Inevitable Fate [Indonesia]

Kemelut Bisnis Al Faiz



Kemelut Bisnis Al Faiz

0Tuan Besar Al Faiz sedang merasa senang hatinya karena baru saja mengadakan perjalanan senang-senang dengan Runa ketika dia melihat wajah muram kedua putranya, Zaidan dan Hasan saat Beliau tiba di kediaman megahnya.     
0

Dan ketika salah satu dari putranya mengabarkan adanya masalah pada proyek-proyek yang sedang dikerjakan oleh perusahaan mereka, tentu itu membuat suasana hati Tuan Yazdan Al Faiz runtuh seketika.     

"Ayah, aku sudah menyelidiki siapa yang sekiranya di balik semua ini." Zaidan berkata sedikit membawa aura bangga di wajahnya, seolah dia paling berjasa karena bisa menyelidiki hingga sedalam ini dibandingkan Hasan.     

"Siapa?! Katakan, siapa dia?!" Yazdan Al Faiz belum bisa menemukan ketenangannya.     

"Aku meyakini itu ulah Onodera Ryuu dari Jepang," tutur Zaidan sembari menaikkan sedikit dagunya.     

"Hah? Ono apa tadi? Siapa dia?" Tuan Al Faiz tidak mengenal Nathan Ryuu.     

"Onodera Ryuu, Ayah." Zaidan mengulang lagi nama sang pesaing.     

"Onodera Ryuu?" ulang Yazdan Al Faiz dengan kening berkerut. "Bukankah itu … seperti nama yang kau bilang hendak kau kalahkan di Jepang?" Matanya menyipit ke Zaidan yang sedikit menunduk.     

"I-Iya, Ayah." Tak ada pilihan bagi Zaidan selain berkata jujur saja.     

Plakk!     

Tamparan keras terdengar dari pukulan tangan Tuan Al Faiz ke putranya itu. "Kenapa dia bisa mengganggu proyek kita? Katakan, kenapa?!" bentaknya ke Zaidan.     

Runa yang berada di sudut hanya terdiam saja menyaksikan drama keluarga satu ini.     

"Ayah … Ayah, sebaiknya kita ke ruang pribadi Ayah dulu saja untuk membicarakan ini." Hasan bermaksud untuk menggiring sang ayah ke ruangan Beliau agar semuanya bisa dibicarakan dengan lebih tenang dan mendalam. Itu karena Hasan melihat adanya Runa di dekat mereka. Ia tak ingin Runa menguping pembicaraan mereka mengenai bisnis.     

"Di sini saja!" tegas Tuan Al Faiz dengan suara menggelegar. Beliau sudah terlanjur marah, terlebih dengan Zaidan. Dulu, putra dari istri keduanya itu berjanji akan menguasai bisnis di Jepang dan menaklukkan salah satu raksasa bisnis di negeri matahari terbit tersebut. Namun, nyatanya, justru dia sendiri yang kini sedang dilibas.     

"Ayah … jangan limpahkan semua kesalahan pada adik Zaidan. Dia hanya mencoba menguatkan pengaruh kita di Jepang." Hasan melirik half brother-nya.     

Zaidan membalas lirikan itu meski dalam hatinya merutuki Hasan, mengucap sumpah serapah terhadap kakaknya. Tamparan keras ayahnya sangat menyakiti hatinya. Dia masih lebih terima jika ditinju daripada ditampar. Lelaki pantang ditampar, demikian seru Zaidan di batinnya.     

"Lekas jelaskan padaku apa saja yang telah terjadi!" tegas Tuan Al Faiz.     

"Begini, Ayah …." Hasan berucap terlebih dahulu. "Kemarin Ayah menyuruhku untuk mengurus hal yang bersangkutan dengan Walikota. Dan aku sudah ke kantornya, namun ternyata Beliau bilang ditemukan beberapa bukti mengenai kita yang mengkorupsi beberapa bahan baku. Dan itu sebabnya Beliau harus meninjau ulang proyek tersebut."     

Mata Tuan Al Faiz semakin tajam dengan kening berkerut dalam. Beliau akui, dia sedikit bermain curang dalam setiap proyek-proyek yang berhasil dia dapatkan. Tapi, dia merasa dia sudah menutupi semuanya dengan sangat rapi, tidak akan bisa terlacak. "Lalu? Yang lainnya?"     

"Pak Walikota menginformasikan ini pada salah satu Emir, dan itulah kenapa beberapa proyek kita ditarik untuk ditinjau ulang." Ya, alias diperiksa mendalam untuk menemukan bukti-bukti lainnya.     

"Sampai ada yang dialihkan ke perusahaan lain?" Tatapan menusuk Tuan Al Faiz tajam tertuju ke Hasan.     

"Iya, Ayah. Dan salah satu perusahaan yang ditunjuk oleh Emir adalah … perusahaan milik orang Jepang itu, Onodera Ryuu." Hasan sedikit menundukkan kepala saking takutnya jika sang ayah murka.     

"Bodoh! Kalian semua bodoh! Apakah kalian tidak bisa melakukan sesuatu? Untuk apa aku menimbuni kalian dengan emas dan uang jika pekerjaan kalian begitu busuk? Lebih baik aku ambil kembali semua hartaku dari kalian kalau kalian tak becus bekerja!" Yazdan Al Faiz terus mengamuk sambil memaki-maki kedua putranya.     

Di antara banyak putra-putranya, ada 4 orang yang terjun ke bisnis, namun Hasan dan Zaidan yang paling bertumbuh di bisnis, sedangkan 2 lainnya memilih untuk berbisnis di luar negeri saja.     

Zaidan Al Faiz juga sebenarnya pebisnis yang senang mengembangkan usahanya di berbagai negara, namun tetap memiliki pusat di Abu Dhabi sebagai inti bisnisnya. Itulah kenapa dia kerap bepergian ke segala penjuru dunia, berusaha menaklukkan negara-negara yang dia anggap lebih kecil kekuatan bisnisnya dari Abu Dhabi yang dia anggap paling hebat.     

"Ayah, kami meminta maaf. Tapi, pasti kami akan berusaha untuk membenahi semuanya." Hasan berucap lagi penuh keberanian, siap menerima tamparan kalau perlu. Sebagai putera mahkota kerajaan bisnis Al Faiz, dia harus siap menerima segala konsekuensi, entah itu baik atau buruk.     

"Akan kau bagaimanakan proyek kita itu? Kita tentunya akan rugi banyak!" Mata Yazdan Al Faiz melotot ke Hasan. Lalu Beliau beralih ke Zaidan. "Dan kau … kau yang berkoar-koar menjanjikan padaku hendak melibas Ono siapa itu, tapi kau ternyata malah membawa penyakit pada bisnis kita."     

"Ayah, maafkan aku … aku berjanji akan membalas dia. Aku mendapatkan informasi kalau dia pernah ke Abu Dhabi beberapa hari lalu dan menemui Emir! Aku yakin dia sudah memberikan bujukan jahat ke Emir untuk melawan kita, Ayah!" Tak hanya membujuk ayahnya agar tidak emosi, Zaidan juga berlutut sambil pandangannya mendongak ke ayahnya untuk memohon.     

Zaidan Al Faiz memang mendapatkan informasi dari anak buahnya bahwa ternyata Nathan Ryuu datang ke Dubai dan Abu Dhabi serta menemui salah satu Emir di Abu Dhabi.     

Dari anak buahnya pula, dia mendapatkan informasi bahwasanya Nathan Ryuu punya banyak bisnis di Dubai. Ini sungguh mengagetkan Zaidan. Dia merasa kecolongan tidak memeriksa hal itu terlebih dahulu. Bahkan, dikatakan mengenai hubungan baik Nathan Ryuu dengan pebisnis besar Al Idris di Dubai.     

Ini sungguh membuat dia sangat frustrasi. Dari sinilah dia menduga bahwa Nathan Ryuu ada kaitannya dengan gagalnya proyek-proyek milik perusahaan ayahnya.     

"Sungguh, ingin sekali aku melemparmu ke kandang anjingku agar mereka mencabik-cabikmu sampai tak tersisa. Atau mungkin aku akan meminjam kolam buaya untukmu." Yazdan Al Faiz mengatakan kalimatnya dengan nada tajam dan sorot mata kejam.     

Betapa takutnya Zaidan mendengar ucapan sang ayah. "Kumohon, Ayah! Beri aku kesempatan! Aku akan mengurus si Ryuu brengsek itu! Aku akan membuat dia memakan triknya sendiri. Aku akan buat si Jepang sialan itu membayar semua kerugian kita!" Zaidan meraih kaki ayahnya sambil terus mengiba untuk diampuni.     

"Kalau tidak ingat bahwa kau ikut membesarkan bisnisku, aku benar-benar akan melemparmu ke kandang anjing atau kolam buaya, Zaidan," tandas Tuan Al Faiz.     

"Aku janji semua akan kembali baik-baik saja, Ayah! Beri aku kesempatan! Beri aku waktu!" Zaidan Al Faiz tahu seberapa tega dan kejam ayahnya meski pada anggota keluarga sendiri. Dia tak ingin tercebur pada masalah yang bisa merenggut nyawanya.     

Semua pun diam tidak bersuara. Tuan Besar Al Faiz mencoba menenangkan dirinya.     

Setelah hening di antara ketiganya, Runa tiba-tiba saja maju dan berkata dalam bahasa Inggris, "Ano … bolehkah aku ikut membantu jika itu mengenai Onodera Ryuu, boleh?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.