Inevitable Fate [Indonesia]

Jumpa Pers



Jumpa Pers

0Semua komentar yang ditujukan kepada Reiko terlalu panas hingga membakar mata Reiko dan orang-orang yang sayang padanya, terutama Nathan Ryuu.     
0

Apakah sang Onodera akan diam saja?     

Tentu saja tidak mungkin dia bisa berlama-lama diam ketika melihat istri tercintanya dihujat dan dibicarakan secara buruk.     

Maka, Nathan Ryuu memberi perintah ke Itachi untuk mengurus adanya jumpa pers, dan dia akan mengajak Reiko untuk ikut bersama dia ke ballroom salah satu hotel besar di Roppongi.     

"Ryuu, ini … apakah ini tidak apa-apa?" Reiko masih saja bertanya dengan kalimat itu ketika dia didandani oleh penata riasnya.     

"Sayank, ini benar-benar tak apa, jangan khawatir." Nathan Ryuu sudah selesai dengan penampilannya dan menunggui istrinya selesai didandani.     

"Tapi, Ryuu … bagaimana jika ini malah berimbas buruk—"     

"Tidak, sayank. Tentu saja tidak seperti yang kau cemaskan, kau tenang saja, yah!" Nathan Ryuu tersenyum di belakang Reiko dan bisa dilihat sang istri melalui cermin di depan.     

"Istri Anda sangat cantik, Tuan Onodera." Penata rias tersenyum lebar dengan tulus ketika dia menoleh ke Nathan Ryuu.     

"Tentu saja. Aku mendapatkan dia dengan susah payah. Sungguh sebuah perjuangan." Setelahnya, Nathan Ryuu mengulum senyum dengan aroma menggoda sang istri.     

"Tsk, Ryuu … kau ini …." Reiko tersipu. Lalu dia berbicara ke penata riasnya, "Kakak, jangan dengarkan omong kosong dia. Dia suka melebih-lebihkan."     

Penata rias itu tertawa tanpa suara sambil menatap Reiko.     

"Ya, aku suka melebih-lebihkan kamu karena kamu memang banyak kelebihan, sayank." Nathan Ryuu kemudian menarik kursi di dekatnya agar bisa duduk di sebelah Reiko.     

"Ryuu … kenapa malah duduk di sini." Reiko bertingkah mendorong kursi tempat suaminya duduk, tapi tentu saja dia tidak bersungguh-sungguh ingin mengusir suami tercinta.     

"Hi hi … kalian ini sungguh pasangan mesra! Benar-benar membuat orang iri saja." Penata rias terkekeh geli melihat interaksi kedua orang terkenal di dekatnya ini. Satunya adalah konglomerat besar di Jepang, dan satunya lagi merupakan idol terkenal di dunia.     

"Sudah?" tanya Nathan Ryuu ketika melihat penata rias menjauh dari Reiko.     

"Sudah, Tuan. Saya ucapkan selamat untuk kalian berdua, semoga kalian selalu langgeng dan mesra seperti ini." Wanita itu membungkuk hormat ke Nathan Ryuu dan Reiko.     

"Kakak, kau terlalu formal." Reiko ingin mencegah, karena rasanya tak enak hati menerima ojigi dari orang yang lebih senior darinya.     

.     

.     

Ballroom luas nan mewah itu didominasi warna kuning, oranye, dan warna terakota dari atas hingga bawah pada karpetnya.     

Sudah ada puluhan bahkan mungkin mencapai 100 lebih kursi ada di sana, tertata dengan rapi. Semuanya sudah diatur begitu profesional, bahkan disediakan pula buffet menu di ruang samping ballroom untuk para tamu nantinya mengambil makanan dan minuman.     

Sebagai orang yang berpengalaman, tentu saja Nathan Ryuu tidak akan membiarkan tamu undangannya kelaparan.     

Selain itu, di sepanjang dinding ballroom berjejer anak buah Nathan Ryuu memakai setelan serba hitam dengan raut wajah serius, membuat siapapun pasti tak memiliki nyali untuk berbuat onar.     

Ketika Reiko tiba di hotel tersebut, dia menggenggam erat-erat tangan suaminya. Jelas ada guratan takut di wajahnya.     

"Tenang saja, sayank, biarkan aku yang memegang kendali semuanya. Kau tak perlu cemas." Bagaikan seorang gentleman, Nathan Ryuu menepuk lembut tangan sang istri sambil memberikan kalimat penenang.     

"Apakah Nyonya Revka sudah tahu acara ini?" Reiko masih tak enak hati pada pihak agensi dan juga rekan grupnya.     

"Tentu saja dia sudah aku beritahu kemarin. Dia setuju atau tidak, bukan urusanku, karena urusanku adalah menangani urusan istri tersayangku ini." Ucapan lembut dari Nathan Ryuu sungguh menghangatkan hati Reiko. Sekali lagi dia berucap syukur di batinnya karena memiliki suami seperti Nathan Ryuu.     

Setelah bisa lebih tenang berkat kalimat dari suaminya, Reiko pun lebih ringan dalam langkahnya menuju ke ruang ballroom.     

"Tuan." Seorang anak buah menyapa Nathan Ryuu. Dia memakai setelan jas hitam dan tak lupa kacamata hitam agar tidak mudah dikenali wajahnya. Di telinganya ada headset HT WLN Tube Spiral yang biasa dipakai para pengawal.     

"Aman semua?" tanya Nathan Ryuu.     

"Siap! Aman, Tuan. Kami sudah menyisir seluruh ballroom dan sekitarnya. Semua aman terkendali!" jawab sang anak buah dengan nada tegas.     

"Baiklah, bawa kami ke dalam." Nathan Ryuu mengangguk puas akan kinerja anak buahnya. "Apakah sudah ada yang datang?"     

"Sebanyak 80 persen kursi sudah penuh, Tuan."     

"Semuanya membawa undangan?"     

"Ya, Tuan."     

"Baiklah, sepertinya memang ini sudah jamnya."     

Dipimpin oleh anak buahnya, Nathan Ryuu dan Reiko berjalan ke lorong khusus yang hanya dimasuki oleh penyelenggara acara sebelum nantinya muncul di depan podium atau panggung yang sudah disediakan.     

Sekali lagi, Reiko meremas lengan suaminya untuk menghilangkan gugup. "Ryuu, bagaimana nanti kalau mereka bertanya padaku?"     

"Jawab saja sesuai yang kamu pikirkan, sayank. Aku tak ingin mengendalikanmu." Nathan Ryuu menepuk ringan jemari istrinya.     

Karena itu, Reiko semakin mantap dan tidak lagi terlalu gugup. Dia tak perlu jadi orang lain, dia hanya perlu jadi dirinya sendiri saja saat ini. Bertingkah tanpa diatur siapapun, meski oleh suaminya sendiri. Ia makin cinta dengan Nathan Ryuu.     

Ketika pintu di ujung lorong dibuka, Nathan Ryuu dan Reiko melangkah bersama dan mereka pun tiba di sisi panggung kecil yang sudah disediakan untuk mereka berdua.     

Segera saja lampu blitz menerjang mereka saat Nathan Ryuu melambai santai ke para wartawan dan awak media yang telah duduk di masing-masing kursi mereka.     

Sedangkan Reiko, dia tidak berhenti menampilkan senyum terbaik dia saat berbagai kilatan blitz menghujani dirinya. Kemudian begitu mereka sudah di tengah panggung rendah itu, Reiko melakukan ojigi sebaik mungkin, sementara suaminya masih berdiri tegak nan kokoh.     

Reiko seakan sedang meminta maaf pada semua orang di sana dan juga di luar sana melalui bungkukan ojigi terbaik dia.     

Nathan Ryuu tidak ikut membungkuk? Karena dia merasa tidak ada salahnya menikahi Reiko, jadi untuk apa membungkuk? Itulah kenapa sang Onodera tetap tegak berdiri tanpa goyah bagai batu karang di atas panggung rendah yang hanya setinggi tak sampai setengah meter.     

Nathan Ryuu sengaja meminta panggung rendah saja untuk mereka karena istrinya bersikeras tak ingin terlihat tinggi di atas panggung agar tidak terkesan arogan dan Nathan Ryuu setuju mengenai itu.     

Sementara, para awak media saling bergumam pada rekan-rekan di samping mereka, mengomentari kemunculan Nathan Ryuu dan Reiko.     

"Wah, tidak aku sangka, ternyata si istri memakai pakaian sesederhana itu! Hanya baju terusan yang tidak mewah!"     

"Ya, betul! Aku pikir karena dia idol terkenal, dia akan tampil glamor dan membawa sisi keartisan dia."     

"Apakah itu benar-benar gaya busana yang sebenarnya dari Rhea Synthesa? Sungguh tidak kuduga!"     

"Aku pikir dia akan muncul menggunakan gaun pesta yang penuh kilauan berlian karena suaminya kaya raya, kan!"     

"Ini sungguh mengejutkan! Penampilan Rhea sungguh di luar ekspektasiku!"     

"Dia jadi mirip Lady Diana! Cantik, elegan dan sangat anggun!"     

Rupanya, wartawan terkecoh dengan penampilan Reiko yang saat ini terlihat bersahaja mengenakan dress terusan warna soft pink dengan rambut disatukan di sisi kanan kepala dan dibiarkan terjuntai bebas di bahu kanannya. Elegan namun tidak mengurangi kesan kemudaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.