Inevitable Fate [Indonesia]

Takkan Melepaskanmu



Takkan Melepaskanmu

0We will always catch the truth ((kita akan selalu menangkap kebenaran))     
0

We will always catch the love ((kita akan selalu menangkap cinta))     

Kimi wo hanasanai ((aku takkan melepaskanmu))     

- The Answer by Naniwa Danshi -     

=========     

"Jadi begitu situasinya?"     

"Benar, Tuan. Saya juga tidak mengira ini akan berujung demikian."     

"Bagaimana keadaan Zuko sekarang?"     

"Dia … seperti zombie semenjak kemarin saya melihatnya."     

"Ya sudah, biarlah nanti aku akan menyuruhnya datang ke sini."     

"Tuan, Zuko memiliki masalah …."     

"Mengenai renternir itu?"     

"Benar."     

"Biar aku urus itu."     

"Baik, Tuan."     

"Hm, apakah istriku sudah mengetahui ini?"     

"Sepertinya belum, Tuan. Ini perkiraanku saja. Karena Nyonya sedang sibuk mempromosikan lagu barunya. Jika dia sudah mendengar, pasti Tuan sudah dihubungi."     

"Ahh, kau benar sekali. Hm, aku terlalu bersantai sehingga pikiranku sedikit tumpul. Hmhh! Baiklah, aku akan tangani Zuko."     

"Baik, Tuan. Saya pamit undur diri."     

"Ya."     

Itu adalah pembicaraan antara Nathan Ryuu dan Itachi di penthouse pada suatu malam setelah kemarin Runa mengundurkan diri dan menyatakan sikapnya pada Zuko.     

Kemudian, Itachi keluar dari gedung besar itu dan masuk ke mobil. Di dalam mobil, sudah ada Akeno duduk manis sambil memainkan ponselnya.     

Melirik ke kekasih di sampingnya, Akeno bertanya, "Bagaimana tanggapan Tuan? Apakah sesuai perkiraanku?"     

"Ya." Itachi menjawab singkat sembari menyalakan mesin mobil.     

Ada senyum kemenangan di wajah Akeno. Dia yang bersikeras meminta Itachi untuk datang ke Nathan Ryuu dan menceritakan semua tentang kejadian hari lalu.     

Tadinya, Itachi hendak menangani sendiri hutang Zuko, namun Akeno melarang karena itu tidak tepat, menurutnya. "Lebih baik, jujur saja buka mengenai itu ke Tuan Ryuu. Diskusikan dengan Beliau."     

Awalnya pun Akeno sempat memiliki ide, yaitu membayar sejumlah uang yang sudah Zuko keluarkan dan dia akan menggantikan pernikahan itu bersama Itachi.     

Namun, Itachi malah mendelik tak setuju. "Bagaimana perasaan Zuko nantinya jika dia hadir di pernikahan yang gedung dan segalanya merupakan sesuatu yang telah dia pilih? Bukankah itu akan menambah sakit hatinya?"     

Senyum Akeno mekar seketika mendengar jawaban kekasihnya. "Wah … ternyata Bapak ini sebenarnya sangat perduli pada perasaan Pak Zuko," godanya disertai kerlingan nakal.     

"Kau … temui hukumanmu nanti ketika tiba di apatoku. Berani sekali kau menggodaku seperti itu." Itachi mengetatkan rahangnya dan mulai menyetir ke jalan raya.     

Akeno terkekeh binal. "Bukankah sungguh sayang jika gedung, katering dan segala macamnya dibatalkan? Atau Bapak begitu bebal sampai tak paham seberapa ingin aku dinikahi?" liriknya ke Itachi sembari menggigit ujung kukunya.     

"Kau itu yang bebal." Itachi menoleh cepat ke Akeno sebelum kembali memandang ke depan. "Sepertinya aku harus memberi hukuman dulu di sini."     

"Hah? Arrghh! Pak!" Akeno memekik kecil ketika tangan terdekat Itachi sudah menyusup cepat masuk ke rok pendeknya dan mencari sesuatu di dalam sana.     

Tak sampai lama hingga Akeno mulai mendesah dan bergerak gelisah di joknya yang mulai dilandaikan sembari membuka kakinya lebih lebar. Matanya memejam dan dagu mendongak sambil melantunkan suara rintihannya.     

Akhirnya, Itachi mengarahkan mobil ke sebuah daerah sepi untuk ditepikan dan dia sudah tak tahan lagi, menghentikan mobil dan merangsek ke jok sebelah untuk menuntaskan apa yang sekiranya diperlukan.     

Malam itu di kegelapan malam di sudut tersembunyi Tokyo, ada gerakan-gerakan berirama membayang dari dalam mobil yang berguncang-guncang selama hampir satu jam.     

-0—00—0-     

Sementara Itachi dan Akeno sedang mendalami peran mereka di dalam mobil sebagai pasangan kekasih yang kasmaran penuh akan bara hasrat, Runa sudah berada di sebuah kapal yacht cukup besar milik Zaidan Al Faiz.     

Dia duduk termenung sambil menatap lautan lepas di depannya seraya tangannya memegang gelas wine. Teringat akan malam itu ketika dia ada di hotel bersama Zaidan Al Faiz.     

Malam itu sebelum dia berhenti dari SortBank, Zaidan Al Faiz memberikan ultimatum padanya. "Kau bisa pilih, sayank … ikut denganku ke Abu Dhabi, atau tetap di sini dan menjadi karyawan."     

"Tuan, maksudnya?" Runa bingung tiba-tiba diberi pertanyaan dengan pilihan ganda untuk dijawab.     

"Kunjunganku ke Jepang sudah akan usai beberapa hari lagi karena aku harus mengurus bisnisku di Abu Dhabi. Jika kau ingin tetap di sini, ya sudah, aku ucapkan selamat tinggal padamu. Tapi jika kau ingin ikut aku, maka kau harus berhenti dari pekerjaanmu."     

Runa kala itu termenung mendengar penjelasan dari Zaidan Al Faiz. Apa yang harus dia pilih? Jepang sebagai tanah airnya dan semua teman dia ada di sana namun kemungkinan besar dia tidak akan lagi merasakan hidup bagai sosialita muda. Atau mengikuti ke manapun pria ini meninggalkan semua yang ada di Jepang namun berkesempatan dinikahi dan dilimpahi kemakmuran layaknya selebriti dunia yang bertaburan benda mewah di sekeliling dirinya.     

"Aku tak memaksamu. Kau juga bisa tetap menikahi lelakimu yang pakai jas murah itu. Siapa tahu hidup kalian akan bahagia sampai tua dengan banyak anak. Aku akan mendoakan kalian dari jauh saja, ahh … ya kalau aku masih ingat, sih! Pfftt!" Ini jelas bukan kalimat penenang melainkan cibiran.     

Tentu Runa merasa panik di hatinya. Ya, sepertinya dia harus mengucapkan selamat tinggal pada barang-barang branded terkenal. Padahal dia baru saja merasakan rasanya menjadi Akeno dan Reiko, tapi kenapa harus berpisah secepat ini?     

"La-Lalu … bagaimana ibuku?" tanya Runa dengan sedikit pandangan penuh harap. Dia tak perduli mengenai kakaknya dan hanya terpikir akan sang ibu.     

"Tenang saja. Aku sudah bicara pada ibumu dan berjanji akan berikan dia sejumlah uang tiap bulan. Tapi dia harus benar-benar mengatur uang yang kuberi karena aku tak akan berikan ekstra untuknya apapun alasannya. Maka, dia bisa makan atau tidak, itu tergantung padanya."     

Rupanya Zaidan Al Faiz sudah bergerak secepat ini ke Bu Sayuki tanpa Runa ketahui. Kalau sudah begini, jika Runa memilih tetap di Jepang, dia yakin ibunya akan memukuli dia sampai mati. Sungguh pandai sekali Zaidan Al Faiz memaksa tanpa kentara.     

"Um, bolehkah aku tahu seberapa banyak yang akan Tuan berikan ke ibuku tiap bulannya nanti?" Runa menelan ludah, berharap pertanyaan itu tidak dianggap lancang.     

"Humm … 8000 USD. Mungkin sekitar 1 juta yen." Ucapan santai dari Zaidan Al Faiz seolah-olah nilai 8000 dolar hanya kotoran di ujung kukunya saja.     

Napas Runa nyaris tercekat. 1 juta yen! Setiap bulan! Bahkan itu adalah gaji dia di SortBank, dan ibunya akan mendapatkan itu cuma-cuma tanpa melakukan apapun. Apakah ibunya setuju? Ahh, pastinya. Runa merasa dia seperti dijual oleh sang ibu. Namun, dia tak keberatan jika semuanya sepadan.     

Zaidan Al Faiz lelaki yang tampan, maskulin, bertubuh bagus, masih muda dan sangat kaya. Ini tentu lebih baik ketimbang Runa harus menikahi bandot tua bau yang tidak memikat hati dan pastinya tak sekaya Zaidan Al Faiz.     

Baiklah, dia setuju dijual ibunya kali ini.     

"Bagaimana, Runa? Kau memilih yang mana? Di sini atau ikut aku?"     

"Aku … baiklah, aku akan ikut dengan Tuan."     

Terbitlah senyum lebar Zaidan Al Faiz. Dia menang. Dia telah memenangkan pertarungan begitu mudah melawan Zuko. Tapi, ini baru awal.     

Dan di sinilah Runa berakhir saat ini. Di sebuah kapal mewah dengan beberapa orang kawan-kawan Zaidan Al Faiz ikut bersama. Mereka berpasang-pasangan pula.     

Terdengar dari geladak tawa riuh orang-orang itu. Runa mengabaikan saja dan memilih datang ke geladak untuk memandang ombak di malam hari. Untung saja dia tidak mudah mabuk laut.     

"Kenapa sendirian di sini?" tanya sebuah suara di belakangnya sembari menyentuh pinggang Runa.     

Runa menoleh terkejut, terutama karena itu … bukan Zaidan Al Faiz.     

----------     

lyric source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.