Inevitable Fate [Indonesia]

Lirikan Macam Apa Itu?



Lirikan Macam Apa Itu?

0kisoku nai sekenzenbu hikkurikaetteru nda ((di dunia tanpa adanya aturan, segalanya telah terbalik))     
0

mmm kyoukai-sen koete yonde zenbu kawaru kuzureteku ((mmm memanggilku keluar dari batas, segalanya berubah, segalanya hancur))     

- Drunk-Dazed (Japanese Ver) by ENHYPEN -     

==========     

Malam itu, Runa kembali melayani Zaidan Al Faiz di tempat tidur dan beberapa ruangan lainnya. Jika sebelumnya Runa terpaksa, kali ini dia lebih bisa dikatakan sangat rela bahkan menggebu.     

Geliat tubuh agresif Runa sangat menggembirakan bagi Zaidan Al Faiz. Tak puas hanya menatap pergerakan Runa, lelaki itu meraih ponsel dan merekam aksi mereka, terutama fokus pada apa yang dilakukan Runa.     

Melihat dirinya direkam, Runa berhenti sejenak, namun kemudian dia melanjutkan lagi dengan berbagai posisi, beragam pose, yang sekiranya akan memukau sang pangeran.     

Dia tidak ingin dilampaui, tak ingin digantikan, tak ingin diremehkan. Akeno, yah dia ingat bahwa mata Zaidan Al Faiz juga sempat terarah ke Akeno dan itu cukup mengganggu Runa. Maka dari itu, akan dia tunjukkan sehebat apa geliat tubuhnya saat memuaskan Zaidan Al Faiz.     

Usai melewati malam membara, Runa membungkus tubuhnya dengan selimut hingga sebatas dada tanpa memakai pakaian. "Tuan, kenapa kau merekamku? Apakah untuk mengancamku agar tidak melaporkanmu atau sesuatu seperti itu?" tanya Runa tanpa bisa dicegah lagi rasa penasarannya.     

Sepemahaman Runa, biasa orang akan melakukan perekaman saat beradegan intim dengan 2 niat, untuk dokumentasi pribadi atau untuk mengancam pihak lain agar menuruti kehendaknya.     

"Mengancam? Ha ha ha!" Tawa Zaidan Al Faiz meledak dalam semburan bersamaan dengan keluarnya asap dari cerutu mahalnya. "Untuk apa mengancammu, manis? Tak ada gunanya, kan? Apakah maksudmu aku akan menggunakan rekaman kita ini untuk menekanmu dan tunanganmu? Ha ha ha! Manisku, aku tak perlu melakukan itu, karena semua keputusan ada di tanganmu, hendak pergi ke aku atau ke tunanganmu."     

Usai mengatakan itu, Runa jatuh dalam perenungan. Sepertinya perkataan lelaki Abu Dhabi itu benar jika menilik betapa kayanya lelaki itu.     

Tak perlu lelaki seperti Zaidan Al Faiz mengancam untuk mendapat Runa, untuk merebut Runa dari Zuko melalui ancaman karena pastinya Runa sendiri yang akan dengan suka rela datang kembali ke lelaki ini.     

Seperti sekarang ini, bukan?     

"Um, jadi … rekaman tadi …." Runa tak lagi berani berasumsi secara gamblang.     

"Untuk koleksiku saja. Apakah kau keberatan? Kalau keberatan, akan aku hapus. Kupikir masih banyak perempuan lain yang ingin kurekam."     

"Tidak! Biarkan saja itu di sana!" Runa bergegas menjawab. Dia tidak ingin digantikan perempuan manapun. Dia ingin satu-satunya bagi lelaki ini.     

Apakah Runa sudah jatuh cinta setengah mati pada Zaidan Al Faiz? Sepertinya bukan itu yang membuat Runa menginginkan Zaidan Al Faiz untuk dirinya sendiri.     

-0—00—0-     

Reiko kembali sibuk dengan kegiatan idol dia, terlebih ini sudah dekat dengan jadwal comeback Synthesa. Dia semakin banyak berada di agensi untuk berlatih dan membuat konten semacam fanservice bersama member lainnya.     

Akibatnya, dia agak jarang berada di dekat suaminya. Untung saja Nathan Ryuu sangat memahami pekerjaan istrinya.     

Seperti malam ini, Nathan Ryuu bersama Itachi dan Zuko menghadiri jamuan makan dengan Zaidan Al Faiz di sebuah restoran mewah dan menempati private room.     

Mata Zaidan Al Faiz mencari-cari di belakang Itachi ketika keduanya datang. "Apakah hanya kalian bertiga saja?" tanya Zaidan Al Faiz.     

"Benar, hanya kami bertiga, Tuan Al Faiz." Nathan Ryuu yang menjawab. "Apakah Anda menantikan orang selain kami?" Dia bertanya balik.     

"Ahh, tentu tidak. Ha ha, baiklah kalau memang kalian bertiga saja. Ayo, silahkan duduk dan pesan apa saja yang kalian inginkan." Zaidan Al Faiz tertawa untuk mengalihkan topik. Sepertinya dia menantikan Akeno, tapi tentu saja itu tak akan terjadi karena Itachi sudah pasti melarang kekasihnya ikut.     

"Ohh, bagaimana jika saya saja yang menjadi tuan rumah." Nathan Ryuu menyahut sembari duduk. "Anda adalah tamu di sini, maka ijinkan saya yang mengambil peran tuan rumah tersebut." Tak lupa senyumnya dimunculkan sebagai pelumer suasana kaku.     

"Sepertinya saya tak mempunyai alasan lain untuk menolaknya, bukan? Ha ha ha!" balas Zaidan Al Faiz diiringi tawa lepasnya.     

Mereka pun mulai memesan apapun yang ingin dimakan. Lalu mulai bersantap ketika hidangan ditebar di atas meja.     

Setelah itu, perbincangan pun terjadi antara Zaidan Al Faiz dan Nathan Ryuu. Dari pembicaraan mengenai bisnis kemudian beralih ke bahasan kasual lainnya.     

Tidak sekali saja lirikan mata Zaidan Al Faiz tertuju pada Zuko yang banyak diam di sebelah Nathan Ryuu. Lirikan itu bermuatan dengan ejekan untuk Zuko.     

Hendak bersaing dengan dirinya untuk menguasai Runa? Jangan harap! Memangnya mereka ada di level yang sama? Zaidan Al Faiz tertawa di batinnya ketika melirik Zuko untuk keempat kalinya disela-sela obrolannya dengan Nathan Ryuu.     

Zuko sendiri malah tak tahu jika dirinya berulang kali dilirik oleh lelaki yang mengaku dirinya seorang pangeran.     

Justru mata elang Itachi yang menangkap beberapa kali ketika mata Zaidan Al Faiz melirik ke Zuko. Dia bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa lelaki asing itu terus saja melirik ke Zuko?     

Jangan katakan bahwa orientasi s3ksual Zaidan Al Faiz berbeda dengan lelaki pada umumnya. Tapi … benarkah seperti itu? Yah, di era modern seperti sekarang ini, orientasi s3ksual seseorang tidak bisa ditebak hanya berdasarkan gender saja.     

Ingin menuduh Zaidan Al Faiz sebagai pria yang tidak pada umumnya mengenai orientasi s3ksual, tapi setelah Itachi telaah lebih dalam dan hati-hati bagaimana cara Zaidan Al Faiz melirik Zuko, dia heran sendiri.     

Itu … sepertinya bukan lirikan karena tertarik, melainkan … ahh, Itachi makin bingung. Otaknya penuh akan berbagai macam asumsi hanya gara-gara lirikan semata.     

Apakah itu seringaian? Benarkah Zaidan Al Faiz menyeringai sambil melirik ke Zuko? Itachi bertanya-tanya, untuk apa lelaki Abu Dhabi itu melakukan hal seperti itu ke Zuko.     

Mungkinkah karena Zuko terlihat muram? Atau mungkin karena setelan jas Zuko tidak tergolong yang mahal? Tapi, patutkah seseorang mendapatkan seringaian dan lirikan seperti cibiran hanya gara-gara pakaian yang dipakai tidak mahal?     

Sebagai seorang pengamat handal, baru kali ini Itachi susah menemukan alur yang tepat dari tindakan Zaidan Al Faiz di depan matanya. Ada yang terlewat, tapi apa? Itachi sedikit frustrasi karena belum berhasil mengurai benang kusut ini.     

Hingga mereka selesai jamuan dan masing-masing pergi dengan mobilnya, Itachi masih berpikir keras. Ini adalah sesuatu yang menantang untuk dipecahkan. Baru kali ini dia tak bisa cepat mendapatkan kesimpulan.     

Hingga ke apatonya sendiri, Itachi masih membawa kerut heran pada keningnya, hingga Akeno menanyakannya.     

"Itachi, kenapa wajahmu sepertinya tegang begitu? Apakah perjamuannya tidak menyenangkan?" Akeno menyambut kekasihnya sembari melepas mantel panjang Itachi untuk ditaruh ke lemari khusus mantel.     

"Perjamuannya menyenangkan dan baik-baik saja, tapi … ada hal yang membuatku lumayan heran." Itachi membuka kancing di lengan kemejanya.     

"Apa itu?" Akeno membantu melepaskan kemeja dari tubuh kekasihnya.     

"Berulang kali aku memergoki Zaidan Al Faiz melirik ke Zuko."     

"Melirik ke Zuko? Kenapa bisa begitu?"     

"Itulah yang masih menjadi tanda tanya bagiku."     

"Astaga, ternyata pria itu tak hanya mata keranjang pada perempuan tapi juga ke lelaki! Itachi, apakah kau ditatap mesum olehnya juga?" Akeno jadi khawatir.     

Itachi menggeleng dan berkata, "Lirikannya bukan karena mesum, tapi … lebih seperti lirikan mengejek."     

"Mengejek? Untuk apa orang itu mengejek Zuko?"     

"Inilah yang masih aku berusaha tebak." Itachi duduk di sofa kamar dan membiarkan Akeno membantunya melepas kaus kaki dan juga kemeja hingga tangan Akeno meraih ikat pinggangnya.     

"Abaikan saja, mungkin dia memang orang tak jelas seperti itu. Bagaimana kalau perhatianmu sekarang untukku saja ketimbang lelaki mesum itu?" Akeno sudah mengurai kait celana panjang dan menurunkan zipper-nya pula.     

"Ada apa dengan tatapan mesummu itu, hm?" Itachi menatap tajam kekasihnya yang berlutut di depannya.     

"Temukan saja jawabannya sendiri. Kau kan pandai menebak." Akeno lalu mulai naik ke pangkuan Itachi dan menggeliatkan pinggulnya di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.