Inevitable Fate [Indonesia]

Membujuk untuk Melakukan Kejahatan



Membujuk untuk Melakukan Kejahatan

0Sekarang ini, nasib Runa sudah terpuruk di yang paling terpuruk. Selain dia kini dipekerjakan sebagai mesin uang bagi Zaidan Al Faiz dengan dipaksa melakukan pertunjukan di kelab malam khusus yang dihadiri banyak konglomerat gila, kini Zaidan juga menjerumuskan Runa ke bisnis video dewasa bagi Runa.     
0

Seakan … ucapan Tomoda dan ibunya dulu menjadi kenyataan, bahwa kini Runa menjadi artis film panas yang hanya bisa dilihat di situs tertentu.     

Hidup Runa sudah semakin di bawah hingga dia tak tahu bagaimana cara menegakkan lagi dagunya meski hanya untuk menatap ke depan. Seolah, jalan di hadapannya sudah tak ada lagi yang tersisa selain lumpur dan hanya lumpur.     

Tak ada yang bisa menolong Runa. Tidak ibunya, tidak pula sang kakak.     

Ibunya, Bu Sayuki, kini dipekerjakan oleh Zaidan Al Faiz menjadi asisten rumah tangga di banyak kenalan Zaidan, mereka bebas melakukan apapun terhadap Bu Sayuki asalkan wanita itu masih memiliki nyawa melekat di tubuhnya.     

Sedangkan Tomoda, sudah menjadi nutrisi di perut buaya-buaya yang berebut ketika lelaki itu dilemparkan masuk usai dia menginjakkan kaki di Abu Dhabi. Yang dia kira akan mendapatkan hidup baru di tanah baru yang menjanjikan, rupanya dia sungguh memperoleh kehidupan baru, yaitu menjadi jasad renik di perut buaya, memiliki hidup baru sebagai mayat yang membusuk.     

Bahkan Runa dan ibunya saja tak pernah mengetahui nasib Tomoda. Mereka mengira Tomoda masih hidup enak di Tokyo, berpesta saban malam seperti biasanya bersama teman geng dan juga perempuan-perempuan dari kelab. Ternyata, Tomoda telah berpesta dengan raja maut di alam bawah sana.     

Sudah satu bulan ini Runa menjalani hidup lebih buruk dari anjing. Namun, setiap hari, dia masih saja mengutuk Reiko dan Nathan Ryuu yang dia anggap sebagai sumber pembawa bencana baginya.     

Hingga, pada suatu ketika, dia memohon dengan sangat pada Bonita yang dia anggap paling dekat meski Bonita sudah menjauhi dia, namun dibandingkan selir lainnya, Bonita masih yang lebih diam tanpa merundung dia. "Kumohon, Bonit, aku mohon, ijinkan aku menggunakan ponsel atau pun laptop kamu, atau apapun agar aku bisa mengakses sesuatu."     

Bonita sebenarnya sudah menghindar ketika tadi Runa mendekat ke arahnya, namun Runa lebih cepat menjangkau dia yang hendak masuk ke kamar. "Aku … kenapa begitu?"     

"Aku butuh meng-upload sesuatu! Tolong!" Saat ini, Runa benar-benar menaruh semua harapannya kepada Bonita saja. Dia sudah tidak memandang Zaidan sejak lelaki itu menjadikan dia artis porno dan dia dipaksa harus melakukan banyak adegan menjijikkan tanpa mendapatkan bayaran apapun, karena semua keuntungan diambil Zaidan Al Faiz.     

Bahkan, sudah sejak lama ponselnya dirampas Zaidan Al Faiz, sehingga dia seperti orang buta kehilangan tongkat karena ponsel itulah tongkat penting bagi Runa sebagai orang milenial masa kini. Dia seolah diputus dari dunia peradaban dan hanya bisa meringkuk di kamar kecilnya sambil menunggu sebelum dia diseret keluar untuk 'bekerja' bagi Zaidan Al Faiz.     

Bonita kebingungan mencari alasan untuk mengelak dari Runa. "Hghh … Runa, kau tahu sendiri, kan … posisi aku pun serba susah dan rumit di sini, aku—"     

"Bonit! Kumohon, sebagai sesama orang Asia, aku mohon bantulah aku. Sekali ini saja!" Runa terus memohon dengan tatapan mengiba, bahkan mata itu diperas agar bisa mengeluarkan air mata kalau perlu.     

"Hmhh … baiklah, baiklah, kau bisa menggunakan laptopku, tapi itu saja, yah! Dan jangan lama-lama." Bonita menyerah dan luluh akan permintaan Runa.     

Dengan wajah berseri-seri cerah, Runa tersenyum lebar sembari masuk ke kamar Bonita diikuti Bonita. Semoga saja Vanessa tidak melihat adegan ini atau selir jahat berambut pirang itu bisa menyusahkan dia seperti yang sudah-sudah.     

Dengan cekatan, Runa menyalakan laptop Bonit dan jemari lentiknya mulai mengetik banyak di papan keyboard, menimbulkan suara-suara ketukan khas sembari wajahnya terpaku pada layar.     

Bonita mengawasi saja, agar Runa tidak melakukan hal-hal gila dengan laptopnya. "Kau … sebenarnya sedang apa, sih Runa? Kenapa begitu menginginkan bisa mengakses internet?"     

"Lihat saja nanti, Bonit. Akan ada sesuatu yang menarik setelah ini." Runa menyeringai lebar sambil jarinya terus menari di papan keyboard.     

"Kau … kau masuk ke mana itu?" Mata Bonit menatap serius ke layar saat dia berdiri di samping Runa.     

"Ini adalah … yah, anggap saja seperti kotak PO Box aku di dunia maya, he he …." Runa menjelaskan menggunakan perumpaan, percuma saja dia memberitahukan secara gamblang ke Bonita, perempuan itu tak akan paham     

"Ohh, seperti PO Box … lalu, gunanya untuk apa kau membuka itu?" Bonita menarik kursi lainnya untuk duduk di sebelah Runa, kini dia tertarik ingin tahu apa sebenarnya yang sedang dilakukan Runa. Sepertinya memang benar-benar menarik. Dia makin penasaran.     

Runa tidak menjawab dan terus saja mengetik seakan dia hanya fokus saja pada apa yang di hadapannya, seakan saat ini dia sedang sendirian saja, mengabaikan sebelahnya ada Bonita yang kebingan karena memang Bonita tak begitu paham mengenai IT.     

Ketika Runa berhasil membuka salah satu folder di kota miliknya itu, nampaklah beberapa video yang sangat bagi Bonita biasa saja.     

"Duh, aku pikir kau memiliki rahasia gelap seperti rekaman video porno milik pesohor siapa, sampai-sampai kau seserius ini ingin ke PO Box kamu. Ternyata hanya video biasa. Video makan malam, kan?" Bonita yang awalnya memajukan tubuhnya, kini mulai menyandarkan punggungnya pada kursi, kecewa karena yang dibuka Runa tidak sesuai yang ada di kepalanya.     

Bukannya Bonita gemar hal-hal porno, bukan itu! Dia hanya gemar berita-berita panas dan menggemparkan dari para pesohor dunia. Dia menggunakan laptopnya sehari-hari hanya untuk mencari berita hot selebrita saja dan sesekali bermain di akun media sosialnya. Hanya itu!     

"Khe he he … kau bilang ini tidak gelap? Ini sungguh gelap sampai-sampai kau butuh ribuan lampu hanya untuk melihat tanda-tandanya saja." Runa terkekeh melihat Bonita yang tak paham.     

"Sungguh, Runa, aku benar-benar tak paham, sebenarnya apa istimewanya video makan malam bersama begitu. Hanya kau dan beberapa temanmu, kan? Kalian di rumah mewah, lalu apa? Tak ada yang spesial." Bonita mulai kesal dan melipat kedua lengan di depan dada, merasa menyesal membiarkan Runa menggunakan laptopnya.     

"Tsk, kau ini! Apa kau tak lihat itu yang di sebelah sana? Di sebelah pria tampan dan gagah itu!" Telunjuk Runa bergegas menuding ke layar secara dekat agar Bonita bisa melihat siapa yang sedang dibicarakan.     

"Hm? Siapa dia?"     

"Apa kau mengenal grup idol Jepang bernama Synthesa?"     

"Ohh, aku pernah mendengarkan salah satu lagu mereka, tapi aku tidak begitu mendalam ke mereka. Kenapa?"     

"Itulah dia, salah satu anggota dari Synthesa, di grup dia bernama Rhea. Dan kau lihat lelaki tampan di sebelahnya? Dia adalah suami Rhea, pemilik perusahaan raksasa SortBank."     

Bonita melongo dengan mulut terbuka. "I-Itu Rhea?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.