Inevitable Fate [Indonesia]

Perjalanan Ke Timur Tengah



Perjalanan Ke Timur Tengah

0Ketika Runa sedang bergulat dengan kehidupan barunya sebagai salah satu selir penghuni istana harem Zaidan Al Faiz dan harus menguburkan impian menjadi istri sah lelaki itu, Reiko juga sedang bergulat dengan karirnya yang kian menanjak.     
0

"Ryuu, aku tidak pulang dulu malam ini, yah! Akan ada jadwal kegiatan di pagi hari besoknya." Reiko menghubungi suaminya menggunakan video call. Kali ini, dia tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi melakukannya karena semua member Synthesa dan petinggi di agensi G&G sudah mengetahui mengenai statusnya sebagai istri.     

"Tak masalah, sayank. Mungkin aku juga harus bepergian dulu selama beberapa hari." Nathan Ryuu juga menyampaikan informasi terkait dengan jadwal kegiatannya sendiri.     

"Ehh? Benarkah? Kira-kira kapan kau pulang, Ryuu?"     

"Nanti akan aku kabari begitu pesawatku tiba di Jepang. Aku harus mengurus sesuatu di luar negeri."     

"Um, baiklah kalau begitu." Reiko bukan jenis orang yang banyak mengontrol suami. Apalagi ketika dia sendiri diberikan kebebasan penuh oleh sang suami, mana mungkin dia tidak memberikan hal yang sama pada Nathan Ryuu.     

Yang terpenting adalah, hati mereka selalu terpaut pada cinta dan setia. Inilah yang menjadi pondasi kepercayaan mereka sedari awal menjalin rumah tangga.     

"Sayank, bolehkah aku meminta sesuatu padamu?" tanya Nathan Ryuu sebelum Reiko menyudahi telepon mereka.     

"Ya, katakan saja, Ryuu. Asalkan aku sanggup, pasti aku lakukan." Reiko mengangguk di layar.     

"Aku ingin … kau tetap berada di dorm saja sembari menunggu aku pulang. Bisa?" Ternyata ini yang diinginkan Nathan Ryuu.     

"Ohh, kalau itu tentu saja sangat bisa, Ryuu. Jangan khawatir." Reiko mengacungkan ibu jari disertai senyuman manisnya.     

Ini membuat Nathan Ryuu lega. "Ahh, baiklah kalau begitu. Aku bisa menyuruh Benio untuk mengantarkan baju-bajumu selama menginap di dorm nantinya."     

"Tak usah, Ryuu. Aku masih punya banyak persediaan baju di dorm."     

"Baiklah. Aku bisa tenang menjalankan pekerjaanku nantinya."     

"Hati-hatilah dan jaga dirimu selalu di manapun kau berada, Ryuu."     

"Kau juga, sayank. Selalu waspada dan jangan lengah. Kau dengar itu, sayank?"     

"Iya, aku tahu. Di sini begitu banyak orang yang menjaga kami dan menyayangi kami."     

"Baiklah, tunggu sampai aku pulang dan aku akan menjemputmu sendiri nanti."     

"Ohh? Ahh, baiklah, aku mengerti." Reiko melambaikan tangan sebelum mengakhiri video call mereka.     

Di vila pribadinya, Nathan Ryuu menggoyang-goyangkan kursi besar di ruang kerjanya yang luas sambil dia mengusap-usap dagu dengan santai sembari duduk.     

Kemudian, terdengar bunyi ketukan pintu diikuti suara pelayan, "Permisi, Tuan, Pak Itachi sudah tiba."     

"Ahh, ya, suruh dia masuk ke sini saja." Nathan Ryuu menyahut dari dalam tanpa beranjak dari kursinya.     

Tak berapa lama, Itachi muncul dari balik pintu kayu jati yang dibuka pelayan. Lelaki itu tampil rapi seperti biasanya sambil menenteng sebuah tas folder, dia menganggukkan kepala dalam-dalam sebagai tanda hormat pada bosnya.     

Setelah pelayan pergi, Itachi menutup pintu dan berjalan ke meja besar tempat Nathan Ryuu berada.     

"Bagaimana, semua sudah kau cari?" tanya sang bos sambil masih menggoyang-goyang pelan kursi putarnya.     

"Sudah, Tuan. Ini." Itachi secara cekatan membuka tas foldernya dan memberikan beberapa map ke hadapan Nathan Ryuu. "Saya sudah memeriksa semuanya dan sudah bisa Anda bawa, Tuan."     

"Apakah kau bersedia ikut denganku?" Nathan Ryuu sekedar melirik sekilas saja map-map itu tanpa ingin menyentuhnya dan malah bertanya ke Itachi dengan pandangan menyelidik.     

"Ke manapun Tuan meminta, pasti aku akan ke sana." Pengabdian Itachi begitu besar pada Nathan Ryuu. Inilah yang menyebabkan dia dihargai begitu tinggi oleh sang Onodera muda.     

"Bagus. Kalau begitu, segera kemasi pakaianmu dan nanti malam kita berangkat." Anggukan Nathan Ryuu terlihat puas.     

"Apakah Zuko akan diikutsertakan pula, Tuan?" tanya Itachi, lebih ke arah penasaran.     

"Tidak usah. Aku tak ingin dia jadi melankolis nantinya jika tiba di sana." Nathan Ryuu sudah membuat keputusan. Meski harusnya Zuko tetap mendampingi dia sebagai asisten pribadi, namun untuk hal yang ini dia tak ingin mengajak lelaki itu.     

Bagi Nathan Ryuu, Zuko masihlah pemuda yang mudah guncang oleh hal yang bisa membangkitkan perasaannya terlalu berlebih. Jika jiwa Zuko kuat seperti Itachi, mungkin dia akan berani mengajak Zuko serta.     

"Baik, Tuan. Saya akan bersiap-siap dulu kalau begitu." Itachi membungkuk ojigi dalam-dalam sebelum dia balik badan dan pergi keluar dari ruangan itu.     

Pada malam harinya, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, Nathan Ryuu sudah duduk bersama Itachi di kabin penumpang jet pribadinya. Keduanya sudah memasang sabuk pengaman dan sekaligus membuka-buka map yang telah tersaji di depan mereka.     

Satu sama lain saling memeriksa ulang apa yang ada di dalam map itu sembari pesawat mulai lepas landas dari Jepang menuju Dubai. Ya, destinasi dari perjalanan kali ini adalah ke Dubai. Itulah kenapa Nathan Ryuu enggan mengajak Zuko.     

Jika Zuko ikut, dan tahu mereka akan ke Dubai, tak menutup kemungkinan lelaki itu akan teringat akan Runa yang berada di Abu Dhabi. Lokasi yang cukup dekat dengan Dubai, mengkhawatirkan bagi Nathan Ryuu. Dia tak ingin mengambil resiko Zuko pergi ke Abu Dhabi sendiri untuk mencari Runa.     

Yang Nathan Ryuu yakini hingga saat ini, Zuko masih saja menyimpan perasaan melankolis terhadap Runa meski perempuan itu sudah menyakiti dia begitu dalam.     

Nathan Ryuu masih memaklumi karena Runa merupakan cinta pertama dan serius bagi Zuko. Ini mengingatkan dia akan dirinya sendiri ketika tertabrak cinta pertama pada Ruby dan sangat sulit melupakan wanita itu meski apapun perlakuan Ruby terhadapnya.     

Maka dari itu, Nathan Ryuu bisa memahami perasaaan Zuko saat ini. Dia berharap, Zuko memiliki keberuntungan dengan menemukan wanita lain yang lebih baik dari Runa agar bisa menenggelamkan sosok Runa di hati Zuko.     

Butuh sekitar 11 jam dari Tokyo ke Dubai. Berangkat di jam 8 malam, maka pesawat pribadi Onodera pun tiba di Dubai pada sekitar jam 7 pagi waktu setempat.     

Onodera Ryuu turun dari pesawat diiringi Itachi. Keduanya langsung memasuki mobil yang telah disediakan dan segera meluncur ke hotel yang telah dipesan.     

Perjalanan kali ini Nathan Ryuu tak hanya didampingi Itachi saja namun juga ada 2 pengawal pribadi yang tak perlu diragukan kemampuannya.     

"Apakah ini kita langsung bertemu Tuan Al Idris?" tanya Itachi ketika di dalam mobil menuju hotel.     

"Tidak. Kita bisa bersantai dulu. Zayed akan bertemu di malam nanti dengan kita." Nathan Ryuu sedang membicarakan salah satu rekan bisnisnya di Dubai, Zayed Abbas Al Idris.     

Selain rekan bisnis sejak lama, Zayed Abbas Al Idris merupakan teman baik di masa kuliah bagi Nathan Ryuu saat di Perancis. Kalau sudah begitu, tentu sudah bisa diperkirakan sedekat apa hubungan keduanya, bukan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.