Inevitable Fate [Indonesia]

Tentu Saja Direstui!



Tentu Saja Direstui!

0kirei de uttori kagayaku boku no me daiyamondo ((indah dan briliannya impianku yang bersinar bagaikan berlian))     
0

- Drunk-Dazed (Japanese Ver) by ENHYPEN -     

===========     

Dengan muslihat, Runa berhasil meyakinkan Zuko bahwa dia harus menginap lagi di apato yang ditempati kakaknya karena lehernya masih penuh akan tanda agresifitas lelaki Abu Dhabi yang tidur dengannya malam itu.     

Ibunya yang dilarang kembali ke rumah Zuko pun berhasil diyakinkan Runa bahwa latar belakang dari semua itu bukan karena dia sedang bertengkar dengan Zuko, melainkan ….     

"Hei, Runa, ada yang mencarimu, tuh!" Tomoda berjalan menghampiri adiknya di sofa ruang tengah apato.     

"Siapa?" Runa khawatir itu adalah Zuko.     

Di belakang Tomoda, muncullah Zaidan Al Faiz diiringi senyum menyeringainya. "Halo, sayankku."     

Betapa terkejutnya Runa melihat kehadiran Zaidan Al Faiz di ruangan tersebut. Bagaimana bisa lelaki itu—ahh, Runa lupa bahwa orang kaya biasanya mudah mendapatkan apapun yang diinginkan termasuk informasi.     

Berdasarkan itu, Runa pun yakin bahwa Zaidan Al Faiz sudah menyelidiki segala hal mengenai dia. Ahh, betapa hebatnya kehidupan orang kaya itu.     

"Runa, bisa jelaskan siapa dia? Kenapa ada lelaki ini di sini?" Wajah penuh selidik Bu Sayuki melirik Zaidan Al Faiz dari atas hingga bawah. Jelas terlihat bahwa lelaki itu bukanlah orang Jepang.     

"I-Ibu … dia … dia calon klien dari kantorku." Runa menelan saliva setelah berhasil kembali ke kesadarannya.     

"Calon klien kantormu? Tapi kenapa dia sepertinya akrab sekali denganmu?" Jangan harap bisa menutupi sesuatu dari orang seperti Bu Sayuki.     

Zaidan Al Faiz mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu dan kemudian membacanya. "Halo, selamat malam kalian semua. Saya Zaidan Al Faiz, salah satu pangeran keluarga Al Faiz." Jelas bahwa dia sedang membacakan terjemahan dari aplikasi di ponsel.     

"Hah?" Bu Sayuki dan Tomoda terhenyak. Pangeran?     

"Saya kemarin tidur dengan Runa dan berharap hubungan kami bisa terjalin baik setelah itu." Zaidan Al Faiz kembali membacakan terjemahan yang untung saja tidak terlalu kacau.     

Namun, meski terjemahan itu tepat seperti yang diharapkan Zaidan Al Faiz yang kurang memahami bahasa Jepang, tetap saja apa yang diucapkan dia membuat terkejut ibu dan kakak Runa.     

"Apa? Tidur? Kalian tidur bersama?!" jerit Bu Sayuki, nyaris pingsan. Ia lekas berpegangan pada lemari di belakangnya dan Tomoda lekas menahan tubuh Beliau agar tidak benar-benar limbung.     

"I-Itu … itu …." Runa bingung bagaimana menjelaskannya. Tapi, hendak disembunyikan sampai kapan.     

Maka, dalam menit berikutnya, Runa pun menjelaskan asal-mula dia bertemu dengan Zaidan Al Faiz sembari ibunya didudukkan di sofa agar tidak jatuh. Ia begitu ketakutan amarah ibunya keluar hingga tubuhnya meringkuk di sofa dengan dua lengan lurus mengepal ke lutut dan kepala tertunduk.     

Apakah setelah ini dia akan dihujani sumpah serapah ibunya karena kelakuan gila dia? Bayangkan saja, sudah memiliki tunangan namun malah tidur dengan lelaki asing.     

Akan semurka ibunya nanti?     

Setelah Runa memberikan semua cerita di depan ibu dan kakaknya disertai sikap ketakutan, terdengar helaan napas dari sang ibu. Pasti setelah ini hukuman akan dijatuhkan padanya.     

"Jadi … alasan kenapa mendadak kau memakai baju, tas dan sepatu mahal itu karena … dia? Karena lelaki ini? Benar, Runa?" tanya Bu Sayuki dengan suara berat seakan hendak mengiris telinga Runa.     

"I-Iya, Bu. Aku … aku minta maaf. Aku tahu aku sal—"     

"Bagus!" Bu Sayuki menepuk pundak putrinya, membuat Runa menengadahkan pandangannya dengan heran. "Bagus, putriku! Kau memang hebat!" Senyum lebar ditebar Beliau dari ujung ke ujung hingga telinga.     

"Ehh? Ibu? Kau … kau tidak marah?" Runa sempat bingung untuk beberapa saat. Tanggapan ibunya sama sekali tidak seperti yang dia duga.     

Tapi, harusnya Runa ingat bahwa ibunya—     

"Kita harus merayakan ini!" Bu Sayuki berseru senang dengan wajah ceria. "Ayo, Runa sayank, minta ke lelaki ini untuk mengadakan pesta kecil-kecilan untuk pertemuan kita ini!"     

—bahwa ibunya seseorang yang materialistis.     

Maka, tak ada pilihan bagi Runa selain mengatakan pada Zaidan Al Faiz dalam bahasa Inggris bahwa ibunya berpendapat bahwa ini merupakan pertemuan yang baik dan harus dirayakan.     

"Tentu saja! Ayo kita rayakan!" seru Zaidan Al Faiz dengan wajah seceria Bu Sayuki.     

Tak membutuhkan waktu lama bagi mereka semua mendatangi sebuah restoran mahal dan menempati ruangan private-nya. Meja pun dipenuhi oleh hidangan mahal dan enak, berikut dengan champagne karena temanya adalah perayaan.     

"Aku ingin wine!" teriak Tomoda senang. "Yang paling mahal, boleh?"     

Runa agak malu ketika menyampaikan keinginan kakaknya ke Zaidan Al Faiz. Namun, lelaki Timur Tengah itu mengangguk begitu saja. "Berikan apa yang dia mau! Pelayan, bawa wine termahal di sini!"     

Ketika disampaikan ke Tomoda, lelaki benalu itu sangat bersuka-cita. "Runa, kau hebat sekali mencari selingkuhan! Aku restui selingkuhanmu yang ini!"     

Mata Runa mendelik. Seenaknya saja kakaknya bicara. Selingkuhan. Huh! Tapi, memang itu kenyataannya, kan? Saat ini bukankah dia sedang berselingkuh dengan Zaidan Al Faiz?     

Senyum cerah Bu Sayuki terus saja terbit tanpa ada tanda-tanda redup ataupun tenggelam. "Runa sayank, omongan kakakmu benar! Kau memang pandai mencari selingkuhan. Ibu sungguh merestui juga kau dengan si pangeran ini."     

"Bu, jangan begitu. Aku merasa tak enak jika ini terus dikatakan sebagai selingkuh." Runa meringkuk malu.     

"Ehh? Kenapa tak enak? Ohh, atau bagaimana jika kau ganti tunangan saja? Ibu lebih setuju dengan yang ini. Nah, kau tunangan saja dengan si pangeran. Lepaskan saja Zuko. Dia tak berguna!"     

"Bu … jangan bicara begitu mengenai Zu-nii."     

"Memang kenyataannya begitu, kan? Mana pernah dia mengajak kita makan di tempat semewah ini? Apalagi membelikan kita baju yang mahal."     

Runa terdiam, tak berani menyahut ibunya meski dia gatal ingin mengingatkan sang ibu mengenai berapa kali sudah Zuko membayarkan hutang sang ibu dan kakaknya. Tapi, rasanya percuma saja mengingatkan mereka mengenai itu.     

Malam itu, merupakan malam pertama bagi Bu Sayuki dan kedua anaknya makan enak di restoran mewah menggunakan private room pula! Berasa bagaikan keluarga sultan saja.     

Inilah kenapa Bu Sayuki dan Tomoda membiarkan begitu saja ketika Runa dibawa Zaidan Al Faiz ke mobil pribadinya, sedangkan mobil lain mengantarkan Bu Sayuki dan Tomoda kembali ke apato Reiko.     

Tak lupa Bu Sayuki melambai penuh semangat ke mobil yang membawa putrinya. Lalu, Beliau menoleh ke putranya dan berkata, "Sepertinya kita akan hidup enak serta makmur setelah ini."     

"He he he, benar sekali, Bu! Kita harus bersiap-siap jadi milyuner." Tomoda tentu saja gembira bukan main, membayangkan sebentar lagi mungkin dia bahkan memiliki yacht pribadi. Kira-kira nama untuk yacht-nya apa yah nanti?     

Plak!     

"Aduh! Ibu, kenapa memukulku?" Tomoda mengelus belakang kepalanya yang ditampar ibunya.     

"Kapan kau bisa mencari pasangan kaya seperti adikmu, hah?" Mata Bu Sayuki melotot gemas ke putra sulungnya.     

"Duh, Bu, untuk mencari wanita kaya, tentu aku harus terlihat kaya dulu. Sabarlah, Bu. Pasti akan ada saatnya aku membawakan menantu milyuner untukmu, Bu, he he he …."     

"Sebelum itu, bereskan dulu muka jelekmu itu, huh!"     

"Tsk, Bu … kenapa malah mengejek mukaku? Ini hanya karena jarang dirawat saja, kok! Sebentar lagi juga pasti wajahku akan berkilau dan memukau banyak wanita, Bu. Tunggu saja uang dari si pangeran."     

Sementara Bu Sayuki dan Tomoda masuk ke mobil untuk mengantar mereka kembali ke apato, Runa sudah dibawa ke hotel sebelumnya tempat Zaidan Al Faiz menginap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.