Inevitable Fate [Indonesia]

[Bonus chapter] VinRu [21+]



[Bonus chapter] VinRu [21+]

0Mungkin Reiko dan Nathan Ryuu sedang menjalani kehidupan bahagia mereka saat ini di Jepang.     
0

Selain mereka, ada juga banyak pasangan lain yang menjalani hidup damai bahagia bersama pasangan tercinta mereka, salah satunya adalah pasangan yang hidup di salah satu pelosok di sebuah negara maju di Eropa.     

Masih disekitar negara-negara Skandinavia karena Ben Hong masih berbaik hati menempatkan mereka di negara maju, meski tetaplah hutan atau kota atau desa terpencil selalu menjadi pilihan Ben Hong untuk mengisolasi pasangan tersebut.     

Benar, ini adalah Vince Hong dan Ruby.     

Mereka dipindahkan ke sebuah 'kota mati' yang terkenal dengan sebutan pusat pesimisme global yang berpenduduk hanya 2600 orang dan 37 persennya terdiri dari lansia berusia di atas 60 tahun.     

Hanya ada segelintir saja yang berusia 20 hingga 30 tahun di sana.     

Itu dikatakan sebagai kota paling terpencil di provinsi paling suram di negara itu.     

Namun, itu merupakan tempat paling ideal menurut Ben Hong sebagai pengasingan bagi anak dan mantan istri keduanya. "Kalau kalian berani nekat keluar dari tempat itu, maka aku tidak akan lagi memiliki belas kasihan pada kalian atau pada anak kalian." Demikian pesan terakhir Ben Hong melalui video yang disampaikan anak buah Ben Hong.     

Oleh karena itu, Vince Hong dan Ruby tidak berani lagi nekat keluar dari tempat pengasingan mereka. Biarlah mereka menghabiskan hari tua mereka di tempat antah berantah sekalipun asalkan anak-anak mereka aman terlindungi dan mereka bisa tetap berdua tak terpisahkan.     

Di kota pesimisme global itu, pasangan tersebut menempati rumah yang sekelilingnya ada banyak lansia.     

Mereka berdua paham agar tidak mengungkap identitas mereka yang sebenarnya kepada orang-orang di sana, maka mereka selalu mengatakan mereka adalah orang yatim piatu yang melarikan diri dari perang saudara di negeri mereka di Vietnam.     

Namun, ketika mereka ditanya mengenai Vietnam, Vince dan Ruby sepakat menjawab dengan gelengan kepala dan berkilah tidak ingin lagi mengingat tempat itu dan berharap mendapatkan suaka yang lebih baik di kota tersebut.     

"Sungguh kasihan kalian. Ya sudah, menetaplah di sini, semoga kalian bahagia tinggal di tempat sederhana ini." Beginilah yang banyak disampaikan penduduk kota itu kepada Vince dan Ruby.     

Beruntung orang di sana tidak terlalu mendesak ingin tahu mengenai kisah masa lalu keduanya dan menerima dengan tangan terbuka. Bagaimanapun, kota kecil yang nyaris mati itu memang membutuhkan populasi setelah banyak anak muda di sana memilih hengkang pergi ke kota besar lainnya yang lebih gemerlap.     

Kehidupan damai dan tenang memang dijalani Vince dan Ruby. Pagi harinya mereka akan merawat kebun buah dan sayur sederhana, kemudian Vince akan berjalan sebentar sampai ke toko bahan makanan untuk membeli susu pagi dan roti untuk sarapan dia dan istrinya, sementara Ruby mencuci baju.     

Pada siang hari, mereka bersantai sebentar menunggu sore datang untuk pergi ke toko lagi membeli bahan makanan segar untuk dimasak demi memiliki makan malam.     

Demikianlah kegiatan sehari-hari mereka.     

"Aku rindu River." Ruby mendesah sambil dia merebahkan tubuhnya di sebelah sang suami malam itu usai membereskan peralatan makan dan sekaligus mencucinya.     

"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Aku yakin River dan Raven selalu baik-baik saja di Asia sana." Vince Hong mengelus wajah cantik istrinya yang seakan mengalami penuaan yang sangat lambat. Ruby masih saja terlihat cantik dan memesona meski telah berusia 40-an.     

"Apakah menurutmu mereka juga memikirkan kita, Vin?" Ruby menoleh ke suaminya sehingga pandangan mereka saling bertaut.     

"Tentu saja, tapi kita tahu bahwa tidak mudah mengenai ini. Papa masih tidak mengijinkan kita bertemu dengan mereka." Vince mengusap bibir istrinya menggunakan sapuan ibu jarinya. "Kamu pastinya masih ingat pesan papa, bahwa jika kita nekat sekali lagi, maka tak ada ampun untuk kita dan anak-anak."     

Ruby mengangguk dengan menampilkan raut sedihnya. "Ya, kupikir Ben terlalu kejam memisahkan orang tua dengan anak-anaknya. Tapi, rasanya aku juga memiliki banyak dosa padanya."     

"Tentu saja, tentu kita berdua ini memiliki dosa setinggi langit terhadap papa." Vince Hong menaikkan dagu istrinya untuk melumat bibir kenyal Ruby yang sudah jarang tersentuh lipstick.     

Sungguh, semenjak hidup dalam pengasingan oleh Ben Hong, secara otomatis Ruby tidak bersentuhan dengan make up apalagi dunia glamor seperti dulu, dia benar-benar menjadi wanita bersahaja, baik dari penampilan maupun gaya hidup.     

Vince Hong pun demikian. Lupakan setelan jas mahal atau wine, apalagi pesta gala. Semua hanya menjadi masa lalu saja. Namun, dia tidak keberatan kehilangan itu semua asalkan dia bisa selalu bersama orang paling dia cintai, Ruby.     

"Aku juga berdosa pada Ryuu." Ruby melirih.     

"Hei, stop bicara mengenai pria satu itu." Vince justru mulai berkerut kesal karena istrinya menyebut rival terberatnya.     

Alis Ruby naik tinggi ketika dia berkata, "Apa, Vin? Jangan bilang kau masih cemburu padanya. Vin, dia sudah punya istri baru! Tunggu, aku tunjukkan padamu."     

Tangan Ruby meraih ponsel di meja nakas, lalu membuka kanal yutub. "Tunggu aku mendapatkan sinyal. Astaga, sinyal di tempat ini sungguh buruk!" Tangannya bergerak-gerak seakan mencari sinyal. "Ahh! Dapat!"     

"Tsk! Aku sudah pernah melihat istrinya! Kau kan sudah beberapa kali menunjukkan padaku wanita itu. Bahkan aku pikir si Jepang itu seorang pedofilia karena menikahi gadis yang umurnya 2 kali di bawahnya. Cih!"     

"Vin! Jangan kecut mulut begitu." Ruby menampar pelan dada suaminya. "Dia bukan gadis di bawah umur, oke! Dia sudah di usia 20 tahun lebih ketika menikah dengan Ryuu. Kau ini … kenapa selalu memusuhi Ryuu? Dia itu orang baik yang bahkan sudah kita sakiti."     

"Hghh … lalu untuk apa kau membe—"     

"Wah, Vin! Lihat! Ternyata dia sekarang sedang hamil!" Ruby segera menunjukkan vlog Reiko saat makan bersama Nathan Ryuu di sebuah restoran dan Reiko memakai baju hamil yang manis dan elegan. "Ya ampun, dia manis sekali! Lihat, mereka sungguh pasangan serasi, kan? Seperti kita, Vin! Hi hi!"     

"Apa kau sungguh menatap ke gadis itu atau ke pasangannya, Ru?" Vince Hong menyindir.     

Ruby segera mengerling kesal sambil memutar bola matanya dan mencibir seraya berkata, "Kau ini sungguh menyebalkan, Tuan Muda Hong! Entah kenapa aku bisa betah bertahun-tahun denganmu."     

"Apa? Berani bilang apa barusan? Coba ulangi!" Vince Hong segera merubah posisinya menjadi menindih Ruby.     

"Awh! Vin, kau ini … dasar tuan muda kasar dan begajulan." Ruby sambil menahan senyum gelinya, dia senang melihat suaminya cemburu begini.     

"Ya, ya, ya, aku kasar dan begajulan, sementara dia lembut dan terhormat, begitu?"     

"Tentu saja!" Ruby makin bersemangat menggoda Vince Hong.     

Akibatnya, Vince Hong kian kesal dan menumpahkannya dengan cara yang disukai Ruby, yaitu … menaklukkan Ruby di ranjang.     

Sama seperti saat ini, Vince Hong memasukkan tangannya ke dalam celana dalam istrinya dan menggapai sesuatu yang basah dan lembap di sana.     

"A-Annnhh … Vin … mmhh …." Ruby menggigit bibirnya menahan sensasi menyenangkan di selatan tubuhnya akibat sentuhan Vince Hong.     

"Katakan lagi kalau dia lebih lembut dariku!" Vince Hong makin agresif.     

Jemari Vince Hong terus bergerak di dalam celana mungil Ruby, mengusap secara agresif sesuatu di sana yang dia ketahui pasti akan mengakibatkan sang istri menjadi tawanan cintanya malam ini.     

"Anghh! Ummhh … ya … dia … dia memang lebih lembut," jawab Ruby dan lekas mengulum bibirnya sendiri agar tidak melepaskan tawa karena berhasil memancing tingkah manis Vince Hong yang cemburu. Dia menyukai ini.     

"Sungguh? Jadi dia lebih lembut dan aku kasar? Baiklah, akan aku berikan seperti apa yang kau minta, Ru!" Segera, tangan Vince Hong melucuti celana dalam Ruby dan bergegas membentangkan kedua paha Ruby sebelum kepalanya merunduk ke pangkal paha sang istri.     

"Anghh! V-Viinnhh …." Ruby mulai menggelepar ketika 'cumbuan' agresif pada pusat kehidupannya terus saja diberikan mulut ganas Vince Hong di bawah sana.     

"Slllrrtthh … erllhhh … sllrrllrrllrllrrthh …." Vince hanya memberikan jawaban melalui suara lidahnya yang menggeliat beringas di mutiara mungil istrinya sembari dua tangan terus memegangi paha Ruby agar kaki wanita itu terus terbuka untuknya, sehingga dia mendapatkan akses tak terbatas.     

"Anghh! Vinnhh!" Ruby sampai menaikkan punggungnya dan tangannya meremas rambut Vince Hong antara ingin menghentikan kegilaan mulut dan lidah Vince di selatan sana atau sekalian membantu gerakan kepala suaminya agar terus aktif di area basah itu.     

"Haarghh!" Ruby kian kelojotan ketika mutiara mungil nan istimewa dia dihisap-hisap kuat oleh mulut beringas Vince Hong. Matanya terpejam sambil dia terus mengerang dan meremas apapun yang bisa dijangkau.     

Beberapa menit berkutat di wilayah basah itu, Ruby akhirnya menyerah ketika dua jari Vince mulai ikut campur menerobos masuk ke liang intimnya. Dia membasahi seprei tanpa ragu dengan cairan bening dia yang tak bisa ditahan lagi.     

Kemudian, Vince bergerak ke utara, mencari wajah Ruby sembari dia menurunkan celananya, lalu menjejalkan pusaka kebanggaannya ke dalam mulut Ruby.     

Ruby mengerti dan mulai ganti memanjakan milik suaminya karena dia sudah mendapatkan pelepasannya barusan. Dia layani pusaka yang mengeras itu menggunakan kerja sama antara mulut dan juga lidahnya untuk memberikan gelitikan dan juga pompaan nikmat untuk Vince Hong.     

Sementara itu, Vince Hong menahan dua tangan Ruby di atas kepala sang istri sambil pinggulnya bergerak agar pusakanya bisa menggauli mulut Ruby dengan sentakan-sentakan agresif.     

Hingga akhirnya Vince Hong mengerang keras ketika dia mencapai limit dan melepaskan peluru cairnya di mulut Ruby.     

Begitu pusakanya dikeluarkan dari mulut istrinya, Ruby justru memainkan cairan putih kental itu di lidah dan sesekali ditampakkan di tepi bibir dan dia memasukkan pusaka Vince lagi ke dalam mulut sambil kembali dipompa.     

"Aarghh … kau memang wanitaku yang hanya teruntukku saja, Ru! Orghh!" Pusaka kebanggaannya kembali menegang dalam performa terbaik lagi seperti tadi.     

Lekas saja batang pusaka itu dicabut dari mulut Ruby dan dia tak sabar untuk segera ….     

"Aaarghh …."     

"Ouughhh …."     

Keduanya sama-sama melantunkan suara yang menyiratkan nikmat ketika mereka saling menyatu.     

Kemudian, Vince lekas menghentak-hentak tubuh istrinya seakan tak sabar mendapatkan seluruh kepuasan.     

Sembari menghentak dengan hujaman-hujaman kuat, tangan Vince mulai melucuti baju atasan tipis milik Ruby sehingga wanita itu sudah tidak memiliki apapun di tubuhnya.     

Tangan besar nan kokoh Vince meremas bongkahan kenyal nan indah di dada Ruby sebelum akhirnya dia merunduk ke sana untuk merasakan madu dari pucuk dada Ruby yang memabukkan meski tak ada nectar yang keluar.     

Sementara itu, Ruby merasakan kenikmatan ganda, di selatannya sekaligus pada dadanya yang terus dinikmati sang suami tanpa berhenti. Semua saraf di tubuhnya serasa berdenyut akibat sensasi nikmat tak terhingga, terutama ketika dua kakinya diangkat dan ditaruh pada siku dalam Vince dan sang suami mempercepat ritme hentakannya.     

"Anghh! Vinhh! Vinhh!" Ruby menggelepar menyeru nama sang suami ketika seluruh titik nikmatnya berdenyut akibat permainan tuan muda Hong.     

Ritme semakin cepat sampai-sampai Ruby kian mengerang tertahan dikarenakan kegilaan hentakan Vince hingga pada ujungnya, Ruby menyerah lagi dan menghaturkan cairan bening dia yang menyemprot milik Vince di dalam sana.     

Sayang sekali, Vince tidak ingin berhenti, tak ingin memberi Ruby kesempatan dalam masa tenang antiklimaks, menggeber kembali pusakanya yang makin kokoh.     

"Haahh … haahh … ini akan lama, Ru, karena sudah aku keluarkan terlebih dahulu di mulutmu tadi …." Lalu, Vince menyeringai sambil menatap Ruby di bawah kungkungan dirinya.     

"Ernnghh … kau … kau memang bedebah binal, Vinhh … angghh … Vinnhh … anghh … geli … sialan kau ini … pelan, ei! Arhhh!" Ruby sampai harus memberontak kecil ketika dalam masa antiklimaks ini, suaminya justru kian beringas memompa liang intimnya.     

Tak mau hanya menjadi perempuan pasif membosankan di ranjang, Ruby sekuat tenaga berguling dan mengganti posisi menjadi di atas Vince.     

Tuan muda Hong tidak keberatan akan itu. Dia senang dengan posisi apapun. Ketika Ruby di bawahnya, dia senang karena melihat Ruby yang tampak pasrah dan takluk. Sedangkan jika Ruby ada di atasnya seperti ini, Vince juga bahagia melihat tubuh memikat sang istri yang masih terawat dan kencang bergerak serta bergoyang, terlihat sungguh indah secara visual.     

Yah, lelaki memang makhluk visual, bukan!     

Ruby meliukkan tubuhnya dengan gemulai, terkadang naik dan turun sambil menumpukan dua tangan pada dada Vince, kadang pula merunduk untuk menyatukan bibir mereka sembari pinggulnya semakin bergerak binal menggoda sang pusaka kokoh.     

Vince menggunakan kesempatan itu untuk semakin menusukkan pusakanya dari bawah secara ganas sambil dia memeluk Ruby sehingga Ruby akan makin keras mengerang dan berujung dengan orgasme lagi pada Ruby.     

Kemudian, setelah membiarkan Ruby menuntaskan semburan orgasmenya, Vince mencabut miliknya dan merubah posisi. Dia menarik Ruby ke meja terdekat untuk direbahkan di atasnya dan dia kembali menghentak istrinya.     

Puas dengan gaya itu, Vince mengganti dengan gaya doggystyle berdiri dengan Ruby berpegangan pada tepi meja tersebut hingga nanti salah satu kakinya akan diangkat dan ditahan tangan Vince.     

Malam-malam panas seperti itu memang kerap mereka ciptakan tanpa peduli apakah suara mereka akan terdengar tetangga sekitar atau tidak.     

Hingga pada tengah malam setelah bergulat intim selama 2 jam lebih, keduanya sama-sama rubuh ke kasur dengan napas tersengal dan peluh di sekujur tubuh. Wajah bahagia serta puas keduanya sudah bisa menyiratkan apa yang mereka rasakan saat ini.     

"Terima kasih, suamiku." Ruby mengelus pipi Vince yang memiliki codet bekas luka memanjang di sana, lalu mengecup codet itu tanpa ragu tanpa jijik. "Kau memang yang terbaik untukku."     

"Tentu saja!" Vince tersenyum bangga atas pujian istrinya.     

Kemudian, mereka tidur hanya berselimut tebal saja sembari berpelukan.     

Hamil? Itu tidak akan terjadi pada Ruby.     

Ketika Vince dan Ruby kala itu berada di pesawat jet pribadi Hong untuk pulang ke Hong Kong, jet memang diledakkan oleh Ben Hong, dan saat itu … Ruby sebenarnya sedang hamil muda.     

Mengetahui bahwa mantan istrinya hamil muda benih anaknya, Ben Hong secara kejam memerintahkan anak buahnya membawa Ruby ke dokter untuk menggugurkan janin itu saat Ruby dan Vince masih tak sadarkan diri usai peledakan.     

Tak hanya itu saja, ketika Vince dan Ruby baru ditempatkan di tempat pertama pengasingan mereka, Ruby kala itu sudah menjalani operasi tubektomi sehingga dia akan susah hamil.     

Sepertinya Ben tak puas dengan penghukumannya terhadap mereka. Ketika Vince dan Ruby hendak melarikan diri dari pengasingan di Swiss, Ruby di buat tak sadar dan dibawa paksa untuk diberikan operasi pengangkatan rahim.     

Vince mengetahui tindakan kejam ayahnya namun tak tega mengatakan pada Ruby ketika pada esok harinya sang istri tersadar dan mendapati jahitan pada perutnya.     

"Kamu … kamu pingsan hari itu dan ternyata ada usus buntu." Demikian Vince berbohong pada Ruby agar tidak membuat istrinya sedih.     

Bagi Vince, ada atau tidak ada rahim pada Ruby, itu tak menjadi masalah baginya. Cinta adalah segalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.