya secara pasti dikarenakan setiap diperiksa menggunakan USG.     

Dikarenakan Nathan Ryuu tidak ingin repot-repot datang ke rumah sakit atau klinik dokter kandungan demi keamanan istrinya, lelaki Onodera ini membeli alat USG yang ditaruh di sebuah kamar kosong, sejak mengetahui istrinya hamil.     

Ini hanyalah upaya Nathan Ryuu agar istrinya bisa lebih nyaman ketika tiba saatnya pemeriksaan kehamilan, tak perlu lelah menunggu atau mengantri.     

Yah, namanya juga orang kaya, pasti ingin yang terbaik untuk orang paling disayangi.     

"Pasti dia sebaik dan sehebat dirimu, Ryuu …." Reiko mengelus lembut wajah suaminya yang masih saja berlutut di sebelah kursinya.     

"Dan pastinya dia seindah dirimu, sayank." Nathan Ryuu membalas dengan pujian pula pada istrinya.     

"Tentunya, dia akan menjadi anak yang membanggakan kita, ya kan Ryuu?" Reiko menelusuri rahang tegas suaminya menggunakan tapak tangan lembutnya.     

"Ya, dia pastinya akan sangat membanggakan kita karena kita akan mendidik dia dengan sebaik mungkin, menjadi orang yang benar-benar layak untuk sesamanya." Onodera muda mengangguk penuh keyakinan.     

Reiko setuju dengan pemikiran suaminya dan mengangguk. "Oh ya, kemarin sepertinya ada e-mail dari nyonya Andrea, tapi aku belum sempat membacanya sampai sekarang. Ada apa, Ryuu? Nyonya Andrea ingin apa?"     

"Ohh, dia hanya mengabarkan ada gaun ibu hamil dari kain ulos terbaru untukmu. Hari ini mungkin akan tiba di villa." Nathan Ryuu mengabarkan.     

Senyum Reiko terkembang saat membayangkan salah satu kain tradisional dari negeri asal ibunya itu. "Pasti cantik. Kain Indonesia tidak ada yang tidak cantik, kamu setuju, kan Ryuu?"     

"Aku menyetujui apapun yang istriku setujui." Tangan Nathan Ryuu menggapai tengkuk istrinya agar dia bisa meraih bibir Reiko menggunakan bibirnya agar tercipta cumbuan di antara mereka.     

"Ryuu, aku ingin jalan-jalan di taman, mumpung matahari masih hangat menyenangkan begini." Reiko ingin bermandikan matahari tiap paginya agar tubuh dan janinnya menerima sebanyak mungkin sinar terbaik mentari di jam seperti ini.     

"Ayo." Nathan Ryuu membantu istrinya bangkit dari kursi dan terus memapahnya sambil berjalan pelan melintasi taman di sana.     

"Wah, ini sudah mengeluarkan bunga." Reiko menatap salah satu tanaman hias outdoor yang ada di taman.     

"Ya, benar. Sudah ada 2 kuncup bunga, nanti bisa kita nikmati tidak lama lagi." Nathan Ryuu menatap tanaman yang sama seperti istrinya.     

Kemudian, datanglah seorang maid ke taman itu dan berkata, "Permisi, Tuan dan Nyonya, maaf saya mengganggu." Tak lupa maid itu membungkukkan badan dalam sikap ojigi terbaik pada kedua majikannya.     

Reiko dan Nathan Ryuu sama-sama menoleh.     

"Ada apa, Nami-chan?" tanya Reiko pada maid-nya.     

"Ada yang mencari Tuan dan Nyonya." Maid Nami berkata tanpa berani menatap wajah majikannya, ini memang sudah menjadi ketentuan sebagai maid di sini apabila sedang menyampaikan informasi.     

"Siapa orangnya?" tanya Nathan Ryuu.     

"Mereka berkata mereka dari Indonesia." Maid Nami menjawab.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.