Inevitable Fate [Indonesia]

Surga Untuk Pecundang



Surga Untuk Pecundang

0humchin hunnit bands, deo bichamhaejil ppun juineun mot dwae ((ratusan juta uang aku curi, hanya membuatku semakin menderita, takkan pernah bisa jadi milikku sepenuhnya))     
0

paebaejareul wihan nagweon ttawin guweon ttawin mullon eopseo ((takkan ada surga bagi seorang pecundang .. tak ada ampunan bagi orang sepertiku))     

- Trust Fund Baby by TXT -     

===========     

Ketika Runa sedang berada di geladak sambil menatap ombak malam sembari berkilas balik mengenai apa yang terjadi beberapa hari lalu yang membuat dia akhirnya memilih mengikuti Zaidan Al Faiz, dia dikejutkan dengan suara di belakangnya.     

Yang membuat Runa terkejut bukan hanya suara itu saja, melainkan sentuhan pemilik suara itu terhadapnya. Padahal itu seorang lelaki dan bukan Zaidan Al Faiz!     

"E-Ehh?" Runa lekas menghadap ke lelaki itu dan menepis pelan tangan yang tadi ada di pinggangnya. "Anda …."     

"Kau pasti lupa namaku. Tsk, kau cuma ingat Zaidan saja, ya kan?" Lalu lelaki itu menyeringai memamerkan giginya sambil melanjutkan bicara, "Aku Rohan, pengusaha dari Mumbai yang sudah berkawan lama dengan Zaidan." Lalu, Rohan mendesak Runa di besi penyangga sambil berkata lirih dengan mata menatap tajam gadis itu, "Ingat namaku baik-baik. Rohan."     

Runa panik. Dua lengan lelaki India itu mengurung tubuhnya di besi penyangga. Apa dia harus menceburkan diri untuk melepaskan diri darinya? "U-Umm … Tuan Rohan …."     

"Panggil Rohan saja tak apa. Aku ini fleksibel." Rohan tidak mengendurkan kungkungan lengannya meski Runa jelas terlihat tak nyaman dengan perlakuannya.     

"Ro-Rohan, tolong mundur. Ini … ini tak nyaman untukku."     

"Tapi aku nyaman."     

"Ehh?" Runa kaget mendengar jawaban semacam itu.     

"Sudah lama aku ingin mencoba gadis Jepang. Aku sangat menyukai tingkah menggemaskan gadis Jepang di film dewasa. Kau paham maksudku, kan?" Rohan terus memamerkan senyum lebarnya sembari tak mundur sedikitpun dari Runa hingga dada mereka mulai berhimpit.     

"A-Ano … Rohan … tak baik begini. Aku … aku tak mau Zaidan salah paham—"     

"Salah paham apanya? Saat ini pun Zaidan sedang bersenang-senang dengan pasangan yang kubawa." Rohan memotong ucapan Runa dengan kalimat bagaikan petir di telinga Runa.     

Mata membelalak Runa sudah menyampaikan perasaan gadis itu. "A-Apa? Tuan Zaidan sedang apa?" Runa harap dirinya hanya salah dengar karena deru angin laut.     

"Zaidan sedang bersenang-senang dengan gadis Amerika yang aku bawa. Kau ingin melihatnya? Aku bisa membawamu ke kamarnya." Rohan makin menampilkan wajah liciknya.     

Kamar. Rohan menyebut mengenai kamar. Bukankah itu artinya … Zaidan Al Faiz sedang bersama dengan perempuan di kamar? Lalu … tentunya yang mereka lakukan berdua saja di kamar adalah ….     

Arrghh! Runa tak berani membayangkan selanjutnya. Dia terlalu syok mendengar informasi tersebut.     

"Karena dia sedang bersenang-senang dan aku kasihan karena kau sendirian, bagaimana kalau kita bersenang-senang? Di sini pun boleh." Rohan menggerakkan satu tangannya untuk mengelus pinggul Runa dan meremas pantatnya.     

"Ti-Tidak! Jangan! Aku tak mau!" tolak Runa. Apa-apaan lelaki India itu!     

"Tapi Zaidan sudah berjanji padaku bahwa aku boleh menyentuhmu sesukaku jika di kapal." Rohan tak mau menyerah dan mendekap Runa lebih erat hingga tubuh mereka kian berhimpit.     

"Ap—mmgghh!" Betapa kagetnya Runa ketika bibirnya tiba-tiba saja dibekap oleh bibir tebal lelaki India itu dan kemudian dikulum tanpa diberi kesempatan untuk menolak.     

Runa memberontak ingin melepaskan diri dari dekapan lelaki itu, namun makin dia berontak, makin agresif tingkah Rohan. Seperti saat ini, dia malah menahan tengkuk Runa sambil terus mencium paksa dan melumat bibirnya sembari tangan kurang ajar lelaki itu sudah menjamah dada dan meremas payudaranya.     

"Mmmpphh—aarhhh! Jangan!" Runa terus menggeliat untuk memberontak. Akibatnya, Rohan malah merobek paksa atasan Runa sehingga bisa bebas melihat payudara berbungkus bra hitam dengan renda bunga-bunga kecil warna kuning.     

Sekali sentak, bra itu turun dan mulut Rohan beralih ke dada Runa tanpa menghiraukan pukulan-pukulan tangan Runa.     

Situasi ini sungguh susah bagi Runa. Dia tak ingin disentuh selain Zaidan Al Faiz dan tak ingin lelaki itu juga menyentuh wanita lain, tapi jika dia sampai memukul serius Rohan yang merupakan kawan sekaligus rekan bisnis Zaidan Al Faiz, apakah dia termaafkan nantinya?     

Benarkah semua yang dikatakan Rohan tadi, bahwa saat ini Zaidan Al Faiz sedang bersenang-senang di kamarnya bersama wanita pasangan yang dibawa Rohan? Benarkah lelaki itu juga yang mengijinkan Rohan untuk menyentuh dirinya begini?     

Bagaimana jika tidak demikian? Tapi, apabila memang Zaidan Al Faiz tidak berada di kamarnya, tentu sejak tadi sudah mencarinya ke segala penjuru kapal semenjak usai makan malam, kan?     

Jangan-jangan … semua ucapan Rohan adalah nyata.     

Memejamkan mata erat-erat, Runa berusaha menangkupkan dua lengan di depan dadanya meski terus dibuka oleh Rohan yang mengincar lembutnya payudara dia dan berujung dengan berhasil menguasai pucuk mungilnya dan menghisap kuat-kuat di sana.     

Runa hanya bisa memekik tertahan sambil meringkuk menutup matanya kuat-kuat.     

Setelah Rohan puas melakukan itu ke dadanya, tubuh Runa segera diputar membelakangi lelaki itu dan langsung menurunkan celana pendek Runa dan bergegas memasukkan miliknya ke liang Runa disela-sela berontakan Runa yang tak berarti.     

Rohan makin bersemangat, ini sungguh sesuai imajinasi dia. Ini mirip seperti adegan di salah satu video dewasa Jepang yang pernah dia tonton. Tindakan penolakan Runa yang setengah-setengah ini justru membangkitkan hasrat tinggi Rohan.     

Dalam waktu singkat saja, tubuh Runa sudah dihentak kuat-kuat dengan cepat dalam posisi doggy style berdiri. Dua lengan Runa ditarik ke belakang dan kadang sesekali tangan Rohan menggapai dada penuh Runa yang berayun seiring hentakan dan lekas ditangkup telapak besar Rohan untuk diremas sembari mereka bergerak seirama.     

Setelah Rohan selesai memuntahkan semua yang dia miliki, ternyata dia masih belum puas. Dia menyeret Runa ke kamarnya sendiri tanpa perduli sorakan santai dari pasangan lain yang mereka lewati seakan itu hal lumrah bagi mereka.     

Runa bertanya-tanya, apakah memang begini kelakuan para crazy rich? Yah, mungkin ada benarnya, meski tak semuanya, tentu saja. Hanya yang benar-benar crazy saja.     

Semalaman, Runa harus meladeni kegilaan Rohan hingga dia nyaris pingsan dan terkapar begitu saja di kasur lelaki itu sampai pagi.     

Ketika Runa bangun di dini hari ketika langit masih belum berwarna hangat, Runa membersihkan dirinya sambil berusaha berjalan tegak, membawa rasa ngilu di badannya karena permainan gila dari Rohan.     

Setelah selesai dari kamar mandi, dia melangkah hendak kembali ke kamarnya bersama Zaidan, namun ternyata di dalam kamar itu tergeletak Zaidan Al Faiz bersama wanita berambut pirang yang memang tadi dibawa Rohan menaiki kapal ini.     

Patah hati melihat pemandangan intim di depannya, Runa memilih untuk keluar dari sana saja dan mencari tempat lain, berjalan terseok sedikit limbung karena goyangan ombak yang cukup besar malam ini.     

Runa mendekapkan atasannya yang sudah robek di bagian dada akibat tarikan paksa Rohan tadi. Dia juga sudah memakai celana pendeknya setelah tadi mencari-cari di kolong ranjang di kamar Rohan.     

Namun, baru saja dia melangkah tak jauh dari kamar Zaidan Al Faiz, dia bertemu dengan kawan Zaidan lainnya yang berambut pirang, dari Australia. Lelaki itu melihat Runa yang berantakan dan menyeringai.     

"Arrghh!" Runa memekik kaget karena lelaki itu secara mendadak meraih tangannya dan menarik, memaksa Runa mengikutinya.     

Ternyata Runa dibawa paksa ke kamar lelaki Australia itu, dan di dalam kamar sudah ada perempuan berambut brunet, merokok dengan tubuh telanjang hanya tertutup selimut saja.     

"Lihat, darling, apa yang aku dapatkan di luar. Anjing kecilnya Zaidan." Lelaki Australia itu berkata sambil terkekeh ke perempuan brunet tadi.     

Runa mendelik. Apa dia bilang tadi? Anjing kecilnya Zaidan? Apakah selama ini dia diperkenalkan Zaidan Al Faiz ke mereka sebagai anjingnya?     

Sayangnya, Runa tak bisa berlama-lama syok karena perempuan brunet itu sudah berseru, "Bawa dia ke sini, sayank!" Lalu, Runa didorong hingga terhempas di kasur.     

Dalam waktu sekejap, dia sudah diperkosa dua orang itu. Si perempuan brunet menaiki wajahnya sambil memaksakan bagian intimnya ke mulut Runa, sedangkan lelakinya menyodokkan batang jantannya kuat-kuat ke liang Runa.     

Apakah Runa harus mengalami ini sepanjang perjalanan ke Abu Dhabi? Apakah ini sebanding dengan segala pengorbanan dan pilihan yang dia buat?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.