Inevitable Fate [Indonesia]

Bom Balasan dari Nathan Ryuu



Bom Balasan dari Nathan Ryuu

0Tidak pernah ada dalam dugaan Zaidan Al Faiz sama sekali bahwa lawan yang terlihat sudah sempoyongan dan nyaris jatuh, ternyata hanya sedang berakting saja di depannya.     
0

Rupanya, Nathan Ryuu bersiasat luar biasa dengan memberikan sinyal bangkrut ke Zaidan Al Faiz dengan cara menjual beberapa propertinya di berbagai belahan dunia, dan bahkan tidak melakukan apa-apa ketika saham SortBank jatuh.     

Nyatanya, baru saja Zaidan Al Faiz sedang melakukan selebrasi kemenangannya atas Nathan Ryuu di Amerika dengan mendekati banyak pebisnis besar di sana, ternyata pemilik SortBank Group itu sudah bangkit keluar dari lumpur kamuflase-nya dan malahan menumbuhkan tanduk baru, yaitu banyaknya properti baru di Timur Tengah dan beberapa kawasan wisata dunia.     

"Apa?! Kau bilang apa?!" seru Zaidan Al Faiz pada orang kepercayaannya.     

"Tuan, kita ditipu, kita dibohongi." Orang tersebut memberikan data baru mengenai SortBank.     

"Ini … bukankah sector ini sudah dilemahkan?" Zaidan Al Faiz menatap data di layar yang diberikan bawahannya. Ia mengingat itu adalah data yang dibocorkan oleh Runa beberapa waktu lalu sehingga dia bisa memukul SortBank.     

"Itu … sepertinya itu data lama atau data palsu, Tuan."     

"Apa?! Data lama atau data palsu?!" teriakan Zaidan Al Faiz makin menggema di ruangan. Beberapa wanita yang bersamanya sampai terkejut dan memilih menjauh daripada terkena dampaknya.     

"Tuan … kini … saat ini … saham perusahaan Anda … yang turun banyak." Orang itu terdengar ragu serta takut ketika melaporkan itu. Namun, dia masih merasa dirinya beruntung karena ini hanya pertemuan dengan bosnya melalui video call saja, atau dia bisa dilempar asbak atau apapun jika berhadapan langsung dengan Zaidan Al Faiz yang mudah emosional.     

"Lakukan sesuatu! Apapun!" Zaidan Al Faiz mulai panik, ada semacam alarm di dirinya yang seolah sedang memperingatkan dirinya untuk segera mencari perlindungan atau menyelamatkan diri secepatnya.     

"Baik, Tuan!" Lalu, video call disudahi.     

Tatapan nyalang penuh akan murka membungkus wajah Zaidan Al Faiz. "Pergi! Pergi kalian semua, dasar jalang-jalang penghisap uang! Terkutuk kalian semua!" Ia mengusir keras para wanita yang sedang menemaninya di hotel mewah di Amerika malam itu.     

Mereka bergegas keluar bahkan saling menjerit ketika Zaidan Al Faiz melempar apapun ke arah lantai seperti asbak dan vas bahkan pesawat telepon hotel.     

Emosi Zaidan Al Faiz naik hingga ke ubun-ubun. Selain ditipu taktik Nathan Ryuu, saham perusahaan dia juga dijerembabkan turun cukup curam.     

Ketika Zaidan Al Faiz sedang di puncak emosi, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan di sana ada nama Runa. Segera saja dia mengangkatnya masih dengan napas tersengal-sengal akibat amarah memuncak.     

"Zaidan, bisakah kau mengirim beberapa ribu dolar lagi untuk Mom? Dia butuh gaun baru untuk pertemuan dengan teman-temannya." Suara Runa lekas saja mengalun tanpa ada kesan gadis itu menghormati dia seperti dulunya.     

"Jalang busuk! Masih bisa ingin berlagak? Dasar kau jalang miskin! Ibumu juga jalang miskin! Kalau dia ingin uang, suruh saja dia membuka pahanya ke laki-laki di jalan!" bentak Zaidan Al Faiz sebelum dia menutup sambungan telepon. Ia lempar ponselnya ke ranjang, dan memantul hingga lantai. Untung saja lantai di sekeliling tempat tidur ditutupi karpet tebal.     

Runa melongo. Apakah dia salah nomor? Kenapa bisa jawaban yang dia dapatkan begitu mengerikan? Sekaligus begitu kurang ajar! Apakah itu tadi benar Zaidan Al Faiz? Kalau memang itu dia, kenapa lelaki itu sangat kurang ajar pada ibunya? Apakah lelaki itu lupa siapa yang membocorkan rahasia SortBank kepadanya sebelum ini?!     

Tak terima dan sekaligus ingin memastikan itu apakah dia salah nomor atau tidak, maka dia menghubungi kembali nomor tadi, berharap dia tidak salah sambung dan akan mendapatkan suara lembut penuh kepatuhan dari lelaki itu seperti sebelumnya. Dia ini ratunya, loh! Dia sudah memegang kendali atas Zaidan Al Faiz!     

Tak berapa lama, telepon di seberang pun diangkat.     

"Mau apa lagi, jalang brengsek?!" bentak Zaidan Al Faiz dengan nada tinggi.     

"Hei, kau ini Zaidan atau bukan? Kalau bukan, jangan sembarangan mengangkat telepon pacarku!" Runa tak kalah galak. Kalau ternyata itu kawan Zaidan Al Faiz yang berani mengangkat teleponnya, akan dia suruh Zaidan Al Faiz untuk memukuli kawannya yang lancang itu.     

"Ini aku Zaidan, tolol. Dari tadi itu memang aku, kau idiot." Kali ini suara Zaidan Al Faiz berat dan dalam saat menjawab Runa. Dia mati-matian menekan amarahnya.     

Segera, Runa mengenali suara berat dan dalam khas Zaidan Al Faiz. "O-Ohh … ternyata itu kau, Zaidan. Aku pikir kawanmu lancang mengangkat ponselmu."     

"Kau masih di Jepang?" Kali ini suara Zaidan Al Faiz sedikit diperlunak.     

"Ya, aku masih di Jepang. Zaidan sayank, mom butuh 7 ribu dolar untuk gaun dan mantel baru, bisakah kau transfer ke aku setelah ini?" pinta Runa menggunakan suara manja merayu.     

"Hm, tunggu aku di sana."     

"Kau akan ke sini? Ahh, senangnya! Baiklah, aku akan katakan ke mom untuk bersabar." Suara riang Runa terdengar sebelum telepon dimatikan sepihak oleh Zaidan Al Faiz.     

Runa sempat melongo sejenak ketika tahu sambungan sudah diputus Zaidan Al Faiz. Tapi memikirkan lelaki itu hendak menyusul dia ke Jepang, dia pun mengangkat bahu acuh tak acuh dan berpikir, baguslah lelaki itu datang sekalian ke Jepang, sehingga dia nantinya bisa minta dibelikan ini dan itu lebih mudah.     

"Mom, sabar sedikit, yah! Zaidan akan menyusul ke Jepang." Runa berkata ke ibunya di telepon.     

"Ohh, baiklah, baiklah, itu justru bagus, kan?" Bu Sayuki terdengar senang di seberang.     

"Tentu saja, Mom. Sudah kukatakan, dia sudah ada dalam genggamanku, Mom."     

"Fu hu hu … putri Mommy ini sungguh hebat dan cerdas! Dia memang sudah seperti anak anjingmu, sayank! Hi hii … sebentar lagi kita akan berbelanja banyak!"     

Usai bertelepon dengan ibunya, Runa menoleh ke Hyuga yang sedang melayani dia, ia menatap lelaki yang masih berkutat di selatan bawah sana, menjilati benda peka milik Runa. Ia berkata, "Hyuga, sepertinya malam ini adalah malam terakhir kau menemaniku di sini."     

Hyuga paham bahwa pasti pacar Runa akan datang ke Jepang jika menilik dari pembicaraan Runa tadi di telepon dan dia tersenyum. "Tidak masalah, sweetheart … aku akan memberikan pelayanan terbaikku malam ini untukmu sebagai pertemuan terakhir kita."     

Meski Runa agak risih dengan kata-kata Hyuga, tapi dia menepiskan itu dan menerima segala pemanjaan yang diberikan lelaki itu hingga dia terus mengerang nikmat sepanjang malam.     

Di Amerika, baru saja Zaidan Al Faiz hendak keluar hotelnya untuk ke bandara ketika dia menerima telepon lagi. Ketika dilihat, rupanya itu dari Tomoda, kakak Runa. "Ada apa?"     

"Mister, tolonglah aku."     

"Apa maksudmu?"     

"Mister kaya raya, aku terlibat hutang dengan salah satu geng yakuza. Aku … aku terpaksa menggunakan namamu untuk berhutang ke mereka. Tapi … ternyata Runa terlalu pelit untuk memberiku uang. Mister, tolong aku, bisakah kau melunasi hutangku? Aku mohon, Mister …."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.