Inevitable Fate [Indonesia]

Tak Ada Jalan Putar Balik



Tak Ada Jalan Putar Balik

0Zaidan Al Faiz mengajak ayahnya untuk bersenang-senang ke Dubai. Tak lupa dia mengajak Runa dan juga salah satu selirnya, Vanessa.     
0

Mata Yazdan Al Faiz menatap tajam Runa. "Siapa dia? Budak barumu?" tanyanya pada sang putra menggunakan bahasa Arab.     

Karena Runa tak paham, dia hanya diam saja dan duduk tenang di samping Zaidan Al Faiz ketika mereka berada di dalam mobil limousine.     

"Benar, Ayah. Ini budak baruku. Bagaimana? Cantik, bukan?" Tangan Zaidan Al Faiz sembari mencubit pelan dagu Runa.     

Pagi ini, dia sengaja membawa Runa dan salah satu selir lama dia untuk bepergian bersama ayahnya ke Dubai.     

Lalu, mereka tiba di salah satu hotel di Palm Jumeirah dan memesan dua kamar tipe suite terbaik.     

Hanya sebentar saja di hotel dan mereka pergi ke kasino untuk bersenang-senang ala orang kaya. Runa dan Vanessa juga diajak dan didandani dengan gaun yang pantas.     

Tubuh Runa mungil namun padat, menyebabkan banyak mata memandang ke arahnya, kagum. Apalagi wajah oriental Runa yang terlihat eksotis di pandangan para lelaki asing.     

Runa dan Vanessa tetap diam dan hanya patuh mengikuti Zaidan Al Faiz dan ayahnya, hinggap dari satu meja permainan ke meja lainnya sebelum akhirnya duduk di ruang bersantap.     

Mereka ada di sana sampai malam menjelang dan pulang pada jam 9.     

"Temani ayahku." Zaidan Al Faiz berkata pada Vanessa yang sudah lebih paham bahasa Arab. "Awasi juga selir baru agar tidak bertingkah yang membuat ayah marah."     

"Oke, jangan khawatir. Serahkan saja padaku." Vanessa mengedipkan satu matanya ke Zaidan sebelum lelaki itu pergi dari hotel, entah ke mana, mungkin mencari hiburan untuk dirinya sendiri.     

Vanessa menyeret lengan Runa yang masih bingung melihat Zaidan Al Faiz malah pergi begitu saja. Tak hanya itu yang membuat Runa heran, dia juga diseret masuk ke kamar ayah Zaidan.     

"Ehh? Kenapa kita masuk ke sini?" tanya Runa menggunakan bahasa Inggris kepada Vanessa yang orang Amerika.     

"Tutup mulut jalangmu itu dan patuhi saja perintah Zaidan." Lalu, Vanessa melemparkan Runa ke ayah Zaidan.     

"Hah?" Runa makin bingung dengan tindakan Vanessa. Belum sempat dia bertanya lebih banyak ke Vanessa, tangan Yazdan Al Faiz sudah mengunci tubuhnya, membelit dia dengan pelukan posesif. "Ehh? Kenapa? Jangan!"     

"Zaidan sudah memberikan ijin padaku, jadi lebih baik kau patuh saja atau aku pukul kau!" hardik Yazdan Al Faiz sambil tangannya mulai bergerak menggerayangi tubuh sintal Runa yang masih terbungkus gaun malam berbelahan dada rendah.     

Ketika Runa menoleh ke Vanessa, perempuan Amerika itu justru duduk santai di sofa dekat tempat tidur sambil menyalakan cerutunya. Satu kaki ditaruh ke paha, dia menyeringai ke Runa dan berkata, "Lebih baik kau pasrah dan ladeni si tua itu dengan baik, bocah jalang. Zaidan sudah membiarkan kau dimiliki ayahnya untuk malam ini. Kalau kau berani menolak dan bertingkah, jangan salahkan aku kalau besok pagi tubuhmu babak belur dan wajahmu akan kehilangan warnanya." Lalu dia menghisap cerutu untuk kemudian dia hembuskan banyak-banyak asap dari mulut berlipstik merah menyalanya.     

Mata Runa membeku. Zaidan memberikan dia kepada lelaki gaek ini? Dia diharuskan melayani si bandot gaek ini? Kenapa? Kenapa harus dia? Kenapa bukan Vanessa saja?     

Kalau dia harus melayani teman-teman Zaidan Al Faiz yang masih semuda Zaidan, dia tak masalah meski tetap saja kesal. Bagaimanapun, teman Zaidan memiliki usia muda dan tubuh bagus. Tapi ini? Ayah Zaidan! Selain sudah tua, tubuhnya pun tentu sudah tidak sebaik tubuh orang muda. Bahkan napasnya saja begitu membuat mual Runa ketika dipaksa dicium.     

Apalagi ketika dia dipaksa merunduk hingga bersujud di depan lelaki itu, dia benar-benar nyaris muntah ketika harus mengulum benda tegang milik lelaki gaek tadi. Mengerikan. Ini sungguh pengalaman mengerikan baginya!     

Sedangkan Vanessa hanya diam dan menyeringai ketika Runa sedang tersiksa di bawah dominasi Yazdan Al Faiz. Ia bahkan tetap tersenyum mengejek ketika melihat mata Runa sudah basah usai melakukan felatio dan dihempas ke ranjang untuk ditubruk dan ditindih. Dia bagaikan penonton setia semua adegan gila di tempat tidur besar itu.     

Usai Runa melayani kebejatan Yazdan Al Faiz hingga lelaki itu memuntahkan cairan pekatnya ke dalam tubuh Runa, kini Vanessa mulai bergerak, bangun dari sofa dan naik ke ranjang setelah dia melucuti semua gaunnya sendiri.     

Melihat tindakan Vanessa, Runa merasa bersyukur. Pasti setelah ini Vanessa yang ganti akan memuaskan lelaki bandot gaek ini dan dia bisa lepas.     

Sayang sekali, itu hanya ada dalam imajinasi Runa saja. Kenyataannya, dia malah dikangkangi selangkangan Vanessa dan dipaksa untuk menerima face-sitting dari si pirang sembari Vanessa terkekeh senang di atas kepalanya.     

Runa ingin berontak, tapi tubuhnya ditahan tangan berbulu Yazdan Al Faiz. Tak lama kemudian, ketika dia sedang berjuang menghadapi Vanessa, dia merasakan liang sempitnya kembali dihujam kuat-kuat sebuah benda tumpul besar.     

Sekali lagi Runa harus merasakan diperkosa oleh pria dan wanita sekaligus, sama seperti kejadian di kapal yacht milik Zaidan Al Faiz dulunya. Bedanya, kali ini sosok lelakinya sudah tua gaek dan berbau tak sedap.     

Di tempat lain, Zaidan Al Faiz sedang merasakan surganya sendiri dengan wanita lain yang dia temui di kelab malam terdekat.     

Pada pagi harinya, setelah badan terasa remuk semalaman dijadikan mainan oleh Yazdan Al Faiz dan Vanessa, Runa mengurung dirinya di kamar mandi mumpung kedua orang sialan tadi masih tidur lelap. Dia menangis lirih di sana. Apakah dia harus menjalani hari-hari seperti ini ke depannya? Apakah nantinya dia harus melayani siapapun yang Zaidan perintahkan? Siapapun orangnya?     

Setelah puas menumpahkan tangisnya, Runa keluar dari kamar mandi dan melihat kedua orang itu masih tergolek lelap di kasur. Matanya melirik ke samping, di meja kopi ada pisau buah. Tentunya tetap akan mematikan jika dihujamkan ke tubuh dua orang brengsek itu, kan? Runa membatin.     

Tapi, jika dia melakukan itu dan dipenjara, bukankah itu akan menjadi tragedi berikutnya untuk dia?     

Segera, Runa pun mulai menghitung segala untung rugi. Kalau dia tetap pasrah dan menerima segala takdir yang diberikan Zaidan Al Faiz padanya, termasuk harus melakukan hal-hal gila seperti melayani napsu siapapun yang Zaidan ingin, maka dia hanya akan merasa hancur di hatinya saja dan tetap mendapatkan banyak uang dan kemewahan.     

Sedangkan jika dia nekat membunuh Vanessa dan ayah Zaidan Al Faiz, selain dia harus meringkuk di penjara, nama baiknya juga tercoreng. Selain itu, dia harus mengucapkan selamat tinggal pada hari-hari glamor dia. Dan bisa saja di dalam penjara dia akan dilecehkan oleh siapapun di sana.     

Bergidik membayangkan kemungkinan kedua dari perhitungannya, Runa pun memutuskan untuk berdamai saja dengan nasibnya kini. Asalkan dia masih bisa hidup terhormat di mata banyak temannya dan tidak kekurangan suatu apapun, biarlah dia telan saja semua rasa sakit dari perlakuan Zaidan terhadapnya.     

Runa sudah tidak punya jalan putar balik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.