Inevitable Fate [Indonesia]

Bertemu Sahabat



Bertemu Sahabat

0"Ayo, Ryuu, lekaslah!" Reiko tak sabar sambil melihat ke arah suaminya di belakang yang masih melangkah keluar dari mobil.     
0

"Iya, sayank, bersabarlah. Mereka tidak akan kemana-mana karena sudah membuat janji dengan kita." Nathan Ryuu berjalan menyusul istrinya yang terlihat tak sabar.     

Akhirnya, kedua orang itu pun berjalan bergandengan tangan, masuk ke sebuah kamar hotel bintang 5. Apakah mereka hendak bersenang-senang di sana? Ganti suasana, mungkin?     

Namun, ketika tiba di depan pintu sebuah kamar suite mahal, tangan Reiko malah terulur untuk membunyikan bel pintu. Jadi, mereka adalah tamu?     

Ketika pintu dibuka, muncul sosok yang langsung dipeluk Reiko.     

"Runa-chan … aku sungguh merindukanmu. Aku mencemaskanmu." Ia menumpahkan semua perasaannya ke sosok di depannya yang memang adalah Runa.     

Malam itu, Reiko bersedia bertemu Runa. Namun, dia tetap mengajak Nathan Ryuu karena sang suami memang memaksa dirinya ikut untuk mengantisipasi apapun nantinya.     

Sebelum ini, Runa menghubungi Reiko untuk bicara tapi Reiko tak puas dan mengajak bertemu begitu mengetahui bahwa Runa berada di Jepang. Reiko tidak menyia-nyiakan kesempatan dan mendesak agar mereka bisa bertemu malam ini juga.     

Runa mengangguk setuju dan menyerahkan alamat hotel tempat dia dan Zaidan Al Faiz menginap. Tentu saja ini sangat menggembirakan bagi pria Timur Tengah tersebut yang memang ingin mengenal lebih lanjut seperti apa sahabat Runa.     

"Rei-chan … aku … aku juga merindukanmu." Runa berjuang mengeluarkan senyumnya disertai ucapan pemanis bibir. Ia melirik sekejap ke Nathan Ryuu dan teringat akan kejadian memalukan beberapa waktu lalu antara mereka berdua. "Ahh, ayo masuk ke dalam," ajaknya setelah menyingkirkan rasa malunya.     

Dari sikap Reiko padanya, Runa yakin Nathan Ryuu tidak menceritakan perbuatan dia saat itu di penthouse.     

Runa memimpin jalan, membawa Reiko dan Nathan Ryuu untuk masuk ke ruang bersantai suite. Di sana sudah duduk Zaidan Al Faiz dengan penuh jumawa, kaki diangkat lebar ke paha satunya dan dua lengan direntangkan pada sandaran kepala.     

"Ahh, rupanya Tuan Onodera!" Zaidan Al Faiz segera berdiri dan tersenyum lebar menyambut tamunya. Tak lupa dia mengulurkan tangan ke Nathan Ryuu.     

Tangan itu mau tak mau disambut oleh Nathan Ryuu dibarengi senyum diplomatisnya. "Halo, selamat malam, Tuan Al Faiz." Onodera muda menjabat singkat tangan Zaidan Al Faiz.     

"Ahh, ini pasti istri Anda, sahabat dari Runa, benar?" Mata Zaidan Al Faiz beralih ke Reiko. Senyumnya melebar dengan kerlingan mata seakan menelanjangi Reiko dari atas hingga bawah. Tangannya kembali diulurkan.     

Bingung apakah dia memang harus menerima uluran tangan itu karena tidak terbiasa berjabat tangan dalam budaya Jepang, Reiko melirik suaminya dan kemudian menyambut tangan itu dan tidak berlama-lama menjabatnya "Saya Reiko, senang berkenalan dengan Anda." Dia menggunakan bahasa Inggris karena Zaidan Al Faiz tidak fasih berbahasa Jepang.     

"Nyonya Onodera sungguh cantik rupawan! Suatu kehormatan bisa mengenal Anda, Nyonya." Zaidan Al Faiz mengulum senyumnya usai bicara dengan kerlingan penuh arti ke Reiko.     

Seketika, bulu kuduk Reiko meremang, dia segera menyatakan dirinya tak menyukai lelaki di depannya ini, entah sebagai kenalan ataupun teman. Ia bertanya-tanya dalam hati, kenapa Runa sampai memilih lelaki ini ketimbang Zuko? Apanya yang dilihat sang sahabat dari lelaki berpandangan nakal ini?     

Sepertinya Runa tak tahan jika menyaksikan lelakinya malah sibuk menatap wanita lain meski itu adalah Reiko. Baginya, Reiko sudah merebut perhatian beberapa lelaki darinya, kali ini tak boleh!     

Maka dari itu, Runa segera memberi usulan, "Um, bagaimana jika aku dan Rei-chan mengobrol berdua saja di teras balkon? Um, kami … kami … um, pastinya banyak yang harus kami bicarakan empat mata." Ia menatap ragu-ragu ke Zaidan Al Faiz.     

"Ahh, itu ide bagus." Nathan Ryuu menyahut cepat. "Rei memang sedari tadi ngotot ingin lekas menemuimu. Kalian pasti butuh privasi untuk melakukan girl's talk, ya kan?" Onodera Ryuzaki tersenyum.     

Setelahnya, karena sudah disepakati semua orang, Runa pun mengajak Reiko pergi ke balkon dekat ruang tersebut. Tak lupa dia menutup pintu balkon agar pembicaraan mereka tidak perlu terdengar oleh para lelaki di ruang santai.     

Sementara dua lelaki mengobrol sendiri di ruang santai, Runa dan Reiko sudah ada di ruang semi terbuka.     

"Ru-chan, aku sangat terkejut mendengar putusnya kau dan Zuko-san. Ru-chan, apa yang terjadi? Apa yang terjadi antara kalian?" Reiko lekas saja menyodorkan pertanyaan yang sudah dia tahan dari pertama dia mendengar kabar putusnya Runa dan Zuko.     

Runa tahu dia pasti akan ditanya seperti itu oleh Reiko ketika bertemu. Maka, dia menjawab, "Aku merasa sudah tidak cocok dengan Zuko. Kami sudah saling berbeda."     

"Berbeda? Apakah kalian sering bertengkar?" kejar Reiko. Di hatinya, dia sangat menyayangkan berakhirnya hubungan Runa dan Zuko yang menurutnya manis.     

Didesak seperti itu, Runa kehabisan alasan. Apakah akan terlihat layak jika dia menyatakan bahwa dia tak tahan hidup biasa-biasa saja bersama Zuko? "Tsk, Rei-chan … bisakah tidak membahas hal itu lagi? Aku sudah ingin melupakannya." Ia memilih untuk menghindar secara terang-terangan saja ketimbang menjawab ataupun mencari alasan berikutnya. Pangkal hidung dipijat dua jari seakan Runa benar-benar pusing menghadapi pertanyaan Reiko.     

"Kau sungguh memilih lelaki tadi?" Reiko hanya ingin yang terbaik untuk sahabatnya, meski itu mungkin bukan terbaik di pikiran Runa. "Aku lihat dia sepertinya bukan lelaki baik, Ru-chan. Kau harus mempertimbangkan ulang keputusanmu. Kurasa kau lebih baik tetap di Jepang, Ru-chan. Ini adalah tempatmu dan—"     

"Kenapa kau terus merongrong aku dengan kemauanmu sendiri?" potong Runa menggunakan nada suara naik.     

Ini sempat mengejutkan bagi Reiko. Belum pernah Runa berbicara dengan nada demikian padanya. "Ru-chan? Aku … aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Aku … aku mencemaskanmu."     

"Tak perlu mencemaskanku! Kenapa kau seperti menghalangi ketika aku ingin bahagia? Apakah aku tak boleh hidup senang seperti halnya kau? Apakah hanya kau saja yang berhak bahagia dan makmur? Apa aku harus terus mendongak saat melihatmu semakin tinggi dan tinggi?"     

"Ru…Ru-chan …."     

"Dengan siapa aku bersanding, itu adalah pilihanku, bukan kau. Kau hanya sahabatku, bukan ibuku, jadi berhenti mengatur-atur aku seakan aku ini kacungmu! Atau … apakah sejak dulu aku hanya kau pandang sebagai kacung, yang selalu berada di sampingmu dan menjadi tokoh kedua terus?"     

"Ru-chan, aku tidak … ya ampun, kenapa kau begitu salah paham?"     

"Kau sudah merebut banyak hal dariku dan aku hanya diam saja."     

"Aku? Merebut banyak hal darimu, Ru-chan?"     

"Ya! Kau merebut Kazuto, Izuma, Yuza, Shingo, dan bahkan kau juga hendak merebut Zaidan! Yah, meski hanya merebut perhatian, tapi tetap saja itu menyakitkan bagiku!"     

Reiko terdiam untuk mencerna ucapan Runa. Yang dia ketahui, 2 nama awal yang disebut Runa merupakan teman masa SMA mereka. Menyadari itu, mata Reiko melebar dengan mulut ternganga. "Astaga, Ru-chan … kau menyukai mereka?"     

"Ya, tertawalah sekeras kau bisa, Rei."     

"Ya ampun, Ru-chan, aku mana tahu kau sebenarnya menyukai mereka. Lagipula, dulu aku tidak pernah menggubris mereka pula! Lalu Yuza-kun … astaga Ru-chan … aku minta maaf jika tak mengetahui mengenai itu. Dan Shingo-san … sungguh, Ru-chan, aku tidak menerima cinta dia. Aku bahkan berharap kalian bisa menjadi sepasang kekasih." Reiko terus menggelengkan kepala perlahan tanda dia menyesal karena kurang peka akan perasaan Runa terhadap para lelaki itu.     

"Nah, sekarang ketika ada lelaki yang menyirami aku dengan banyak hal yang membuatku bahagia, kenapa kau ingin merenggutnya dariku?"     

"Ru-chan, aku … aku hanya ingin kau mendapatkan lelaki yang baik. Dan aku tidak melihat itu di orang tadi."     

"Sudahlah! Tak usah lagi perdulikan diriku. Lebih baik kita berjalan dengan jalan kita masing-masing saja! Kau dan aku sudah tidak cocok. Kau sudah tinggi dan terkenal, sedangkan aku … apa aku ini? Hanya teman yang mudah kau abaikan karena kesibukanmu menjadi selebritis!" sengit Runa, baik itu secara nada suara maupun tatapan mata.     

Mata Reiko mulai basah. Tidak pernah ada dalam bayangannya dia akan mengalami hal begini dengan Runa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.