Inevitable Fate [Indonesia]

Semua Itu Berbahaya, Kau Tahu?



Semua Itu Berbahaya, Kau Tahu?

0Mata ii choushi .. Ore wa kazari? ((Seperti biasanya, kau hanya memikirkan dirimu sendiri .. Apalah diriku, sebuah asesoris?))     
0

Kareshi ka wakaranai I'M SICK! ((Aku tak tahu apakah aku kekasihmu atau bukan! Aku muak!))     

- Danger (Japanese ver) by BTS -     

=========     

Sementara Reiko sedang mendulang kesuksesan comeback dia, Runa justru sedang mendulang barang-barang mahal dari lelaki selingkuhannya.     

Runa lelah terus tertinggal dengan orang-orang di sekitarnya. Banyak rekan kerja dia terus melakukan flexing melalui penampilan mereka di kantor.     

Bahkan Akeno pun terlihat bak puteri bangsawan dengan keanggunan penampilannya. Runa mengira itu adalah perbuatan Itachi yang sangat dermawan mendandani Akeno semahal itu.     

Runa tak tahu kalau Akeno sebenarnya anak orang kaya. Itachi tak pernah memanjakan Akeno dengan membelikan barang-barang mahal karena menurut Itachi, dia belum menjadi suami, maka uang di tabungannya lebih baik ditabung untuk kehidupan usai pernikahan mereka nantinya.     

Andaikan Zuko juga memiliki pemikiran seperti Itachi, mungkin dia tak perlu semengenaskan ini, saldo tabungan menipis dan dituntut untuk membuktikan kemampuannya menikahi Runa.     

Karena Zuko sudah terlalu putus asa, dan dia tak memperoleh solusi yang dia inginkan dari Itachi serta takut datang ke Nathan Ryuu untuk berhutang, maka dia terpaksa mendatangi renternir yang dia ketahui dari hasil cari sana dan sini.     

Zuko nekat berhutang sebesar 10 juta yen untuk biaya pernikahannya nanti. Dia sudah tersudut, harga dirinya sebagai lelaki dipertaruhkan. Apalagi sepertinya Runa terus menghindari dirinya akhir-akhir ini. "Mungkinkah Runa-chan mengelak menemaniku karena dia kesal tidak juga diadakan pernikahan?" Ia bertanya-tanya.     

Ini diperburuk dengan ucapan Runa suatu hari ketika Zuko mencoba untuk mengajak Runa ke rumahnya lagi selepas jam kerja.     

"Zu-nii, maafkan aku, tapi … aku tak bisa ikut Zu-nii ke rumahmu." Runa berkata pelan saat Akeno dan Itachi meninggalkan ruangan.     

"Kenapa?" Zuko lagi-lagi merasa ditolak dan patah hati.     

"Aku … um, ibu mengatakan padaku bahwa tak baik jika orang yang bertunangan sering bertemu apalagi berhubungan intim."     

"Ehh?"     

"Umh! Ibu … ibu melarangku untuk berlama-lama dengan Zu-nii sebelum upacara pernikahan, karena ibu khawatir … itu akan jadi nasib sial bagi kehidupan pernikahan kita nantinya."     

Mulut Zuko menganga tanpa bisa dicegah saat mendengar alasan yang dikemukakan Runa. Apakah ini era kuno yang mengharuskan calon mempelai harus dipingit dulu agar tidak terjadi kesialan?     

"Um, Zu-nii, aku pulang dulu ke apato karena ibu sudah menunggu di sana. Sampai bertemu lagi, Zu-nii." Runa membungkuk cepat ke Zuko dan berlari keluar dari ruangan sebelum dicegah Zuko.     

Tidak ada yang bisa dilakukan Zuko selain melihat punggung Runa bergerak menjauh darinya dan menghilang di balik tembok.     

"Jadi benar, Runa-chan tak mau berdekatan denganku karena dia tak ingin sial. Dia terlalu menuruti ibunya, tsk!" Zuko mengusap gusar tengkuknya dan berjalan keluar dari ruangan itu. Ia terus bertanya-tanya, apakah benar calon mempelai tak boleh banyak saling bertemu agar terhindar dari nasib sial?     

.     

.     

Di hotel bintang lima, kamar suite termahal, seorang gadis sedang sibuk melakukan felatio ke lelaki yang duduk di sofa kamar. Itu adalah Runa dan Zaidan Al Faiz.     

Sudah sekitar hampir 30 menit berlalu dan mulut Runa sudah kebas sejak tadi. Rasanya menyakitkan dan pegal, namun lelaki di depannya belum juga ejakulasi, malah sibuk dengan ponselnya.     

Padahal Runa sudah berupaya berbagai macam cara, berbagai cara pijatan dan kocokan yang menyertai, beserta berbagai cara geliat lidahnya yang bekerja sama dengan mulutnya, tapi Zaidan Al Faiz masih juga tidak klimaks.     

Dia harus bagaimana lagi. Matanya berulang kali terpejam menunjukkan penderitaannya dan merasa mulutnya sudah mati rasa, demikian pula tangannya yang makin pegal.     

Disela-sela perjuangannya, mata Runa melirik ke samping, di atas meja ada gelang emas dengan taburan berlian yang dia yakini pasti itu asli dari D&G, sesuai dengan logo di atas kotaknya. Inilah mengapa Runa rela berjuang begitu lama sejak tadi menahan sakit dan pegal.     

Menyadari gerakan Runa mulai berkurang kecepatannya, Zaidan Al Faiz melirik ke Runa dan melihat gadis itu masih berjuang mati-matian untuk membuatnya ejakulasi.     

Meletakkan ponsel ke samping, tangan Zaidan Al Faiz pun meraih kepala Runa dan menggerakkan dengan keras dan kasar sehingga kepala itu bergerak maju dan mundur.     

Bahkan, dengan tangan satu lagi ikut campur, Zaidan Al Faiz mencengkeram kepala Runa dan menariknya dalam-dalam, membuat Runa tersedak dan nyaris muntah.     

Runa serasa hampir tercekik mati dengan jejalan paksa batang besar lelaki itu di mulutnya hingga mencapai uvula-nya. Dia bisa mati sungguhan jika kepalanya terus ditekan lama begini.     

Tangan Runa memukul-mukul pelan paha Zaidan Al Faiz sebagai bentuk protes daripada dirinya mati konyol dalam keadaan semacam ini.     

Ketika kepala itu dilepaskan, Runa langsung melepas batang jantan dari mulutnya dan terbatuk-batuk hebat seraya mengeluarkan banyak saliva yang berlelehan jatuh ke lantai karpet.     

Bukannya iba melihat Runa yang menderita sampai wajahnya merah padam, dia malah terkekeh geli. "Nah, nah, ayo naik sini!" Ia menepuk pangkuannya.     

Bergerak perlahan setelah sedikit pulih dari siksaan barusan, Runa pun patuh dan naik ke pangkuan lelaki itu dan memasukkan batang besar tadi ke liang sempitnya. Agak sakit tapi Runa harus memaksanya masuk.     

"Rnnghh!" Runa akhirnya berhasil memasukkan benda besar itu ke dalam liangnya setelah berjuang.     

"Goyang!" perintah Zaidan Al Faiz.     

Runa pastinya patuh dan menggerakkan pinggulnya dengan gerakan seerotis mungkin agar lelaki di depannya tahu bahwa dia berharga, dia patut dimanja dengan layak.     

Setelah Runa berhasil membuat Zaidan Al Faiz ejakulasi, lelaki itu menyuruh Runa menungging di depannya sambil bersandar di tepi meja.     

Dalam waktu sekejap, batang milik Zaidan Al Faiz sudah kembali perkasa ketika dia melihat lubang milik Runa dan pantat kencang di depannya.     

Plak!     

"Argh!" Runa memekik kecil saat pantatnya ditampar keras. Kemudian, tamparan-tamparan berikutnya pun berdatangan sampai pantat putih mulus itu berubah menjadi merah di keduanya.     

Usai puas menampar dan membuat pantat Runa memerah, jari Zaidan Al Faiz mengelus liang intim Runa di depannya, terdengar lenguhan lirih Runa saat itu disentuh dan digesek-gesek, pinggulnya bergoyang tanda dia menikmatinya.     

Namun, alangkah terkejutnya Runa ketika jari itu mengelus liang belakang dia. Ia bergegas menoleh dan mendapati senyum seringai di wajah lelaki itu.     

"Bagaimana kalau kita naik ke level selanjutnya, sayank?" Seringai Zaidan Al Faiz makin lebar sembari jarinya disusupkan masuk ke lubang pembuangan Runa.     

Merasa ngeri atas apa yang akan terjadi pada dirinya, Runa menggelengkan kepala dengan matanya menyiratkan horor. "Ja-Jangan, Tuan … jangan di sana—ARRGHH!"     

Sepertinya Zaidan Al Faiz tidak perduli apakah Runa setuju atau tidak, selama dia menginginkan, maka itu harus terkabul.     

Menahan sakit luar biasa, Runa menggigit kuat bibirnya sambil tangannya mencengkeram tepi meja sampai buku-buku jarinya memutih.     

Malam itu, Runa mendapatkan perlakuan gila berikutnya dari Zaidan Al Faiz, 4nal s3x.     

Namun, ketika Runa menatap kotak berlogo D&G di depannya dengan isinya yang tentu sangat memikat, dia hanya bisa menahan segala rasa sakit meski air mata meleleh sekalipun ketika dia memejamkan erat-erat matanya sembari mengepal hingga kukunya menancap di daging telapak tangannya.     

Yah, semua hal yang bagus memang tentunya memiliki harganya, ya kan? Dan Runa membayar dengan rasa sakit luar biasa malam ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.