Inevitable Fate [Indonesia]

Dia Sudah Bergerak Secepat Ini



Dia Sudah Bergerak Secepat Ini

0"Sudahlah! Tak usah lagi perdulikan diriku. Lebih baik kita berjalan dengan jalan kita masing-masing saja! Kau dan aku sudah tidak cocok. Kau sudah tinggi dan terkenal, sedangkan aku … apa aku ini? Hanya teman yang mudah kau abaikan karena kesibukanmu menjadi selebritis!" sengit Runa, baik itu secara nada suara maupun tatapan mata.     
0

Mata Reiko mulai basah. Tidak pernah dalam bayangannya dia akan mengalami hal begini dengan Runa. "Sungguh, Ru-chan … kau seperti bukan Ru-chan yang aku kenal. Ada apa ini?"     

"Kenapa? Apa kau menginginkan aku yang terus berada di bawahmu? Di bawah baying-bayangmu? Apakah Runa seperti itu yang kau kenali selama ini? Tsk!"     

Ru-chan, tidak begitu. Kau terlalu salah paham."     

"Ah, sudahlah! Aku jadi makin emosi kalau begini. Lebih baik kau dan suamimu pergi saja, tak usah bertemu lagi denganku dan Zaidan. Biarkan kami sendiri, kami sudah menemukan kebahagiaan sendiri, tak butuh bantuan kalian."     

Rupanya Runa sudah dikuasai amarah. Reiko tak sepertinya membentur tembok beton dan tak bisa menembusnya. Usaha dan bujukan dia untuk Runa bisa berpikir ulang mengenai keputusannya memilih Zaidan Al Faiz rasanya sia-sia dan tak ditanggapi baik oleh yang bersangkutan, justru Runa kian emosi.     

Sungguh, Reiko benar-benar kaget mendapati Runa yang sekarang ini. Meski kecewa, tapi dia tetap berharap suatu hari nanti Runa bisa sadar akan maksud baik dia dan tidak salah paham akan perkataannya.     

Runa melangkah lebih dulu meninggalkan balkon teras dan kembali ke ruang santai, menjumpai Zaidan Al Faiz dan Nathan Ryuu yang terlihat saling diam dan canggung satu sama lain. "Sepertinya Reiko sudah lelah dan butuh segera beristirahat."     

Reiko di belakang Runa hendak mengatakan sesuatu untuk menyanggah, tapi ketika dia melirik ke arah suaminya, Nathan Ryuu memberi kode melalui mata agar dia diam dulu.     

Setelahnya, Nathan Ryuu beranjak dari sofa dan tersenyum. "Ahh, benar. Ini sudah seharusnya jam istirahat dia. Jadwalnya sangat padat dan dia masih menyempatkan waktu sangat singkat dia untuk kemari menemui Runa."     

Tuan muda Onodera memburaikan senyumnya namun Runa jelas memahami itu adalah senyum menyindir, mencemooh dirinya.     

Walaupun enggan berpisah dari Runa saat itu, Reiko tak bisa berkutik ketika dirinya digamit Nathan Ryuu untuk keluar dari sana. Matanya masih menatap Runa meski tubuhnya sudah berjalan ke depan. Ia masih ingin berbicara dengan Runa, berharap bisa meluruskan kesalahpahaman di benak sang sahabat.     

Sementara itu, Runa membuang pandangan ke arah lain, menolak melihat Reiko dan membiarkan Zaidan Al Faiz yang mengantar keduanya keluar dari kamar tersebut.     

Di mobil, Reiko masih belum bisa menerima dan menggenggam lengan suaminya, berkata, "Ryuu, kita harus bertemu Ru-chan lagi, entah kapan, pokoknya harus bertemu lagi. Dia … dia …." Ada banyak hal yang ingin diburaikan Reiko sehubungan dengan percakapan dia dengan Runa tadi, tapi dia tak tahu harus memulai dari mana.     

"Sayank …." Nathan Ryuu mengelus pipi istrinya. "Sepertinya kita harus merelakan Runa memilih jalannya sendiri. Untuk saat ini, lebih baik kita tidak mengganggunya dulu agar tidak terjadi konflik tak diinginkan." Dia seperti paham apa saja yang ingin disampaikan sang istri.     

Namun, sepertinya Reiko belum puas. "Tapi, Ryuu … aku lihat lelaki yang bersama Runa itu sungguh … sungguh … tidak pantas!" Ia padahal ingin mengatakan 'lelaki yang sungguh menjijikkan', tapi rasanya kurang baik mengucapkan kalimat tajam semacam itu.     

"Ahh, itu hanya dari sudut pandangmu saja. Siapa tahu itu berbeda jika Runa yang melihat." Nathan Ryuu melabuhkan kecupan ke pipi istrinya setelah tersenyum agar sang istri tenang. "Perspektif tiap orang tentu berbeda-beda, kan? Nah, maka dari itu, kita serahkan saja semua keputusan ke Runa, lagipula dia sudah dewasa, sayank. Pastinya sudah mengetahui semua baik dan buruknya keputusan dia."     

Karena suaminya terus berbicara seperti itu, Reiko terdiam dan merenung. Apakah dia memang harus diam sejenak dan membiarkan Runa dengan pilihannya dulu? "Tapi bagaimana jika Ru-chan salah pilih?"     

"Sayank, jikapun dia salah pilih, maka dia bisa menjadikan itu sebuah pelajaran hidup, sehingga dia bisa menjadi Runa yang lebih matang dan berpikir cerdas di hari selanjutnya."     

"Ryuu … itupun kalau Runa baik-baik saja! Bagaimana jika—"     

"Sayank …." Dua tapak tangan Nathan Ryuu menangkup pipi sang istri sambil menatap lekat-lekat matanya meski keadaan cukup remang di kabin belakang mobil. "Biarkan Runa berkembang sendiri secara mandiri. Kita doakan saja dia selalu baik-baik dan bahagia, oke?"     

Mulut Reiko tak bisa mengucap kalimat sanggahan lagi. Dia bungkam dan merenungkan kata-kata suaminya. Tadi pun Runa bersikeras agar Reiko tidak mencampuri urusannya dan membiarkan dia dengan pilihan kebahagiaannya.     

-0—00—0-     

Hari berikutnya, Nathan Ryuu mengosongkan penthouse dari barang-barang pentingnya. Ketika Reiko masuk ke mobil, oleh Benio, mobil itu justru diarahkan ke vila pribadi Nathan Ryuu.     

"Benio, kita tidak ke arah penthouse?" Reiko tidak bisa tidak bertanya pada Benio ketika mobil tidak berjalan ke arah biasanya.     

"Tidak, Nyonya. Tuan sudah menginstruksikan untuk membawa Nyonya ke vila." Benio menjawab tenang seperti biasanya.     

"Vila?" Pikiran Reiko segera melayang ke sebuah tempat besar dan luas yang pernah dia huni ketika pertama kali bertemu dengan Nathan Ryuu. Itu adalah saat dimana dia masih bekerja serabutan dan berakhir dengan upaya pelecehan oleh pemilik konbini.     

Dugaan Reiko sepenuhnya benar mengenai vila tersebut. Dari bagian halaman depannya saja Reiko sudah bisa menebak itu memang vila yang pernah dia tinggali beberapa hari. Rasanya ... nostalgia.     

Begitu mobil berhenti di carport, sudah ada 6 pelayan perempuan menyambut di teras depan, berbaris berjajar. Reiko sedikit risih mendapati perlakuan semacam ini.     

Ketika Reiko keluar dari mobil, wanita paruh baya maju menyambutnya. "Selamat datang, Nyonya."     

"Bu Meguro." Reiko langsung memeluk wanita itu. Dulu, Bu Meguro begitu baik dan telaten merawat dan membuat dia nyaman selama di vila ini.     

Sikap spontan Reiko menimbulkan rasa kejut di pelayan lainnya. Mereka tidak mengira nyonya bos mereka begitu ramah. Dan yang membuat mereka terkejut adalah ... nyonya mereka merupakan member dari grup yang sedang naik daun di Jepang!     

Meski terkejut, keenam pelayan itu tidak berani berbicara apapun. Mereka sudah sangat terlatih untuk menjaga sikap, terutama di depan majikan.     

"Nyonya, Anda sekarang lebih terlihat sehat dan makin cantik." Bu Meguro tersenyum seraya mengangguk. Beliau pun tak menyangka akan langsung dipeluk erat oleh Reiko.     

"Maafkan aku dulu sudah menyusahkan Bu Meguro." Reiko teringat bagaimana dia membuat Bu Meguro membantu pelarian dia dari vila ini.     

Bu Meguro paham arah pembicaraan Reiko dan tertawa kecil. "Nyonya, tak perlu disebut lagi. Sudah tugas saya untuk memberikan kenyamanan pada Anda." Lalu, Beliau tak ingin mengungkit hal itu lagi dan beralih ke arah pelayan yang berbaris di depan pintu depan. "Nyonya, ini maid di sini. Yuno, Nami, Eiko, Miwa, Miyu, dan Kaori. Bila membutuhkan sesuatu, Anda bisa memanggil mereka."     

Sembari Bu Meguro memperkenalkan para maid, keenam pelayan perempuan itu membungkuk ojigi dalam-dalam ke Reiko sembari kedua tangan ditangkupkan di depan sebagai sikap formal seorang pelayan.     

Namun, Reiko mengagetkan mereka dengan balasannya, yaitu menggenggam tangan mereka masing-masing dan menyebut nama mereka satu persatu sekaligus menghafal. Ini memang cukup mengejutkan para maid. Baru kali ini mereka menemui majikan seramah Reiko. Apalagi dia seorang idol!     

"Oh ya, mana Ryuu?" tanya Reiko ke Bu Meguro.     

"Tuan sedang bersama dengan Pak Itachi di ruang kerjanya. Pak Itachi baru saja datang tepat sebelum Nyonya." Bu Meguro menjawab.     

Sementara itu, di ruang kerja Nathan Ryuu, Itachi berkata "Tuan, Darumo Group menyatakan tidak ingin bekerja sama lagi dengan kita." Itachi sudah berdiri di depan sang bos. "Tidak hanya itu saja, Tuan Mihashi Takahiko juga memutuskan kerjasamanya dengan SortBank."     

Tatapan Nathan Ryuu menjadi dingin. "Rupanya dia sudah bergerak secepat ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.