Inevitable Fate [Indonesia]

Ide Pertunjukan Menarik dari Runa



Ide Pertunjukan Menarik dari Runa

0Di Abu Dhabi, Runa masih menerima nasib baiknya, dimanja oleh Zaidan Al Faiz. Bahkan, tampaknya lelaki itu bersikap bagaikan kucing kecil penurut di hadapan Runa. Apapun keinginan Runa akan dituruti.     
0

"Aku tak suka meja di ruang tengah itu. Bisakah dibuang saja, Zaidan?" Bahkan kini dia diperkenankan memanggil lelaki dengan namanya begitu saja. Runa sungguh memiliki perputaran balik atas nasib.     

"Ahh, tentu saja, sayank. Apapun yang kau inginkan." Zaidan Al Faiz mengambil tangan Runa untuk dia ciumi sebentar. Sikap memuja dan terlihat seperti budak cinta ini tentu saja tidak akan dilakukan lelaki ini tanpa sebab.     

Jikalau bisnis keluarganya tidak ditolong oleh Runa sebagai penyedia informasi, mana mungkin Runa bisa berkuasa di rumah harem milik Zaidan Al Faiz?     

Tidak itu saja, Runa juga semalam berani menolak ketika Yazdan Al Faiz, ayah Zaidan, ingin ditemani perempuan Jepang itu, dan Yazdan hanya mengangguk ketika Runa justru mengirimkan Aida untuk menggantikannya menemani malam Tuan Yazdan Al Faiz.     

"Tidak, aku tidak mau dengan si tua itu, jangan kirim aku ke sana …." Aida menatap Runa dengan wajah memohon ketika ditemui Runa di kamarnya.     

"Kau bisa memilih, tua bangka itu atau anjing Zaidan." Runa menatap kejam pada Aida.     

Mendengar ancaman yang diberikan Runa, mana mungkin Aida memilih yang terakhir? Meski bagaikan menelan lalat, akhirnya dia pun beranjak pergi ke kediaman Yazdan untuk dijadikan mainan oleh lelaki tua itu.     

Melihat betapa Runa berkuasa sekarang, selir-selir lainnya memilih untuk tidak bertingkah dan berusaha menjilat Runa sebaik mungkin. Mereka tadinya harus menjilat Vanessa untuk tetap bertahan hidup, kini era sudah berganti dan Runa saat ini yang harus dijadikan pegangan untuk mereka.     

Pada siangnya, laporan datang dari anak buah Zaidan Al Faiz ketika lelaki itu sedang mengupaskan apel untuk Runa di kamar megahnya.     

"Lapor, Tuanku, intelijen Anda mendapati bahwa Onodera Ryuu menjual beberapa propertinya dan juga melepas saham di beberapa perusahaan Amerika dan Eropa." Si anak buah memberikan laporannya.     

Segera, mata Zaidan Al Faiz menyala akan kegembiraan. "Benarkah? Hahaha! Aku akhirnya menang! Aku menang! Runa … Runa sayank, kau dengar … lelaki sombong itu akhirnya kalah dariku! Dia akhirnya runtuh!"     

Mendengar suka cita Zaidan Al Faiz, Runa hanya tersenyum kecil saja sambil tangannya mengambil apel yang telah dikupaskan Zaidan.     

"Runa, Runa sayank … ini benar-benar karena bantuanmu, sayank. Kau sungguh wanita luar biasa." Zaidan Al Faiz meraih tangan Runa dan mengecupinya bertubi-tubi.     

"Apakah aku bisa mengirim uang untuk ibuku?" tanya Runa sambil mengunyah pelan apelnya.     

"Tentu! Tentu saja, sayank! Kita berikan ibumu uang yang pantas karena telah melahirkan anak sehebat dirimu." Zaidan Al Faiz bergerak mencium pipi Runa.     

Kemudian, dengan sebuah perintah kecil, Zaidan Al Faiz membuat anak buahnya tadi untuk mentransfer sejumlah besar uang kepada Bu Sayuki di Jepang sana.     

Sepeninggal anak buahnya, Runa berkata ke Zaidan yang masih bersuka cita atas merosotnya bisnis Nathan Ryuu, "Zaidan, bagaimana kalau nanti malam kita adakan sebuah pertunjukan unik nan menarik?"     

Tidak sungkan-sungkan, Runa menitahkan agar Zaidan membuat pertunjukan menarik.     

"Sebutkan saja pertunjukan macam apa yang kau inginkan, sayank." Zaidan Al Faiz saat ini seperti lelaki dimabuk asmara, rela menjadi budak cinta Runa.     

"Aku ingin … mengadakan pertunjukan spesial dimana bintang utamanya adalah Vanessa." Runa tersenyum samar sambil melirik remeh ke Zaidan Al Faiz yang kini sedang mengecupi kakinya.     

Kepala Zaidan mendongak dan bertanya, "Pertunjukan dengan bintang utama Vanessa? Pertunjukan seperti apa nantinya?"     

"Pertunjukan … Vanessa bersama anjingmu." Mata Runa menyala akan antusiasme.     

Zaidan Al Faiz melongo sejenak sebelum akhirnya dia tersenyum paham. "Baiklah, sayank, aku akan mengaturnya."     

"Aku ingin para selir dan juga tamu-tamu istimewamu datang ke pertunjukan itu." Runa menambahkan. Yang pernah dia dengar dari Bonita sebelumnya adalah, bahwa Bonita pernah dipermalukan Zaidan Al Faiz dengan pertunjukan dia disetubuhi salah satu anjing besarnya di hadapan teman-teman lelaki itu. Sebuah rasa malu yang tak bisa diukur lagi.     

Karena Runa memiliki dendam pribadi pada Vanessa yang licik dan sok berkuasa sebelum ini di rumah ini, tentu saja ia ingin melampiaskan kekesalannya pada wanita berambut pirang tersebut.     

Dan, malam yang dijanjikan Zaidan Al Faiz pun tiba. Dia mempunyai sebuah ruangan khusus di sebuah kelab malam milik kerabatnya. Di sana sering ada pertunjukan tak senonoh dan tak bermoral para kaum kaya yang tak bisa dilacak para petugas hukum.     

Vanessa hanya patuh saja ketika dia didandani sebelumnya tanpa tahu menahu kenapa dia diberi baju sebagus dan seseksi itu. Apakah Zaidan hendak mengajaknya ke pertemuan khusus seperti biasanya? Jika benar, alangkah bahagianya dia. Dia yang kini tersingkir gara-gara Runa, mungkin bisa mulai menanjak naik lagi dan diperhatikan Zaidan.     

Hingga di dalam mobil, Vanessa masih merasa girang. Dia yakin dia akan bertemu dengan Zaidan setelah ini. Yah, dia memang akan bertemu dengan lelaki itu, namun dalam ruang yang berbeda.     

Ketika sampai di tujuan, Vanessa mengingat ini adalah sebuah kelab malam khusus milik kerabat Zaidan Al Faiz yang biasa digunakan untuk pesta amoral para petinggi dan orang kaya dari negara manapun.     

Dulu, Vanessa beberapa kali di ajak melihat pertunjukan di kelab malam ini dan dia duduk di bangku spesial bersanding dengan Zaidan, membuatnya bagaikan ratu. Terakhir, dia duduk di bangku itu saat menonton pertunjukan Bonita dan anjing Zaidan. Ahh, sudah berapa bulan lamanya sejak itu?     

Vanessa merasa terharu. Dia didandani secantik ini, seglamor ini, gaun indah, riasan memikat … sepertinya dia akan naik status dan mungkin dia bisa menginjak Runa setelah ini.     

Di saat Vanessa hendak melangkah masuk ke ruang penonton, anak buah Zaidan Al Faiz justru mencekal lengannya, berkata, "Bukan di sana ruangan untukmu."     

"Hah?" Vanessa bingung, dia heran. Kenapa bukan di ruang yang biasa dia datangi jika ke kelab ini? "Kalian jangan sembarangan! Aku ini biasa di ruangan itu! Ayo, bukakan pintu ruang itu untukku!" Ia melotot ke 2 anak buah Zaidan Al Faiz.     

Namun, kedua anak buah Zaidan Al Faiz malah terkekeh dan menampilkan tatapan menghina kepada Vanessa. Ini tentu saja membuat wanita itu murka.     

Sayangnya, sebelum Vanessa memburaikan sumpah serapahnya, dia diseret ke ruang lain yang letaknya di belakang. Ini menimbulkan kecurigaan pada Vanessa.     

Ketika tiba di ruang belakang, kedua anak buah Zaidan tadi secara cepat menyerang dirinya.     

"Kalian! Apa-apaan! Hei!" Vanessa terkejut ketika dua anak buah Zaidan memegangi dirinya dan mulai melecehkan dia di ruangan itu. "Aghh! Tidak mau! Tidak! Arghh! Zaidan! Zaidan!"     

Vanesaa tak tahu bahwa ini belum apa-apa. Pertunjukan utama belum dimulai.     

Penonton di bangku masing-masing mulai bersiul keras dan ada yang tertawa senang. Sementara, Runa menatap kemalangan Vanessa dengan mata membara, seakan puas karena bisa melampiaskan dendamnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.