Inevitable Fate [Indonesia]

Pilihan pun Jatuh Pada ....



Pilihan pun Jatuh Pada ....

0'Cause we are living in a material world .. And I am a material girl ((Karena kita hidup di dunia materi .. dan aku adalah gadis materialistis))     
0

You know that we are living in a material world .. And I am a material girl ((Kau tahu bahwa kita hidup di dunia materi .. dan aku adalah gadis materialistis))     

- Material Girl by Madonna -     

=========     

Itachi sudah 'merekam' penilaian Akeno akan outfit yang dipakai Runa hari ini. Setelan seharga USD 7000 dari Armani, tas seharga USD 5000 bersama sepatu seharga USD 1000 dan keduanya dari Prada.     

Menilik dari merk-nya saja sudah bisa diketahui bahwa itu merupakan merk yang tidak bisa dianggap murah di dunia fashion. Itachi paham itu meski tidak mengikuti fashion wanita.     

Setelah memikirkan total harga outfit Runa yang mencapai 1,6 juta yen, itu melebihi gaji bulanan Runa. Dia tahu berapa tinggi gaji Runa tiap bulannya, yaitu 1 juta yen, dan itu sangat banyak. Bosnya memberikan gaji setinggi itu pada Runa karena Nathan Ryuu memandang Runa adalah sahabat baik istrinya, Reiko.     

Jika Runa bukan sahabat Reiko, gajinya maksimal akan sekitar 300 hingga 400 yen saja, terlebih Runa tidak menyelesaikan kuliahnya, itu mengurangi nilai dirinya di dunia kerja.     

Bisa dikatakan, Runa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Reiko yang bersuamikan lelaki royal dan baik semacam Nathan Ryuu.     

Sampai di apartemennya saja, Itachi masih memikirkan mengenai hal ini. Gaji Runa dua kali lipat lebih dari gaji Zuko, tapi kenapa Zuko memboroskan uang untuk gadis itu? Bukankah Runa bisa membeli outfit mahalnya sendiri menggunakan gaji besarnya?     

Lalu … ke mana uang Runa selama ini?     

Kemudian, Itachi teringat akan ibu dan kakak Runa. Yang dia ketahui mengenai dua orang itu adalah tipe orang problematic. Apakah selama ini gaji Runa lari ke ibu dan kakaknya.     

Itachi juga sudah mengetahui bahwa apato milik istri bosnya sudah dikuasai oleh kakak Runa, dan dia masih diam saja mengenai itu.     

Walau begitu, Itachi yakin bosnya sudah mengetahui mengenai nasib apato itu. Namun, dia yakin si bos tak ambil pusing akan apato itu. Merelakan apato seperti itu hanyalah bagaikan membuang ingus bagi Nathan Ryuu, oleh karenanya sang bos tidak pernah meributkannya.     

Hanya, apakah nyonya bosnya sudah tahu? Tapi, dia yakin meski sang nyonya bos mengetahuinya pun pasti akan bersikap sama seperti suaminya, tak akan meributkannya, terlebih itu adalah keluarga Runa.     

Yang jadi pertanyaan kini adalah … kenapa Zuko sampai kehabisan uang? Apakah Runa begitu konsumtif?     

"Dear … sebenarnya apa yang kau lamunkan?" Akeno mulai duduk di pangkuan Itachi ketika pria itu seperti melamun mendalam semenjak mereka tiba di apato sang pria. Dua lengannya mengalung di leher Itachi sambil bersikap manja.     

"Hm … hanya sekedar melamunkan dirimu."     

"Aku? Ha ha … dustamu terlalu mudah terbaca, dear … tolong berusahalah lebih baik."     

"Aku melamunkan kapan kau menggoyangkan pinggulmu di atas selangkanganku."     

Akeno tak berdaya mendengar penuturan vulgar kekasihnya. Dia akui Itachi orang yang dingin dan tegas di kantor, namun ketika di apato berduaan begini, pria dingin itu berubah menjadi orang mesum. Namun, yang membuat Akeno sebal adalah Itachi bisa memburaikan kalimat vulgar dengan pandangan datar.     

"Aku akan menggoyangkannya jika kau jujur padaku apa yang sedang kau pikirkan sejak tadi," tantang Akeno.     

"Berani mengancamku, hm?" Tangan Itachi mulai menyusup masuk ke celah celana pendek Akeno dan mencari sesuatu yang peka di sana untuk dielus.     

"I-Itachi … nnghh … hentik—kaannhh … kau … kau curang … nnhh …." Akeno menyerah jika Itachi sudah begitu.     

Dagu Itachi naik seakan dia sedang menyatakan kemenangannya dengan sombong.     

Sebal sekali Akeno jika kekasihnya mulai bersikap seperti itu, tapi dia tak berdaya dan menyerah.     

.     

.     

Di tempat lain, Runa sedang di dalam mobil bersama Zuko setelah mereka selesai makan malam di sebuah restoran biasa. Dia berharap Zuko lekas mengantarkannya ke apato Reiko.     

Namun, ternyata Zuko malah mengarahkan mobil ke rumahnya sendiri.     

Runa panik. Jika dia tidak melayani Zaidan Al Faiz malam ini, maka dia tak akan mendapatkan barang mahal berikutnya. "Z-Zu-nii … kenapa malah ke rumahmu?"     

Menoleh ke Runa, Zuko berujar dengan wajah tak berdaya, "Runa-chan sayank … sudah lama sekali semenjak kita terakhir bermesraan, kan? Aku sangat merindukanmu."     

"Ta-Tapi ibu dan kakak …." Runa masih saja menggunakan nama kedua anggota keluarganya untuk mengelak dari Zuko.     

"Nanti aku akan antarkan kau ke sana, tapi kumohon satu atau dua jam saja temani aku di rumah." Zuko sepertinya sudah tak bisa menahan hasratnya.     

"A-Aku harus mengabari ibu dulu supaya dia tidak khawatir." Runa beralasan sambil mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik pesan. Pada ibunya? Tentu saja tidak! Dia mengirim pesan ke Zaidan Al Faiz, mengatakan dia akan terlambat sampai di apato Reiko 2 jam kemudian.     

Ketika Zaidan Al Faiz menanyakan alasan kenapa Runa akan terlambat, gadis itu tak memiliki pilihan selain jujur mengetik bahwa dia dipaksa tunangannya ke rumah lelaki itu.     

[Jadi kau akan bercinta dengan dia?] tanya Zaidan Al Faiz di jawaban pesannya ke Runa.     

Runa gelagapan membaca pesan yang sepertinya bernada tak senang dari Zaidan Al Faiz. Ia mengetikkan balasan, [Aku tak ada pilihan daripada dia curiga]     

[Ohh, kalau begitu, kau bisa bermalam dengannya. Sepertinya kalung Gucci ini harus aku kembalikan saja karena kau tak ada saat ini juga]     

Mata Runa mendelik membaca balasan dari selingkuhannya. Kalung Gucci! Tangannya gemetar ketika mengetik balasan, [Aku hanya 2 jam saja dengannya, kumohon mengerti, aku akan lekas menemuimu setelah selesai dengannya]     

Tak lama kemudian, balasan dari Zaidan Al Faiz datang, [Aku tak mau ada bau lelaki lain di wanitaku. Besok saja bertemu. Aku sudah malas]     

Betapa paniknya Runa membaca itu. Kalung Gucci akan lenyap jika dia tak segera menemui pria Abu Dhabi itu!     

Zuko melirik ke samping, menyadari tunangannya seperti sedang panik akan sesuatu. "Runa sayank, ada apa? Apakah semuanya baik-baik saja?" Ia mencondongkan badan hendak melihat layar ponsel Runa.     

Namun, Runa segera membalikkan layar ponsel sehingga Zuko tak sempat melihat apa yang ada di layar. "Zu-nii! Gawat! Tolong ke apato kakak!"     

"Hah? Kenapa?"     

"Ibu dan kakak mulai adu mulut lagi dan kakak bahkan merusak beberapa alat dapur. Ibu takut kakak mengancamnya dengan pisau!"     

"Hee?! Separah itu kakakmu jika marah?"     

"Iya! Tolong antar aku ke sana, sekarang! Kumohon, Zu-nii …." Runa merengek dengan sungguh-sungguh seakan hidupnya akan berakhir jika dia tak segera ke apato itu.     

Terbawa oleh alasan yang diberikan Runa, Zuko ikut panik dan lekas memutar arah mobil ke apato Reiko.     

Sementara itu, Runa kembali mengetik pesan di ponselnya, [Tuan, aku sebentar lagi akan ke apato ibuku, tolong tunggu aku]     

Balasan dari Zaidan Al Faiz datang cukup lama, membuat Runa nyaris menangis karena frustrasi. [Lho? Bukankah kau hendak bercinta membara dengan tunangan tercintamu itu, kan?]     

Runa bergegas membalas, [Tidak, aku sudah menolaknya. Aku akan tiba di apato sebentar lagi, nanti aku akan pakai taksi ke hotelmu, Tuan]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.