Inevitable Fate [Indonesia]

Pertemuan Runa dan Zuko



Pertemuan Runa dan Zuko

0Saat ini Runa memang sedang merasakan puncak dunia dari kehidupannya. Selain dimanja Zaidan Al Faiz, dia juga bebas pergi ke manapun hingga bisa pulang kampung ke Jepang untuk menengok ibunya sekaligus menghadiri undangan pesta dan reuni kecil-kecilan dari beberapa teman masa sekolah.     
0

Selain itu, ternyata dia bisa bertemu dengan Shingo, lelaki yang telah merenggut seluruh hatinya pada kala itu. Dia berhasil merayu Shingo untuk bersenang-senang semalaman di hotel tempat dia menginap sendiri saja.     

Setelah Shingo, Runa juga mengundang Hyuga, pemijat khusus langganan dia untuk menemani di hotel selama dia ada di Jepang. Dia yakin Zaidan tidak begitu menggubris mengenai ini karena lelaki itu sendiri juga pasti sudah disibukkan tak hanya masalah bisnis di Amerika melainkan juga para wanita di sana.     

Apa salahnya Runa juga bersenang-senang?     

Ketika Runa dan ibunya baru saja makan di sebuah restoran elit di suatu malam, dia melihat Zuko baru saja keluar dari sebuah toko di sebelah restoran itu.     

"Sebentar, Mom." Kini dia bahkan memanggil ibunya dengan sebutan mom. Ia kemudian menghampiri Zuko, dan menyapa lelaki itu. "Zu-nii. Apa kabar?"     

Zuko menoleh dan agak tersentak kaget begitu dia mengetahui siapa yang menyapanya. "Runa-chan." Wajahnya berubah menjadi tegang. Dia sudah bisa melupakan gadis ini dengan upaya susah-payah, tapi kini si gadis muncul begitu saja di depan mata. Dia tak tahu apakah ini kenyataan atau sekedar halusinasi saja.     

"Ya, ini aku, Zu-nii. Sedang apa di sini?" tanya Runa dengan wajah menampilkan senyum bersahabat.     

"O-Ohh, aku hanya membeli beberapa teh untuk aku bawa besok ke rumah ayah dan ibu." Zuko mengangkat bungkusan yang pastinya berisi benda seperti dinyatakan dia.     

"Ahh … teh." Runa tersenyum. Lalu dia melanjutkan bicara, "Sepertinya Zu-nii masih saja tetap begini, tidak ada peningkatan?"     

Kening Zuko mengernyit kecil. Apa maksud dari ucapan Runa baru saja? Mengejek dia atau mengasihani atau apa? "Ohh, aku … hehe … iya, aku masih begini saja, kenapa harus berubah? Sepertinya Runa-chan yang berubah banyak, yah! Pakaianmu terlihat mahal dan mantel bulumu juga … wow! Rambut lurusmu juga kini berombak seperti rambut wanita kaya dan sukses."     

Tangan Runa segera menyentuh ujung rambutnya dan memainkan sedikit sambil berkata, "Ohh, huhu … yah, seseorang memang sudah seharusnya meningkat dengan perbedaan lebih baik dari sebelumnya, kan? Apa gunanya hidup jika terus saja stagnan tak ada kemajuan? Aku kebetulan bertemu dengan lelaki baik yang memanjakanku sehingga aku harus menyesuaikan gaya dia juga. Jadi, yah … beginilah." Runa tertawa kecil.     

"Ya, Runa memang sudah jauh lebih baik dan tentu saja lebih makmur setelah bertemu dengan lelaki baik yang tidak pelit. Lelaki yang memiliki masa depan cerah dan pekerja keras. Untung saja Runa lekas bertemu dengan lelaki macam itu." Bu Sayuki tiba-tiba saja sudah ada di belakang Runa, berbicara ke Zuko dengan wajah merendahkan mantan tunangan putrinya.     

Mengerti bahwa Bu Sayuki sedang menyindir dirinya, Zuko hanya tersenyum canggung dan membungkuk ojigi sambil menyapa Bu Sayuki. "Lama tidak berjumpa, Ibu." Meski kesal dengan ucapan ibu dan anak ini, tapi Zuko kini sudah lebih dewasa dalam bersikap.     

"Kau, sekarang masih bekerja di tempat Ryuu itu?" tanya Bu Sayuki.     

"Benar, Bu. Aku masih di sana. Bos Ryuu begitu baik, tidak mungkin aku mengkhianati Beliau dan keluar dari pekerjaan yang sudah bos berikan dengan kemurahan hatinya." Kini, Zuko yang membalas Runa menggunakan kalimat sindiran terselubung.     

Mendengar itu, Runa mencibir kecil. "Kuharap Zu-nii memiliki wanita yang bisa merawatmu."     

Zuko terkekeh kecil dan menjawab, "Runa-chan bisa tenang karena aku sudah memiliki tunangan saat ini. Ayah dan ibu sangat menyayanginya."     

"Hmph! Baguslah kau sudah punya pengganti Runa. Kuharap kau tidak membuat gadis itu merana dan menyedihkan." Bu Sayuki menimpali.     

"Ibu tidak perlu khawatir. Tunangan saya bukan perempuan yang berorientasi pada harta semata. Dia sangat lembut dan menyenangkan. Aku harap Ibu dan Runa akan berbahagia, seperti saya juga berbahagia dengan tunangan saya." Dia masih bisa membalas dengan baik.     

Sekali lagi Runa mencibir mendengar sindiran Zuko. Dia berkata, "Yah, selamat saja jika Zu-nii bahagia dengan kehidupan Zu-nii yang seperti itu. Sebaiknya kami pergi dulu. Aku harus mengantarkan Mom ke apartemennya di Ginza dan aku juga harus kembali ke suite roomku." Ia sengaja menyebut demikian untuk menunjukkan bahwa kehidupan dia dan ibunya sudah jauh lebih baik ketimbang ketika masih bekerja pada Nathan Ryuu.     

"Silahkan, semoga perjalanan kalian menyenangkan." Zuko membungkuk sekali lagi dan balik badan untuk pergi lebih dahulu. Lebih baik begitu daripada dia lebih lama mendengar ucapan tak enak di telinga yang nantinya akan merambat ke sanubarinya pula.     

Runa dan Bu Sayuki termangu di tempat mereka berdiri. Tak mengira Zuko akan melenggang lebih dulu meninggalkan mereka.     

"Cih! Dasar lelaki tak punya adab! Harusnya dia menunggu aku pergi karena aku lebih senior!" Bu Sayuki mengeluh dengan ketus. Ia menatap putrinya. "Untung saja kau sudah membuang lelaki tak berguna macam itu, Runa. Ayo, lekas antar Mom ke apartemen baru Mom!"     

Meski sudah melangkah pergi, Zuko masih bisa mendengar sayup-sayup ucapan keras Bu Sayuki di belakangnya. Dia memejamkan mata sambil meneguhkan hatinya.     

Tadinya, hati dia sempat bergetar karena kemunculan Runa. Namun, setelah bertukar ucapan dengan gadis itu dan juga ibunya, kini hatinya tidak lagi tergetar akan nostalgia, justru dia merasa dia memang seharusnya melupakan gadis seperti Runa.     

Ketika Zuko tiba di mobilnya, ponselnya bergetar, dia segera mengambilnya dari saku jasnya. "Ya, sayank?"     

"Nii-chan, kau masih di luar?"     

"Ya, sayank, kenapa?"     

"Tidak kenapa-kenapa. Hanya khawatir saja karena ini sudah malam dan angin juga cukup kencang dari sore. Aku tak ingin kau sakit. Bukankah kita besok hendak ke tempat ayah dan ibu?"     

"Ohh, ya … baiklah, aku akan pulang setelah ini. Aku baru membeli teh kesukaan ayah."     

"Baiklah, hati-hati di jalan, nii-chan."     

Zuko menutup telepon dan senyumnya merekah bahagia. Itu adalah suara tunangan Zuko. Gadis itu ditemui Zuko ketika dia sedang berkunjung ke Osaka dan bertemu di dekat kampus gadis itu.     

Ya, gadis itu adalah seorang mahasiswi di Universitas Osaka tahun terakhir. Sebentar lagi lulus dan berhasil dipinang Zuko. Dengan adanya gadis itu, maka Zuko pun menghentikan petualangan tak bergunanya dengan wanita-wanita di luaran.     

-0—00—0-     

"Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk muncul membuka tabir, Itachi." Nathan Ryuu berkata melalui video call dengan orang terpercaya dia.     

"Baik, Tuan." Itachi paham maksdu Nathan Ryuu dan dia mulai melakukan hal yang sudah ditahan sejak lama.     

Ketika dunia sempat dikejutkan dengan turunnya saham dari SortBank Group dan berimbas pada dijualnya beberapa aset perusahaan itu di beberapa tempat di dunia, tiba-tiba saja saham SortBank kembali melejit naik setelah beberapa bangunan yang telah dibangun Nathan Ryuu di Timur Tengah mulai menunjukkan geliat kesuksesannya.     

Rupanya, gerakan menjual beberapa aset oleh Nathan Ryuu beberapa waktu lalu hanyalah merupakan kamuflase untuk membuat Zaidan lengah dan mengendurkan pengawasannya terhadap SortBank.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.