Inevitable Fate [Indonesia]

Keinginan Terdalam Sanubari Runa



Keinginan Terdalam Sanubari Runa

0Big in Japan, alright .. Pay, then I'll sleep by your side ((Besar (berkuasa) di Jepang, baiklah ... Bayar, lalu aku akan tidur di sisimu))     
0

Things are easy when you're big in Japan ((Hal-hal terasa mudah jika kau besar (berkuasa) di Jepang))     

- Big in Japan by Alphaville -     

=========     

Dengan alasan level tingginya, Runa berhasil menolak dibawa ke rumah Zuko. Dia begitu panik saat Zaidan Al Faiz hendak membatalkan kalung Gucci jika dia tidak segera menemui lelaki Abu Dhabi itu.     

Meski kecewa, Zuko tak bisa apa-apa selain melajukan mobil secepatnya ke apato Reiko tempat ibu dan kakak Runa berada.     

Saat mobil tiba di depan gedung apato, Runa bergegas keluar dari mobil itu dan melambai begitu saja pada Zuko hingga lelaki itu terheran-heran.     

Namun, karena Runa sudah mengatakan sebelumnya bahwa ada hal gawat antara ibu dan kakaknya hingga melibatkan benda di dapur, maka Zuko tak bisa menyalahkan Runa jika gadis itu berlari cepat masuk ke gedung.     

Maka, tak bisa berbuat lebih, Zuko pun meluncurkan mobilnya ke jalanan lagi menuju ke rumahnya. Gagal sudah acara bermesraan seperti yang dia idam-idamkan. Padahal dia sudah sangat menginginkannya. Ingin pergi ke wanita berbayar untuk memenuhi hasratnya, dia tak sanggup. Dia tidak tega mengkhianati Runa hanya karena napsu birahi saja.     

Biarlah dia sekali lagi memendam hasratnya dan mengubur dirinya di kamar sendirian, berharap lekas tertidur tanpa perlu berpikir aneh-aneh.     

Sementara mobil Zuko sudah meninggalkan gedung, Runa ternyata tidak sepenuhnya masuk ataupun naik ke lantai tempat unitnya berada. Dia bersembunyi di dekat pintu utama gedung.     

Setelah yakin mobil Zuko sudah pergi, ia pun keluar dari gedung dan menghubungi selingkuhannya. [Aku sudah perjalanan ke hotel Tuan]     

Di tempat lain, Zaidan Al Faiz baru saja menuang vodka ke gelas kristal pendek dan melihat pesan dari Runa, dan dia tertawa terbahak-bahak. Lalu, dia berkata pada teman di ruangan hotelnya. "Lihat, budakku sungguh patuh seperti anjing! Aku hanya perlu memberi umpan dan dia mengibaskan ekornya datang padaku, ha ha ha!"     

"Ha ha, Zaidan, sepertinya kau menyukai budakmu yang ini." Temannya menggoyangkan gelas kristal di tangannya. "Hati-hati, bisa-bisa kau akan jatuh cinta pada budak anjingmu."     

"Hah! Mana mungkin! Ada banyak wanita koleksiku yang jauh melebihi dia. Untuk apa dia aku jadikan tambatan? Dia hanyalah alatku saja." Lalu, Zaidan Al Faiz meneguk isi gelasnya hingga habis dan menggeram panjang, "Aaarghh … kehidupan di Jepang ini sepertinya mudah, Jepang sungguh mudah aku genggam."     

"Zaidan, jangan terburu berkata demikian, tentu saja mudah karena kau memiliki banyak uang. Kau tahu, semuanya akan mudah di Jepang asalkan kau berkuasa bersama uang." Temannya meneguk habis juga vodka-nya. "Baiklah, aku pergi dulu. Aku juga harus mencari budakku sendiri."     

"Baiklah, selamat berburu, kawan!" Zaidan mengangkat gelas kristal seolah ucapan selamat tinggal untuk sang kawan yang sama-sama dari Timur Tengah. Lalu, dia memberi kode ke pengawalnya untuk mengantarkan sang kawan ke depan hingga lobi.     

Tak sampai setengah jam, Runa sudah muncul di hotel tempat Zaidan Al Faiz menginap. Dia didampingi para pengawal pria itu untuk naik ke lantai tempat bos mereka berada.     

Kemudian, Runa masuk ke suite mewah itu dan dia ditarik segera oleh Zaidan Al Faiz. "Rupanya kau sungguh materialistis, huh?" ucapnya dengan kerlingan nakal ke Runa saat menghimpit tubuh ramping Runa ke dinding berbalut karpet tebal.     

"A-Aku hanya tidak ingin mengecewakan Tuan. Aku … aku tak mau Tuan menunggu terlalu lama." Runa beralasan. Agak tak nyaman juga ketika telinganya mendengar dia dikatakan materialistis meski oleh orang yang selama ini membanjiri dia dengan berbagai barang mahal.     

"Pfftt! Bagus! Aku suka wanita patuh sepertimu." Tangan Zaidan Al Faiz menepuk-nepuk pipi Runa lalu membebaskan gadis itu, berjalan ke meja kopi terdekat dan mengambil sebuah kotak berludru warna biru tua dan membuka, lalu merenggut isinya dan dilempar ke Runa. "Pakai."     

Runa mengambil sesuatu yang berkilau karena terkena cahaya lampu ruang itu dan memungut benda yang jatuh ke lantai. Sebuah kalung! Itu benar-benar sebuah kalung yang dia yakin pasti asli dari Gucci.     

Namun, sepertinya itu bukan kalung pada umumnya, melainkan semacam choker kulit yang ketat menempel pada batang leher jika dipakai. Meski bentuknya manis, cukup lebar dengan adanya beberapa batu mulia di sekujur chokernya dan pendant emas berbentuk kepala singa, Runa merasa ini lebih mirip seperti kalung anjing.     

Tapi, dia tak bisa berpikir lama-lama karena Zaidan Al Faiz sudah memanggilnya. "Lekas mandi sana, lalu ke mari tanpa baju dan hanya perlu memakai kalung itu saja!" Lelaki itu mengibaskan tangan seakan dia terganggu karena Runa belum mandi semenjak keluar dari kantornya.     

Runa menuruti perintah Zaidan Al Faiz dan masuk ke kamar mandi, lalu keluar tanpa memakai baju sehelaipun dan hanya mengenakan choker kulit dengan bandul kepala singa dari emas dan beberapa batu mulia di badan choker.     

Ia berjalan mendekat ke Zaidan Al Faiz yang sudah berbaring telanjang tertutup selimut di tempat tidur besar dari kayu jati berkanopi ukir berulir yang dilengkapi kelambu bagaikan ranjang bangsawan era kuno, menambah suasana megah nan romantis.     

Belum sampai Runa naik ke tempat tidur, tangannya sudah ditarik Zaidan Al Faiz dan dibanting ke kasur. "Anghh!"     

Dalam posisi telungkup, Runa merasakan pahanya dibuka oleh kaki berbulu lebat Zaidan Al Faiz dan tak berapa lama, dia sudah merasakan ngilunya liang sempit dia ketika diterobos begitu saja oleh benda jantan milik Zaidan Al Faiz yang besar dan panjang.     

Menahan sakit, Runa tak berani bergerak dan pasrah saja ketika kepalanya ditekan pada kasur sembari dirinya dihentak kuat-kuat dari atas.     

Akhir-akhir ini, Zaidan Al Faiz jarang melakukan foreplay ketika menyetubuhi Runa, namun Runa tidak mungkin protes akan itu. Meski kelakuan Zaidan Al Faiz hampir mirip dengan Zuko, bahkan bisa lebih kasar dan kejam, namun karena setelah itu dia akan mendapatkan barang-barang mewah yang pasti akan membuat iri pada wanita, maka Runa hanya bisa menahan saja dan membiarkan Zaidan Al Faiz melakukan seperti yang lelaki itu inginkan saja.     

Jika dibandingkan dengan Hyuga, tentu saja tak sepadan. Namun, untuk apa permainan romantis jika bersama Hyuga tidak mendapatkan apa-apa dan justru dia yang membayar Hyuga?     

Sepertinya Runa sudah lelah menjadi wanita sederhana. Dia juga ingin merasakan rasanya menjadi wanita glamor seperti Akeno, terutama seperti Reiko. Selagi masih muda, apa salahnya mengambil sebanyak yang ia mau, ya kan? Apa salahnya mendapatkan setinggi yang dia bisa capai, ya kan?     

Terlebih setelah tubuhnya kini sudah dipermak menjadi lebih indah dan menggiurkan, maka sudah sepantasnya dia mendapatkan hasil manis dari itu. Yah, ini yang ada di alam pemikiran Runa.     

Bahkan ketika dia sekarang ditelentangkan dan dicekik sambil terus dihentak kuat-kuat, Runa hanya bisa menahan rasa ngilu. Batang jantan Zaidan Al Faiz terlalu besar untuk liang dia yang masih sempit dan belum terbiasa dengan milik lelaki ini.     

Runa … terlalu mendambakan kehidupan nyaman sebagai gadis muda yang penuh vitalitas. Kalau Reiko juga bisa, kenapa dia tidak?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.