Inevitable Fate [Indonesia]

Reiko Ingin Tahu Semuanya



Reiko Ingin Tahu Semuanya

0"Ryuu, benarkah? Benarkah Runa-chan pergi dari Jepang?" Reiko lekas saja berlari disertai wajah panik memasuki penthouse.     
0

Nathan Ryuu menoleh ke samping dan menjumpai sang istri yang terburu-buru ke arahnya. Senyumnya segera terbit mengurai jelas ketampanannya. "Sayank, kukira kau tak pulang seperti kemarin." Ia lekas menangkap tubuh Reiko yang menerjang.     

"Aku punya waktu cuma sampai malam ini saja, dan aku benar-benar syok ketika menerima kabar dari Akeno. Ponselku aku matikan sejak kemarin. Ryuu, benarkan Runa-chan pergi? Aku tak bisa menghubungi dia sejak tadi! Ryuu, jelaskan padaku, ada apa?" Reiko membombandir suaminya dengan rentetan pertanyaan.     

Hal itu terlihat lucu dan menggemaskan di mata suaminya. Kenapa gadis dewasa seperti Reiko masih saja terlihat imut ketika sedang panik dan cemas seperti itu? Nathan Ryuu rasanya ingin segera menggotongnya ke kamar tidur.     

Namun, alih-alih melakukan keinginannya, Nathan Ryuu pun mengajak sang istri ke sofa ruang tengah dulu agar bisa tenang. "Sayank, aku ambilkan minum dulu, oke? Lihat, peluhmu sampai bermunculan. Apa kau berlari dari mobilmu sampai lift?"     

"Tidak usah, Ryuu. Aku ingin dengar secepatnya berita mengenai Runa-chan. Ryuu, kumohon jangan menunda lagi." Mata bulat Reiko memandang memohon pada suaminya.     

Di hadapan mata indah yang berbinar seperti bintang, bagaimana mungkin Nathan Ryuu tidak ingin segera mencurahkan segenap kasih sayangnya? "Baiklah, baiklah, aku akan jelaskan sepengetahuanku, oke?"     

Kepala Reiko manggut-manggut cepat bagai ayam mematuk makanan.     

"Ya, sahabatmu itu memang pergi dari Jepang. Dia mengikuti lelaki dari Abu Dhabi dan memutuskan pertunangannya dengan Zuko." Dari tekanan suaranya di bagian akhir, sepertinya Nathan Ryuu memendam kemarahan. Meski Zuko terkadang clueless, tapi Nathan Ryuu menghargainya melebihi pegawai lainnya, meski Itachi tetap yang pertama di atas Zuko.     

Intinya, Nathan Ryuu sangat kecewa pada Runa.     

"Dia … dia mengikuti lelaki … Abu Dhabi? Kenapa bisa begitu? Ryuu, apa itu artinya dia … dia sudah tidak bekerja lagi untukmu? Apakah dia akan kembali ke Jepang? Apa dia memberitahu kamu alamat dia di Abu Dhabi?" Lagi-lagi Reiko memberi suaminya rentetan pertanyaan dengan wajah penuh antusias ingin segera mendengar jawabannya.     

Gemas melihat wajah penuh tanya sang istri, Nathan Ryuu tersenyum sembari tangannya mencubit lembut ujung hidung Reiko. "Aku tidak mengetahui apapun mengenai yang kau tanyakan itu, sayank. Bahkan dia saja tidak pamit padaku, hanya menyerahkan surat pengunduran diri dan pergi seketika."     

Benar-benar ada binar kecewa di mata Nathan Ryuu ketika dia membicarakan mengenai Runa yang tidak berpamitan padanya. Dia seakan dilangkahi. Dia seakan tidak dihargai sebagai pemimpin perusahaan, terlebih sebagai suami dari sahabatnya sendiri.     

"Ryuu, lalu … lalu bagaimana cara aku agar bisa menghubungi Runa-chan? Aku cemas, Ryuu. Ada perasaan di hatiku yang mengatakan aku harus mencari Runa-chan dan membawa dia kembali ke Jepang." Reiko menatap penuh harap ke suaminya, siapa tahu Nathan Ryuu yang biasanya penuh kuasa dan serba bisa akan mencari cara agar dia bisa menemukan Runa.     

"Hm … sayank, untuk saat ini, aku tidak bisa berbuat banyak mengenai itu. Aku minta maaf. Mungkin nanti." Hanya ini yang bisa Nathan Ryuu janjikan pada istrinya meski sebenarnya dia sangat enggan untuk melakukan pencarian ke Runa. Untuk apa? Untuk apa mengurus lebih jauh perempuan yang berbuat seenaknya begitu?     

Padahal, jikalau Nathan Ryuu mau, dia pasti langsung mendapatkan informasi segalanya mengenai keberadaan Runa dan Zaidan Al Faiz detik ini juga. Namun … dia terlalu enggan melakukan itu.     

Tubuh Reiko merosot di sofa, terlihat putus asa. "Lalu apa yang harus aku lakukan, yah Ryuu? Aku merasa aku bukan sahabat yang baik untuk Runa-chan. Aku seperti gagal jadi seorang sahabat." Wajahnya berangsur murung ketika memikirkan Runa.     

"Sayank, tak perlu bersedih begitu." Nathan Ryuu menjangkau tubuh istrinya untuk dipeluk dari samping. Ia berkata, "Lebih baik sekarang kau fokus dulu dengan pekerjaanmu, fokus dengan Synthesa. Kalian masih punya banyak jadwal promo dan manggung, kan?"     

Nathan Ryuu berharap Reiko melupakan saja keinginan mencari Runa. Maka dari itu, dia membelokkan topik ke Synthesa.     

Reiko mengangguk dan menjawab, "Umh! Memang masih akan ada banyak promo dan juga jadwal show di berbagai tempat. Aku juga akan sangat jarang kembali ke rumah. Ryuu, aku sungguh minta maaf mengenai ini. Tapi aku berjanji akan benar-benar menyempatkan waktu kapanpun manajer membolehkan kami rehat sejenak."     

Menatap istrinya dengan pandangan penuh kasih, tangan Nathan Ryuu membelai rambut kemilau Reiko sambil berkata, "Aku tidak masalah menunggumu kapanpun juga, sayank. Yang penting, kau jaga diri dan jaga kondisimu di sana. Dan … jaga selalu cintamu kepadaku." Lalu dia mengambil dagu Reiko agar bisa mengecup lembut bibir halus sang istri.     

"Mmhh … Ryuu … kamu memang yang terbaik." Reiko memejamkan mata.     

"Apakah kau sudah siap untuk dimanjakan?" bisik Nathan Ryuu di telinga istrinya.     

Mata Reiko membuka lebar seketika. "Ryuu, astaga kau ini …." Pipinya memiliki semburat merah muda saat mendengar kalimat nakal sang suami. Meski begitu, dia pasrah saja dan tersenyum ketika dibopong menuju kamar tidur.     

Reiko paham akan hasrat lelaki suaminya. Memang, cinta tak melulu mengenai urusan ranjang, namun Reiko sudah mulai memaklumi bahwa lelaki sungguh butuh pelayanan khusus di ranjang oleh pasangannya agar bara cinta mereka bisa terus terjaga disamping juga menjaga melalui tingkah masing-masing.     

Karena itu, Reiko tidak perlu menolak saban dia digiring ke tempat tidur setiap baru pulang dari padatnya jadwal. Toh, apa salahnya menyenangkan suami sendiri setelah ditinggal berhari-hari.     

Di tempat lain, ada lelaki yang sedang terpuruk di sudut kamarnya. Dia masih menangis sambil memeluk pakaian mantan tunangannya yang masih tertinggal di rumahnya.     

Benar, itu Zuko. Dia masih saja berduka hingga hari ini. Padahal sudah berapa hari semenjak Runa meninggalkannya, dan dia masih bisa menangisi gadis itu setiap malam.     

"Runa-chan … hu hu huuu … Runa-chan … kenapa kau pergi, hu hu huuu …." Air mata Zuko membuat pakaian Runa basah kuyup.     

Tiba-tiba, terdengar dengung di dekatnya, itu adalah suara getar dari ponselnya di atas meja nakas. Zuko lekas meraih benda itu, berharap itu adalah Runa. Tapi, begitu dia lihat lagi-lagi yang terpampang di layar adalah nama Itachi, mulutnya kian melengkung ke bawah.     

"Hu hu huuu … kenapa malah Itachi yang meneleponku? Kenapa bukan Runa-chan … hu huuu … Runa-chaaannnn!" Ia makin erat memeluk pakaian Runa tanpa bersedia menjawab telepon dari Itachi.     

Hingga akhirnya dia mendengar bunyi ketukan keras di pintu depan. Zuko lekas mengusap air matanya dan berhenti menangis agar bisa mendengar lebih fokus. Apa dia salah dengar?     

Dokk! Dokk! Dokk!     

Ternyata memang ada ketukan.     

Enggan, Zuko bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah pintu, melongok melalui lubang intip, ternyata Itachi dan Akeno. Tidak mau! Dia tak mau membukanya! Itachi pasti akan berlaku kejam padanya seperti biasa! Dia sudah sengsara dan tak ingin menambah kapasitas kesengsaraannya jika bertemu Itachi.     

"Zuko! Cepat buka pintu! Aku tahu kau di sana! Buka atau aku jebol pintumu!" ancam Itachi.     

Napas Zuko tercekat. Bagaimana lelaki itu bisa tahu dia di balik pintu? Apakah Itachi sebenarnya ninja yang mengetahui segalanya? Bahkan bisa mendeteksi Zuko dari baunya?     

Memikirkan itu, Zuko secara refleks mencium bau ketiaknya sendiri.     

===========     

I betted all I have ((aku mempertaruhkan segala yang kupunya))     

neoneun haedallan jeogi eopttae ssayeoganeun nae maeumi ((kau tak pernah bertanya karena kau tak perduli))     

kkamake ta beoryeodo sanggwaneopseunikka ((bila hatiku terbakar hitam))     

- I Hate You by Woodz -     

lyric source = Color Coded Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.