Inevitable Fate [Indonesia]

Healing Dari Itachi



Healing Dari Itachi

0Itachi bersama Akeno datang ke rumah Zuko dan membuat Zuko terheran-heran bagaimana Itachi tahu bahwa dia ada di balik pintu.     
0

Namun, Zuko tidak diberi banyak waktu untuk berpikir karena Itachi sudah memberikan ancaman akan mendobrak pintu jika Zuko tidak lekas membukakannya.     

Sedikit enggan dan takut, Zuko pun membuka pintu dan melihat sejoli di depannya, mulutnya cemberut seakan kedua orang itu sedang meledeknya yang sedang patah hati. "Untuk apa kalian ke sini? Jangan membuat mataku pedih."     

Itachi memutar bola matanya. Lalu dia menoleh ke Akeno dan menyodorkan kunci mobilnya, "Pulanglah dulu ke apato. Aku akan menemani si cengeng ini dulu malam ini."     

Akeno mengangguk dan menerima kunci mobil dan melangkah ke mobil Itachi di depan pagar rumah.     

Zuko melongo melihat adegan itu. Begitu mudahnya Itachi memberikan perintah kepada Akeno dan wanita itu langsung patuh begitu saja tanpa berbicara apapun. Ahh, andaikan Runa juga sepatuh itu padanya. Ahh, kenapa hatinya terasa makin pedih?     

"Ganti bajumu sekarang juga, Zuko." Itachi tak ingin memberi kesempatan pada Zuko untuk berlama-lama termangu.     

"Hah? Ganti baju? Untuk apa?" Zuko masih belum paham kemauan Itachi.     

"Lekas ganti bajumu, jangan tanya. Dan setelah itu, keluarkan mobilmu." Itachi mendikte.     

Entah apakah Itachi memiliki jutsu ninja hebat, Zuko tak membantah dan kembali ke dalam untuk melakukan semua yang disuruh. Benar-benar Itachi adalah pria penuh kharisma yang ucapannya susah ditolak oleh orang seperti Zuko.     

Kembali ke hadapan Itachi, Zuko sudah memakai setelan jasnya.     

Itachi berdecak, "Ganti yang lebih trendi. Atau aku perlu mengaduk sendiri lemarimu?"     

Barulah Zuko sadar bahwa saat ini Itachi tidak memakai setelan jas melainkan atasan kemeja dengan potongan asimetris yang terlihat keren dengan corak garis-garis yang pas tidak berlebihan. Celananya pun jins plus sepatu ankle boot. Gaya sekali Itachi saat ini.     

"Itu …." Zuko melongo, tak tahu sejak kapan selera berbusana Itachi bisa seperti tuan muda kaya yang trendi begitu.     

"Butuh aku yang turun tangan?"     

"Ti-Tidak usah! Aku … aku akan cari sendiri!"     

Zuko berlari ke kamarnya lagi dan mulai mengaduk baju di lemarinya, mencari yang sekiranya bisa seimbang dengan Itachi. Tentunya dia tak mau kalah, ya kan?"     

Tak sampai 15 menit, Zuko sudah kembali dengan dandanan yang lebih kasual trendi meski masih kalah oleh aura Itachi. "Begini cukup, kan?"     

Itachi menelusuri Zuko dari atas sampai bawah menggunakan matanya dan kemudian mengangguk sekali sembari berkata, "Hm, tidak buruk, meski masih di bawahku."     

Ganti Zuko yang memutar bola matanya. "Ya, ya, ya, aku tahu itu, Itachi-san!"     

"Keluarkan mobilmu."     

"Ya, ya … tunggu sebentar."     

Dalam kurun waktu satu jam berikutnya, kedua pria ini sudah berada di sebuah kelab malam yang cukup ternama di Tokyo.     

"Untuk apa kita ke sini, Itachi-san?"     

"Menjualmu."     

"Me-Menjualku?" Mata Zuko melebar. Bisa-bisanya Itachi mengucapkan itu dengan wajah datar!     

"Kita duduk dulu di sana." Itachi menunjuk ke arah meja bar yang masih menyisakan beberapa kursi. "Tapi sebelum itu …." Itachi meraih kancing kemeja Zuko dan membuka dua lagi kancing paling atas.     

"Ehh?" Zuko tak paham kenapa Itachi melakukan itu. Kini kemejanya sudah terurai 3 kancing teratasnya.     

Setelah itu, keduanya duduk di tengah deretan kursi meja bar sambil mata mereka berkeliling di sekitar. Suasana malam ini cukup ramai. Ada banyak orang dengan baju-baju keren berseliweran di dekat mereka.     

Mata Zuko sesekali mengikuti gadis muda yang lewat tapi kemudian dia murung kembali. Dia belum bisa mengenyahkan bayangan Runa di kepalanya.     

"Arahkan pandanganmu ke sana." Itachi menunjuk ke sebuah arah.     

Ketika Zuko menoleh sesuai arah yang ditunjuk Itachi, ada meja berisi 4 wanita muda dan mereka semua sedang memandang ke 2 pria itu.     

"Angkat gelasmu ke mereka." Itachi mengangkat gelas kristal di tangannya ke arah para wanita itu.     

Meski bingung, Zuko patuh dan ikut mengangkat gelasnya juga ke arah 4 wanita itu.     

"Berikan tatapan penuh maknamu ke mereka." Itachi memberikan komando sembari tetap menoleh ke arah para wanita itu.     

Zuko melihat Itachi dan dia mengamati cara Itachi memberikan tatapan pada 4 wanita itu. Kemudian, dia pun tak mau kalah dan mencoba meniru tindakan Itachi, meski tak yakin apakah sama. Apa salahnya dicoba, yang penting lempar dulu.     

Terlihat keempat wanita itu cekikikan sambil berbisik ke kawannya sambil mata mereka tetap lekat tertuju pada Itachi dan Zuko. Bahkan ada 1 wanita yang matanya lekat memandang disertai senyum nakal.     

"Ayo kita ke sana." Itachi mengkomando lagi.     

"Hee? Ke sana?" Zuko bingung tapi tetap mengikuti Itachi yang mulai beranjak dari kursi dan berjalan membawa gelasnya ke meja para wanita itu.     

Hanya dalam waktu singkat, Itachi sudah bisa menjadi bintang terang di antara keempat wanita tersebut. Zuko masih kaku dan tak tahu harus melakukan apa.     

Tapi, Itachi terus mendorong Zuko untuk berinteraksi dengan 4 wanita itu sembari memberikan umpan agar Zuko bisa terus berbincang dengan keempatnya.     

Hingga akhirnya Zuko pun benar-benar bisa melebur dengan obrolan keempat wanita itu. Dan perlahan, Itachi menarik diri dari mereka dan menjauh, meninggalkan Zuko yang masih asyik bercengkerama dengan mereka.     

Ketika sadar, Zuko celingukan mencari Itachi. "Ehh, mana temanku?"     

"Ohh, dia tadi pamit hendak ke kamar kecil." Salah satu wanita berkata.     

Zuko pun meneruskan obrolannya dengan keempat wanita tersebut. Beruntung dia merupakan orang yang mudah bergaul dan gampang mencari topik pembicaraan karena kecerewetannya, sehingga tak canggung lagi berinteraksi dengan para wanita itu.     

Hingga menunggu sampai 1 jam lebih, Zuko tidak mendapati Itachi kembali ke meja itu. Terpaksa ia pun menghubungi ponsel Itachi setelah menjauh sebentar dari hingar-bingar.     

"Itachi-san, kau di mana?"     

"Tetap temani saja mereka, Zuko, aku masih di kelab, hanya kau takkan tahu aku di mana. Nanti kalau kau sudah puas mengobrol dengan mereka, kau bisa hubungi aku. Atau misalkan kau ingin mengajak mereka bermalam, tak apa, katakan saja nanti akan aku atur untukmu."     

"Hah?" Zuko tercengang. Apakah dia benar-benar sedang dijual oleh Itachi? Menutup teleponnya, Zuko mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak menemukan Itachi. Tapi mungkin karena suasana yang hingar-bingar dan sedikit remang membuat Zuko susah mengenali orang.     

Akhirnya, Zuko pun kembali ke meja tersebut.     

Dalam waktu setengah jam berikutnya, ternyata ada 2 wanita yang terlihat berhasrat pada Zuko dan tidak ragu menunjukkannya melalui sikap.     

Sesuai dengan kata Itachi tadi, ia segera menghubungi Itachi.     

"Aku sudah sediakan kamar hotel untuk kalian. Silahkan bersenang-senang di sana. Aku akan kirimkan alamatnya dan kau bisa langsung mengambil kunci di sana."     

"La-Lalu mobilku?"     

"Tentu saja aku membawa pulang mobilmu!"     

"A-Aku? Bagaimana denganku?"     

"Aku sudah siapkan mobil untukmu. Sebentar lagi seseorang akan datang memberikan kuncinya padamu."     

Lalu telepon terputus begitu saja. Zuko melongo. Itachi tadi berkata apa? Mobil apa?     

"Permisi, apakah Anda Tuan Zuko?" Mendadak ada lelaki membungkuk ke Zuko.     

"I-Iya, saya Zuko."     

"Saya mendapatkan perintah dari Tuan Itachi untuk menyerahkan ini." Lelaki itu menyodorkan kunci mobil ke Zuko. Ternyata Itachi benar-benar merealisasikan ucapannya.     

Menerima kunci dengan wajah bingung, Zuko pun bertanya, "Mobilnya yang mana? Merk apa?"     

"Anda nanti bisa menunjukkan kartu ini ke petugas parkir dan Anda bisa serahkan kunci ke dia agar dia membawa mobil ke depan Anda." Lalu lelaki itu pergi dari hadapan Zuko setelah menyerahkan kunci dan kartu khusus.     

Ketika Zuko membawa 2 wanita tadi keluar kelab dan melakukan seperti yang dikatakan lelaki asing tadi, ternyata petugas parkir kelab benar-benar membawa sebuah mobil mahal keluaran terbaru dan berhenti di dekat Zuko. Ini tidak bercanda, kan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.