Inevitable Fate [Indonesia]

Rencana Melibas Salah Satu Raksasa



Rencana Melibas Salah Satu Raksasa

0Reiko diantar pulang oleh Benio sesuai amanat sang majikan ke vila yang dulu pernah dia tempati beberapa waktu ketika awal bertemu Nathan Ryuu.     
0

Sementara itu, di ruang kerja Nathan Ryuu, Itachi berkata "Tuan, Darumo Group menyatakan tidak ingin bekerja sama lagi dengan kita." Itachi sudah berdiri di depan sang bos. "Tidak hanya itu saja, Tuan Mihashi Takahiko juga memutuskan kerjasamanya dengan SortBank."     

Tatapan Nathan Ryuu menjadi dingin. "Rupanya dia sudah bergerak secepat ini."     

"Apakah Tuan memaksudkan …." Itachi tak berani melengkapi kalimatnya dan menggantung, dengan harapan Nathan Ryuu sendiri yang akan melengkapinya.     

"Benar, Zaidan Al Faiz." Nathan Ryuu paham bahasa menggantung dari Itachi dan benar-benar melengkapinya. Sepuluh jari ditautkan dengan siku berada di atas meja dan mulut menempel di tepi jemarinya. Tatapannya masih serius seperti tadi. "Dia sudah bergerak."     

"Apakah ini artinya dia hendak melawan kita, Tuan?"     

"Sepertinya begitu. Ini sungguh seperti yang aku duga ketika aku menolak kerja sama dengannya kala itu. Dari tatapan mata tajamnya, aku seakan bisa mengerti adanya gejolak dendam padaku."     

"Kalau intuisi Tuan sudah seperti itu, maka memang kemungkinan besarnya benar. Saya mempercayai itu."     

"Itachi," sahut Nathan Ryuu seraya melirik ke orang terpercayanya. "Kurasa kita tak bisa menangani ini dengan gegabah. Aku merasa kalau aku tak boleh memakai cara biasanya ketika menangani musuh." Dia memaksudkan agar Itachi berhati-hati dalam bertindak, tidak sefrontal biasanya.     

"Saya patuh dengan perintah Anda." Itachi mengangguk hormat. "Silahkan Tuan perintahkan saja apapun ke saya."     

"Hm, baik. Aku memang hanya bisa mengandalkanmu dalam situasi semacam ini."     

.     

.     

"Sayank, kau sudah tidur?" Nathan Ryuu melongok ke dalam kamar pribadinya usai berdiskusi dengan Itachi dan memerintahkan Itachi pergi.     

Reiko baru saja menata barang-barangnya ketika suaminya masuk ke kamar. "Ryuu." Ia beranjak dari tempatnya untuk masuk ke rentangan lebar kedua lengan suaminya. "Aku masih menata barang-barangku. Ohh ya, kenapa harus pindah ke sini? Kenapa begitu mendadak?"     

"Ahh, tidak apa-apa, sayank. Hanya ingin ganti suasana saja." Jawaban ringan Nathan Ryuu diiringi senyum hangatnya untuk istri tercinta. "Apakah kau sudah makan malam?"     

"Sudah, aku sudah makan di dorm." Reiko melonggarkan pelukan agar bisa menatap wajah tampan suaminya. "Aku masih tak percaya kau ingin pindah ke sini hanya karena ingin ganti suasana."     

Dasar orang kaya, bebas berganti suasana hanya karena ingin. Mentang-mentang rumahnya banyak dan tersebar di Jepang. Reiko merasa geli sendiri jika memikirkan ini.     

"Ha ha ha …." Nathan Ryuu tidak memberikan jawaban melainkan tawa renyahnya saja. "Ayo, bagaimana kalau aku menjadi pemandumu di kamar ini?"     

"Ehh? Maksudmu?"     

"Dulu kau melarikan diri dari sini dan tak pernah masuk ke kamarku ini, kan? Nah, bagaimana jika kita mulai room tour … misalnya tour ke kamar mandi."     

Akhirnya Reiko pun paham. Suaminya tetaplah suaminya. Mengerling bagai ibu yang memergoki kenakalan anaknya, ia pun menyahut, "Kau memang tak berubah, Ryuu, meski tempatnya berubah."     

"Ha ha ha … kuanggap itu sebuah pujian indah darimu, sayank," jawab Nathan Ryuu sembari menggendong istrinya memasuki kamar mandi luas di ruangan itu.     

Sudah jelas apa yang diinginkan Nathan Ryuu saat ini.     

-0—00—0-     

"Tuan, seperti yang Tuan duga, memang ada beberapa kamera tersembunyi di gedung tempat penthouse Anda berada." Itachi siang itu berkunjung ke vila Nathan Ryuu untuk melapor seperti biasanya.     

"Dan tentunya kau pun sudah tahu siapa pelakunya, kan?" Nathan Ryuu duduk jumawa sambil mengetuk-ketukkan jemari di sandaran sofa ruang tengah vila.     

"Ya, Tuan. Anak buah Zaidan Al Faiz." Kadang Itachi terheran-heran dengan sistem perhitungan dari bosnya. Tadinya dia tidak berpikir jauh mengenai tuannya yang mendadak ingin pindah hunian.     

Meskipun hunian milik Nathan Ryuu tersebar banyak di Jepang, terutama di kota-kota besarnya, namun bukan kebiasaan Nathan Ryuu untuk berpindah tempat tinggal setelah nyaman.     

Maka dari itu, ketika Nathan Ryuu menyatakan ingin pindah hunian, Itachi tidak bisa tidak menduga ada hal penting yang melatarbelakangi keputusan itu.     

Dan benar saja, ternyata itu karena Zaidan Al Faiz. Terutama sejak Nathan Ryuu dan Reiko menemui Runa di hotel, sang bos bersikeras pindah hunian.     

Yang Itachi tak ketahui adalah bahwa Runa pernah melakukan hal memalukan pada Nathan Ryuu di penthouse tersebut. Itachi hanya diberitahu mengenai Runa mendatangi penthouse untuk meminta maaf, hanya itu saja yang dia dengar dari Onodera muda.     

Wacana mengenai keinginan Nathan Ryuu ingin pindah hunian didengar Itachi setelah dia diberitahu mengenai Runa datang ke penthouse untuk meminta maaf.     

Dan kepindahan itu direalisasikan sehari setelah pasangan suami istri itu menemui Runa di hotel. Sungguh sebuah perhitungan yang tepat dari Nathan Ryuu.     

Nampaknya, pihak Zaidan Al Faiz sedikit terlambat memasang kamera pengintai secara diam-diam di gedung tersebut karena Nathan Ryuu dan Reiko sudah tidak ada di sana.     

Tentu saja Zaidan AL Faiz merasa dipecundangi. Namun, lelaki Timur Tengah itu sudah menyiapkan beberapa rencana untuk menghadapi Nathan Ryuu.     

Beberapanya sudah ditembakkan keluar dan dilaporkan Itachi kemarin.     

.     

.     

"Zaidan, apa kau yakin kau ingin bersaing dengan Onodera Ryuu?" Seorang pemuda dengan fitur wajah sama seperti Zaidan Al Faiz, bertanya.     

"Tsk, ayolah, Farhat, jangan gunakan kata bersaing, karena aku tidak sedang bersaing melainkan melibas dia." Zaidan Al Faiz menggoyangkan gelas kristal di tangannya, segera denting es batu di dalamnya berbunyi.     

"Ha ha, kau yakin dengan statement-mu itu, kawan?" Farhat sepertinya sedang menggoda Zaidan Al Faiz.     

"Jangan ragukan jika aku sudah menginginkan sesuatu."     

"Wah, Zaidan, setidaknya aku hanya bisa memberimu anjuran agar tidak terlalu frontal menghadapi dia. Kau harus tahu, dia tidak selemah yang ditampilkan hanya karena dia sering tersenyum ke orang-orang."     

"Farhat, kau ada di pihakku atau dia, sih?" Hampir saja Zaidan Al Faiz melempar gelas di tangannya jika tak ingat Farhat banyak membantunya memberi banyak informasi mengenai pengusaha Jepang.     

"Pfftt! Tentu saja ada di pihakmu, kawan. Hanya sekedar mengingatkanmu karena aku menyayangimu."     

"Huh! Tenang saja, aku sudah mulai menggoyang perusahaan dia. Aku berhasil merebut rekan-rekan bisnisnya. Sebentar lagi, aku akan menggoyang sahamnya pula."     

"Sebenarnya apa alasan yang menjadikanmu bertindak sejauh itu pada Onodera Ryuu, Zaidan?"     

"Kau tahu, ayah begitu keras kepala tak mau menyerahkan tongkat kekuasannya kepadaku dan malah memberikan ke Hasad sialan itu. Hanya karena aku anak istri kedua, aku dianggap tak layak menjadi putera mahkota. Tsk!"     

"Ohh, lalu karena itu kau bermaksud membuat ayahmu menoleh padamu dengan cara menaklukkan para raksasa Jepang?"     

"Hm, seperti itu."     

"Kenapa membidik ke Onodera Ryuu? Bukan ke pengusaha raksasa lainnya, seperti Inui Takeuchi atau Gerumon Group?"     

"Karena usia Onodera Ryuu paling muda dari semua pengusaha raksasa di Jepang."     

"Ha ha, jadi kau membidik dia hanya karena dia paling muda? Kau pasti berpikir dia masih hijau, ya kan? Sehingga menurutmu dia mudah kau libas? Kawan, sebaiknya kau jangan meremehkan siapapun yang ingin kau lawan, berapapun usia mereka."     

"Kau lihat saja nanti bukti ucapanku, Farhat. Ayo, kita ke kelab. Aku bosan di hotel saja."     

"Bukankah kau sudah punya budak kecilmu?"     

"Tsk! Kadang dia membosankan, sama seperti ruangan ini."     

Dua lelaki itu pun mulai keluar dari kamar suite hotel. Sementara itu, Runa perlahan membuka pintu kamar. Dia mendengar semua percakapan Zaidan Al Faiz dengan kawannya yang sudah lama tinggal di Jepang dari dalam kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.