Inevitable Fate [Indonesia]

Dia Bagian Dari Kita Sejak Lama



Dia Bagian Dari Kita Sejak Lama

0Zuko tak menyangka Itachi mengatur banyak hal untuknya untuk malam ini. Dari kelab malam, mobil keren untuk dibawa dan akhirnya kamar di hotel berbintang 5.     
0

Mata kedua wanita yang bersama Zuko berbinar ketika melihat mobil mahal yang berhenti di sebelah Zuko, apalagi ketika petugas parkirnya menyodorkan kunci mobil ke pria lugu itu sembari membungkuk hormat.     

Terlebih ketika dua wanita itu dibawa ke hotel bintang 5, sudah bisa dipastikan mereka gembira dan tertawa kecil sambil mengelus tubuh Zuko. Tatapan mata mereka memuja seakan mengira Zuko adalah tuan muda kaya.     

Sementara di dalam kamar hotel sedang terjadi pergumulan antara 3 orang, sebuah mobil sedang berhenti diam di depan gedung hotel tersebut. Ada pria dan wanita di dalam mobil sambil menatap ke hotel yang berdiri gagah.     

"Aku tak mengira kau benar-benar akan mengatur semua ini untuk Zuko, Itachi."     

"Hanya sebuah pengaturan mudah, tak perlu dibicarakan."     

Mereka memang Itachi dan Akeno.     

"Tapi kau sampai menukar-tambah mobil lama Zuko dengan mobil baru yang lebih mentereng, itu sungguh perbuatan muliamu, Itachi."     

"Sepertinya aku mendengar nada ejekan darimu, Akeno."     

"Ough … mana mungkin aku berani mengejekmu, hi hi … aku hanya terpesona dengan perbuatan hebatmu. Membawa mobil lama Zuko ke dealer dan langsung membeli kontan yang baru."     

"Sudah, tak usah dibicarakan."     

"Tapi aku sedikit tak rela kau beramah-tamah dengan para wanita itu. Sayank, kau tidak sampai menyentuh mereka, kan? Mereka juga tidak menyentuhmu, kan?" Nada Akeno berubah manja sembari jemari lentiknya mengusap dada Itachi.     

"Apa kau pikir aku sempat begitu?" Alis Itachi bertaut.     

Akeno terkekeh manja dan kembali ke posisi semula, dua tangannya erat menggenggam kemudi. "Itachi, kau benar-benar sangat dermawan. Tak kukira orang yang sedingin es begini bisa melakukan kebajikan untuk teman tersayang."     

Itachi di sampingnya melirik sejenak ke Akeno dan menjawab, "Sepertinya ada yang mengharapkan hukuman, hm?"     

"Ehh? Tidak! Aku sama sekali tidak menginginkan—aarghh! Itachi!" Akeno memekik ketika tangan Itachi menyusup masuk ke dalam rok pendeknya.     

"Jalan."     

"Ti-Tidak mau!"     

"Jalan atau aku bisa lebih kejam padamu."     

"U-Unnghh … kau begini pun … mmhh … sudah kejam, Itachi …." Akeno terpaksa menjalankan mobil meski tangan Itachi belum juga keluar dari rok mininya.     

Maka, Akeno harus membagi konsentrasinya ke dua hal. Depan dan bawah. Ia mengerang protes, "Erngghh … Itachi, ini tidak adil! Aku bisa-bisa menabrak sesuatu … mgghh …."     

"Siapa juga yang berani memakai rok mini begini dan meledekku? Jelas-jelas kau sengaja melakukannya agar aku melakukan ini, ya kan?"     

"Ti-Tidak …."     

"Berhenti berdusta. Aku sudah terlalu paham metode nakalmu, tsk! Dasar kucing betina nakal …."     

"Hei! Aku bukan kucing—haangghh … berhenti, Itachi atau aku bisa … bisa …."     

"Kenapa kau saja yang tidak berhenti, hm?"     

Akeno melongo mendengar ucapan Itachi. Lelaki satu ini memang susah ditandingi jika mengenai debat dan adu ketajaman lidah.     

Bertahan dengan hasratnya yang mulai terbit, Akeno memacu mobil ke arah pinggiran kota yang sepi dan menghentikan mobil sebelum dia melandaikan kursinya dan membuka kakinya lebar-lebar. "Aku tak mau tahu, pokoknya harus tuntas." Ia memegangi tangan Itachi yang hendak ditarik empunya.     

"Pfftt! Kau pemaksa sekali, hm? Apa sudah tak tahu malu? Berhenti di tempat sepi dan membuka kaki lebar-lebar untuk lelaki?"     

"Biar saja! Toh lelaki itu adalah orang yang aku cintai dan kuharap dia mencintaiku!" Akeno cemberut, menggembungkan pipinya.     

"Bagaimana kalau tidak?"     

"Kalau dia tidak mencintaiku, maka akan aku potong kemaluannya dan aku makan agar tidak bisa dimiliki wanita lain!" Ia menatap kesal ke Itachi.     

Itachi hendak tertawa namun masih bisa mempertahankan wajah datarnya. "Sepertinya lelaki itu tak punya pilihan selain berkata iya saja agar masa depannya tetap selamat dan sentosa."     

"Pokoknya kau harus bertanggung jawab sampai tuntas!"     

"Tsk! Memangnya kapan aku tidak pernah bertanggung jawab, hm?"     

Maka, malam itu biarkan ada lagi mobil yang berguncang pelan di tengah gelapnya suasana. Mungkin setelah ini mereka akan menaruh 'bercinta di mobil' sebagai jadwal rutin di skedul mingguan mereka.     

-0—00—0-     

"Benarkah kau membelikan mobil baru untuk Zuko?" tanya Nathan Ryuu saat dia mengundang Itachi ke penthouse.     

Sebenarnya, Itachi lumayan terkejut karena tindakannya diketahui oleh sang bos. Namun, jika mengingat seberapa tinggi kemampuan divisi intelijen sang bos, rasanya dia tak perlu terkejut lagi. "Benar, Tuan."     

"Fu fu fu … sepertinya aku keduluan kau, Itachi."     

"Maaf, Tuan, bukan maksudku untuk mendahului Tuan atau semacam itu." Itachi lekas melakukan ojigi agar bosnya tidak salah paham.     

Nampaknya, Nathan Ryuu sedang baik-baik saja dan tidak menunjukkan roman emosinya. Dia malah menyamankan duduknya, menaikkan satu kaki ke paha lainnya sambil dua tangan direntang lebar ke sandaran kepala sofa. "Apa yang kau pikirkan mengenai mobil baru itu? Kenapa kau membelikannya hal seperti itu?"     

"Saya hanya berpikir, karena Zuko masih juga tidak melupakan Runa, maka salah satu yang bisa saya lakukan adalah mengganti mobil lamanya dengan yang baru, dengan arti, agar kenangan di mobil lama bisa dibuang," jelas Itachi cukup detil.     

"Ohh, sungguh pemikiran yang visioner, Itachi. Aku kagum akan itu. Ya, ya, kau benar. Pastinya jika Zuko masih dengan mobil lamanya, dia akan teringat terus dengan kenangan dia akan Runa di mobil tersebut." Nathan Ryuu manggut-manggut.     

"Benar, Tuan."     

"Dan … yang aku dengar juga dari kicauan burung kecil … bahwa kau pun sempat membayar jasa perempuan untuk menghibur Zuko?"     

"Itu …." Itachi merasa lidahnya membeku.     

"Ha ha ha … kadang aku tak bisa menduga pemikiranmu yang bisa diluar jangkauanku, Itachi."     

"Maafkan saya, Tuan." Sekali lagi, Itachi membungkuk ojigi dalam-dalam.     

"Tak apa, meski cara itu tergolong remeh dan gila, tapi jika cukup ampuh untuk menaikkan kepercayaan diri Zuko, aku kira tak masalah."     

"Ya, Tuan."     

"Karena kau tahu sendiri, Zuko sedang membutuhkan support system dari lingkungan sekitarnya. Dia sudah menjadi bagian dari kita sejak lama, rasanya kalau kita tidak melakukan apa-apa, itu terlalu egois, kan?"     

"Ya, Tuan."     

"Ya sudah, kau bisa kembali ke kantor."     

"Baik, Tuan, terima kasih, permisi." Itachi pun mundur dari sana.     

Seperginya Itachi dari penthouse, Nathan Ryuu menelepon Zuko. "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Zuko. Kemarilah sekarang."     

"Ba-Baik, Bos!" Terdengar suara bersemangat Zuko. Dia sudah lebih ceria beberapa hari ini. Selain mendapatkan mobil baru yang keren, dia juga berulang kali tidur ditemani perempuan-perempuan cantik. Bayang-bayang Runa mulai terkikis pelan demi perlahan.     

Ketika Zuko tiba di hadapan Nathan Ryuu, si bos duduk jumawa layaknya big boss. "Ya, Bos? Apakah ada yang perlu kulakukan?"     

"Zuko, apato aku di daerah Omotesando, tolong rawat itu." Nathan Ryuu berkata santai.     

Zuko mengerjap-kerjapkan mata, sedikit bingung akan perkataan tuannya.     

"Ini kuncinya, lekaslah bawa semua barangmu ke sana dan lakukan seperti yang kukatakan tadi." Nathan Ryuu menyodorkan sebuah kartu kunci ke Zuko.     

Lelaki itu menerima kartu kunci dengan pandangan masih bingung. Tapi karena tak mau membuat kesal sang bos, ia pun mengangguk dan pergi setelah diminta pergi.     

Di tengah perjalanan menuju rumahnya, Zuko menelepon Itachi. "Ne, Itachi-san … aku sedikit bingung dengan ucapan bos."     

"Hm. Apa?"     

"Bos baru saja memberiku kunci apato mewah dia di Omotesando dan berkata bahwa aku bertugas untuk merawat apato itu dan harus lekas memindahkan barang-barangku ke sana. Itachi-san, apa maksudnya?"     

"Tsk, kebodohanmu sungguh membuatku kagum."     

"Hei, jangan mulai merundungku begitu, Itachi-san. Aku benar-benar bingung mengartikan ucapan bos."     

"Itu artinya kau diberi wewenang oleh Tuan untuk menempati apato itu." Lalu, sambungan diputus sepihak oleh Itachi.     

"Hah? Ehh? Apa? Menempati apato mewah bos? Halo? Itachi? Itachi-san?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.