Inevitable Fate [Indonesia]

Membawa Paksa Ibu dan Anak ke Abu Dhabi



Membawa Paksa Ibu dan Anak ke Abu Dhabi

0Rasanya kepala Zaidan Al Faiz nyaris meledak menyemburkan semua lava yang terpendam saat dia mendapatkan kenyataan bahwa SortBank Group milik Nathan Ryuu tidak kolaps dan malah makin Berjaya dengan beberapa properti baru di Timur Tengah dan banyak tempat wisata dunia lainnya.     
0

Sudah begitu, masih juga dia harus menerima rengekan Runa mengenai ibunya yang menginginkan baju baru seharga ribuan dolar. Namun, itu belum usai karena kakak Runa, Tomoda, pun ternyata memiliki nyali menggunakan namanya untuk mendapatkan piutang dari salah satu kelompok Yakuza (mafia di Jepang).     

Kegeraman Zaidan Al Faiz memuncak seakan dia sanggup menelan singa, dan kini dia berjalan dengan langkah lebar-lebar menuju keluar hotel dan masuk ke mobil yang sudah menunggu untuk ke bandara. Sepertinya akan banyak hal yang harus dia urus.     

Menginjakkan kaki di tanah Tokyo, dia segera meluncur ke hotel tempat Runa menginap.     

Begitu tiba di sana, Runa menyambut Zaidan Al Faiz dengan sikap merayu dan penuh perhatian. Namun, baru saja Runa hendak menggapai lelaki yang memberinya kehidupan borjuis, tiba-tiba saja tangan kokoh Zaidan Al Faiz menempeleng pipi Runa.     

"Arkhh!" Runa sampai berputar saking kerasnya dan sedikit limbung, segera saja berpegangan pada lemari kaca di dekatnya. "Za-Zaidan! Kenapa? Ada apa?" Ia memegangi pipinya yang terasa sakit. Mungkin besok ada memar di sana.     

"Kau jalang bajingan!" Zaidan Al Faiz kembali menghampiri Runa dan menaruh 2 hingga 3 tamparan keras lagi sampai Runa jatuh ke lantai, ada sedikit darah pada sudut bibirnya.     

Runa masih tak paham apa yang mendasari hingga lelaki yang biasanya patuh seperti anak anjing ini bersikap begitu kasar dan brutal padanya tanpa mengatakan apapun selain makian. "Zaidan!"     

"Berani kau memanggil nama saja, hah!" Tangan Zaidan Al Faiz meraih rambut panjang Runa untuk ditarik sehingga gadis itu terpaksa berdiri sambil menjerit kesakitan.     

"Arrghh! Ampun, Zaidan! Maksudku … Tuan Zaidan! Ampuni aku, Tuan!" Runa memekik kesakitan sekaligus ketakutan luar biasa menghadapi sikap gila Zaidan Al Faiz.     

"Kau jalang tak berguna! Kau busuk! Sama seperti lubangmu dan juga keluargamu!" Zaidan Al Faiz terus saja memukul wajah Runa hingga akhirnya ia melepaskan rambut Runa setelah puas dengan napas terengah-engah.     

Sementara itu, Runa tergeletak lemas di lantai. "Argh!" Ia memekik lagi ketika kaki Zaidan Al Faiz menendang perutnya. "Arrkhh! Cukup! Ampun … ampuni aku, Tuan …." Runa harus merasakan tendangan lain pada dadanya. Rasanya sangat sakit. Semoga saja implant dia di sana tidak kenapa-kenapa.     

"Kau membuat aku rugi besar! SortBank brengsek itu tidak bangkrut, bahkan berdiri makin kokoh, kau tahu itu, jalang keparat? Si Ryuu bajingan itu hanya menipumu! Dia memberikan data palsu untuk kau bongkar! Kau memang kutu busuk menjijikkan!" Sumpah serapah berhamburan keluar dari mulut Zaidan Al Faiz sambil menendangi Runa yang sudah bergolek menangis di lantai sambil melindungi tubuhnya sebisa mungkin.     

Kini, setelah uraian dari Zaidan Al Faiz, Runa pun paham apa yang menjadikan si anak anjing Zaidan Al Faiz menjadi sekalap demikian padanya. SortBank tidak bangkrut? Dia ditipu Nathan Ryuu? Zaidan Al Faiz rugi besar?     

Belum sempat Runa memproses semua informasi dari Zaidan Al Faiz, lelaki itu sudah berteriak pada pengawal yang menyertainya, "Kalian, bawa jalang tak berguna ini kembali ke Abu Dhabi!"     

Pengawal Zaidan Al Faiz mengangguk dan menyeret Runa dari kamar tersebut. Kini, tinggallah Zaidan Al Faiz saja di sana, dia menenangkan napas tersengalnya dan menyisir rambut dengan jarinya.     

Sepertinya dia harus berada di Jepang dulu untuk beberapa saat. Zaidan Al Faiz mengambil ponselnya dan menghubungi pengawal lainnya, "Cari di mana ibu si jalang itu tinggal. Tanya ke jalang itu kalau perlu. Bawa juga orang tua itu sekalian ke Abu Dhabi."     

Setelah itu, untuk lebih menenangkan diri, Zaidan Al Faiz pergi ke kamar mandi untuk bersantai dengan berendam sejenak di sana. Kemudian, pada malam harinya, dia melepaskan pikiran penatnya di sebuah kelab malam terbaik di Tokyo dan memboyong 3 wanita ke kamar hotelnya.     

Sementara itu, Runa dimasukkan ke pesawat pribadi Zaidan Al Faiz bersama dengan ibunya.     

Bu Sayuki keheranan dan bertanya ke putrinya, "Ini sebenarnya ada apa, Runa? Kenapa tadi Mom dijemput paksa dari tempat spa Mom? Oh, astaga! Mukamu kenapa, sayank? Siapa yang melakukan ini?" pekik Beliau ketika menyadari ternyata wajah Runa babak belur.     

Runa menangis dan menceritakan pada ibunya semua yang menjadi dasar dari penderitaannya hari ini.     

"Sialan! Ternyata Ryuu dan sahabatmu itu yang sudah menyebabkan kau begini, sayank! Terkutuk mereka berdua!" Bu Sayuki malah mengutuk Nathan Ryuu dan Reiko atas apa yang menimpa anak kesayangannya. Beliau justru tidak menyalahkan Zaidan Al Faiz. Pokoknya, semua salah Nathan Ryuu dan juga Reiko!     

Sedangkan Runa, dia heran kenapa ibunya juga harus dibawa ke Abu Dhabi? Tidakkah cukup dia saja? Runa tak tahu apa yang direncanakan Zaidan Al Faiz pada dia dan ibunya nanti, hanya di hati kecilnya, dia cuma merasa akan ada badai untuk dirinya tak lama lagi.     

Sementara itu, ketika Zaidan Al Faiz masih setengah jalan bersenang-senang dengan perempuan yang bersamanya di kamar hotel, tiba-tiba saja riuh dering ponsel menginterupsi permainan panasnya.     

Mata Zaidan Al Faiz melirik ke layar ponsel yang ada di meja nakas dekat ranjang, ada nama kakak Runa, Tomoda. "Tsk!" Zaidan Al Faiz tidak menggubris.     

Namun, kian lama, dering itu tidak juga berhenti karena Tomoda terus menghubungi Zaidan Al Faiz.     

Sangat kesal atas gangguan itu, dia meraih ponsel dan menjawab panggilan dari Tomoda. "APA?!" bentaknya.     

"Ka-Kakak ipar, tolong … tolong selamatkan aku … aku hendak dibawa geng ini. Kakak ipar a—"     

"Siapa yang kakak iparmu, brengsek!"     

Menerima bentakan keras dari seberang, maka Tomoda segera mengganti panggilan, "Tu-Tuan, tolong aku sekarang, Tuan, mereka sudah akan membawaku, Tuan, aku mohon … aku tak bisa menghubungi ibu dan adikku." Ia terus merengek seperti bocah menginginkan permen dari orang tuanya.     

"Nanti!" Lalu, Zaidan Al Faiz melanjutkan permainan panasnya sampai tuntas. Meski dia masih ingin lagi, tapi teringat akan Tomoda, sepertinya ia harus menahan dulu ketiga wanita itu. "Kalian tetaplah di sini, oke? Jangan ke mana-mana, aku hendak pergi sebentar. Pesanlah sesuatu yang kalian mau," bisiknya nakal ke 3 wanita tadi.     

Setelah itu, Zaidan Al Faiz bergegas keluar dari kamar hotel dan masuk ke mobil untuk menuju ke sebuah tempat seperti yang sudah diarahkan oleh geng yakuza yang membawa Tomoda.     

Begitu tiba di tempat tujuan, dia melihat Tomoda sudah diikat oleh para yakuza, wajahnya terlihat sangat ketakutan meski belum diapa-apakan.     

Dengan cepat, tak mau bertele-tele, Zaidan Al Faiz bertanya berapa hutang Tomoda pada ketua yakuza dan menuliskan cek lalu dia lempar cek itu ke pemimpin yakuza sebelum dia membawa Tomoda pergi dari sana.     

"Huh! Aku bilang juga apa! Kakakku yang hebat ini akan membayarnya! Dia ini sangat patuh pada adikku! Sangat patuh seperti anjing!" Tomoda berbicara ke para yakuza menggunakan bahasa Jepang sehingga Zaidan Al Faiz kurang paham. Namun, salah satu pengawalnya tahu.     

Zaidan Al Faiz berkata pada salah satu pengawal menggunakan bahasa Arab, "Kirim dia ke Abu Dhabi, lempar dia ke kandang buaya biasanya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.