Inevitable Fate [Indonesia]

Perlakuan Istimewa ala Zaidan Al Faiz



Perlakuan Istimewa ala Zaidan Al Faiz

0Pembicaraan antara Runa dengan Vanessa sangat menorehkan kengerian di hati Runa. Dia tak mengira akan ada cerita horor dari kehidupan para selir di rumah harem Zaidan Al Faiz.     
0

Runa mengetahui dari Vanessa pula bahwa selir sebelum dirinya pernah mencoba melarikan diri dari rumah tersebut, tetapi ketahuan dan berhasil dikejar untuk kemudian dieksekusi mati di kolam buaya sesuai perintah Zaidan Al Faiz.     

Dari cerita yang disampaikan Vanessa, gadis itu diperlakukan cukup buruk oleh Zaidan. Selain harus melayani tamu-tamu Zaidan, juga tidak lagi disentuh oleh lelaki itu sebelum diperintahkan untuk digauli oleh para anjing peliharaan Zaidan.     

Intinya, gadis itu sudah dianggap sampah di rumah itu hingga si gadis tak tahan dengan perlakuan tak manusiawi Zaidan Al Faiz. Oleh karena itu, dia kabur, berharap bisa mendapatkan kehidupan lebih baik di luar rumah selir.     

Runa terdiam usai mendengar cerita Vanessa. Terlalu ngeri. Benar-benar terlalu ngeri! "Lalu, apakah kalian semua juga pernah diperintahkan bersenggama dengan binatang oleh Zaidan?"     

"Huh! Tentu saja orang-orang seperti aku tak mungkin dilemparkan Zaidan ke kandang anjingnya untuk digauli! Hanya gadis-gadis yang tidak pandai menyenangkan Zaidan saja yang akan mendapatkan perlakuan istimewa itu, hihihi! Seperti Bonit bodoh itu. Dia pernah memecahkan kristal mahal di ruang tamu dan dia harus membayarnya dengan semalam bersama salah satu anjing Zaidan. Lalu, dia juga mempermalukan Zaidan saat dibawa kunjungan ke sebuah pertemuan bisnis. Maka dia sekali lagi diberikan hak istimewa bermalam mesra dengan anjingnya."     

Runa diam membayangkan sengeri apa jika dipaksa bersetubuh dengan binatang. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apakah anjingnya diberi obat tertentu dulu? Ahh! Runa tak ingin membayangkan hal menyeramkan semacam itu!     

Dia harus bisa menyenangkan Zaidan! Dia harus berguna bagi lelaki itu! Kalau tidak, dia akan menemui takdir mengenaskan seperti Monet ataupun mantan selir yang dibunuh itu.     

Ketika Zaidan kembali menemui ayah dan kedua selirnya, dia terlihat sumringah. "Ayah, kau sudah nampak bersinar! Apakah malammu menyenangkan?" tanyanya sembari mengecup pipi sang ayah.     

"Hm, budak barumu lumayan juga, walau agak bandel di awal." Yazdan Al Faiz menyahut dengan wajah datar tak banyak ekspresi.     

"Ahh, mungkin dia masih malu padamu, Ayah. Coba beberapa kali lagi, pasti dia akan sejinak anak anjing." Mata Zaidan sembari tertuju pada Runa tak jauh darinya. Gadis itu langsung tertunduk, tak berani menjawab.     

Justru Vanessa yang maju untuk berkata, "Benar, Tuanku Zaidan. Runa ini masih malu-malu terhadap Tuan Besar Yazdan. Mungkin sebaiknya kau kirim saja dia ke tempat Tuan Besar agar mereka bisa lebih mesra?"     

Runa segera mengangkat dagunya dan menatap horor ke Vanessa. Ingin sekali dia merobek kulit wajah dan mulut perempuan itu. Tega sekali dia memunculkan ide demikian mengenai dirinya!     

"Ahh, sepertinya itu ide bagus, Vanessa. Kau memang selirku paling cerdas,' puji Zaidan terang-terangan.     

Vanessa girang bukan main karena bisa mengerjai Runa yang dianggap saingan baru. Ia melirik mengejek ke Runa di sebelahnya.     

Sementara, Runa berharap agar Zaidan tidak benar-benar mengiyakan ucapan si ular betina, hingga suara lelaki itu tiba di pendengarannya. "Runa, kau bisa pelesir sebentar dengan ayahku. Kalian bisa ke Eropa atau manapun. Biarkan aku yang mengurus perjalanan kalian dengan kapal pesiar."     

Meski kapal pesiar merupakan hal sangat mewah dan diidamkan Runa, tapi untuk apa jika bersama lelaki gaek bau tak sedap itu?     

Kepala Runa sudah hendak menggeleng ketika dia teringat cerita tentang Monet. Ohh, tidak! Dia tidak mau berakhir dengan anjing siapapun! Apalagi kolam buaya. Tidak mau!     

Maka, Runa hanya bisa diam menundukkan kepalanya. Sedangkan Vanessa semakin lebar tersenyum melihat Runa tidak berdaya. Suruh siapa datang menjadi saingannya!     

Maka, pada keesokan harinya, perjalanan yang dibuat untuk Tuan Yazdan Al Faiz dengan Runa pun diurus oleh Zaidan.     

Menggunakan kapal pesiar jenis pribadi milik salah satu sheik kaya di Abu Dhabi, ada sekitar 10 orang penumpang di sana. Semuanya terdiri dari pria-pria kaya kenalan Yazdan Al Faiz.     

Seperti bisa diduga, Runa dibawa ke sana hanya untuk memuaskan Yazdan Al Faiz. Dan setelah lelaki gaek itu tidak lagi tertarik pada Runa, dia mempersilakan rekan-rekannya yang sama tuanya dengan dia untuk bergiliran mencicipi Runa selama perjalanan mereka.     

Meski enggan dan menahan tangisnya, Runa tetap kukuh membesarkan hati agar tidak runtuh. Ini memang jalan terjal menuju sebuah kesuksesan! Demikian yang terus dia dengungkan di benak setiap dia diperlakukan seenaknya oleh para lelaki itu.     

Perjalanan selama satu minggu bagaikan di neraka bagi Runa. Saat kapal pesiar mulai menepi lagi ke Dermaga di Dubai, ia bisa bernapas lega. Penderitanya sudah berakhir. Tak perlu lagi melayani para pria tua bau tak sedap yang membuat dia mual.     

Ketika Yazdan Al Faiz tiba di rumahnya diiringi Runa, muncul Zaidan dan Hasan menyambut sang ayah.     

Wajah keduanya terlihat kusut seakan menahan sesuatu yang tak beres. Zaidan maju terlebih dulu, mendahului kakaknya, mendekati sang ayah yang baru menginjak lantai rumah dan berkata pelan, "Ayah, sepertinya ada pergerakan mengejutkan untuk melawan kita."     

Mata Yazdan Al Faiz menyala gusar. "Apa maksudmu?" Beliau menyingkir bersama putranya ke sudut agar pembicaraan mereka tidak diketahui Runa.     

Kemudian, Hasan mulai ikut mendekati ayahnya pula.     

"Itu ... aku mendapatkan kabar bahwa beberapa proyek kita mengalami perubahan." Zaidan sebenarnya agak was-was mengatakan ini. Dia takut ayahnya murka. Tapi, berita penting tetap harus dikatakan.     

"Apa maksudmu mengalami perubahan?" Yazdan Al Faiz menatap curiga ke kedua putranya. "Hasan, katakan ada apa?"     

Hasan yang berpembawaan lebih tenang akhirnya bersuara, "Ayah, kumohon Ayah jangan berpikir negatif dulu. Beberapa proyek kita memang memiliki sedikit kendala."     

"Kendala apa?" Mata tajam Tuan Al Faiz makin nyalang menatap putranya.     

"Ada 2 yang harus dihentikan untuk ditinjau ulang, dan ada 4 yang dialihkan ke perusahaan lain." Meski sangat buruk, Hasan tetap harus melaporkannya.     

"Hal seburuk ini baru kalian katakan sekarang?!" Suara menggelegar Tuan Al Faiz memenuhi ruang tamu luas rumah besar itu.     

"Ayah, tenangkan dirimu dulu. Jangan terlalu emosional." Hasan lekas mengelus dada ayahnya agar tidak terjadi apa-apa pada Beliau.     

"Kau minta aku tidak emosional, hah?!" Mata melotot Beliau seakan ingin melahap bulat-bulat putra mahkotanya. Jika tak ingat itu adalah Hasan, mungkin dia sudah menendang pria itu.     

"Ayah, aku sudah menyelidiki siapa yang sekiranya di balik semua ini." Zaidan berkata sedikit membawa aura bangga di wajahnya, seolah dia paling berjasa karena bisa menyelidiki hingga sedalam ini dibandingkan Hasan.     

"Siapa?! Katakan, siapa dia?!" Yazdan Al Faiz belum bisa menemukan ketenangannya.     

"Aku meyakini itu ulah Onodera Ryuu dari Jepang," tutur Zaidan sembari menaikkan sedikit dagunya.     

"Hah? Ono apa tadi? Siapa dia?" Tuan Al Faiz tidak mengenal Nathan Ryuu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.