Inevitable Fate [Indonesia]

Kacau



Kacau

0Runa sangat terkejut ketika melihat ibunya sudah berada di ambang pintu kamarnya yang terbuka. Dari apa yang dikatakan Bu Sayuki, menyiratkan dengan jelas bahwa Beliau mendengar apa yang Runa katakan pada Reiko.     
0

"I-Ibu, kenapa Ibu ada di situ?" Runa bertanya dengan nada gugup, sama sekali tidak menyangka ibunya akan membuka pintu dan mencuri dengar. Dia merasa sangat lengah, sangat teledor, hingga ibunya bisa mendengar ucapannya.     

"Sekarang, yang terpenting adalah bukan kenapa Ibu ada di sini, Runa sayank …." Bu Sayuki berjalan pelan dengan wajah tersenyum penuh makna, seakan singa yang mendekati mangsanya yang sudah terpojok. "… tapi kenapa bisa suami dari temanmu itu berselingkuh dengan mantan istrinya."     

Runa menggelengkan kepalanya. "Bu, belum ada bukti kalau Tuan Ryuu berselingkuh. Ibu lebih baik jangan menyimpulkan sembarangan."     

"Bukti? Kenapa harus mencari bukti jika pertemuan itu sendiri adalah bukti?" Bu Sayuki semakin dekat ke Runa dengan senyum iblisnya.     

"Yah, karena siapa tahu mereka bertemu untuk urusan bisnis." Runa masih berusaha membuat ibunya tidak berpikir macam-macam.     

"Urusan bisnis? Dengan mantan istri? Mana ada, Runa sayank." Bu Sayuki mengibaskan tangannya seakan sedang menepis ucapan Runa. "Sudah jelas bahwa pria kaya memang susah setia dengan istrinya, secantik dan semenarik apapun si istri."     

"Ibu, jangan menuduh dulu."     

"Bukankah kamu sendiri memberitahu temanmu karena kau khawatir temanmu dikhianati suaminya, kan?"     

Runa menelan saliva tanpa sadar mendengar kalimat ibunya. Rupanya sang ibu mendengar banyak dari pembicaraannya dengan Reiko. Kalau sudah begini, sepertinya akan sulit untuk meredam sang ibu.     

"Kenapa, Nak? Bukankah perkataan Ibu benar? Suami temanmu akhirnya selingkuh setelah dia lelah ditinggal terus oleh temanmu yang katanya sedang menjadi orang terkenal itu." Bu Sayuki seakan mendapatkan amunisi untuk menyerang Reiko melalui perkataannya.     

"Ibu jangan menyalahkan Rei-chan."     

"Dan kau masih saja membela teman hebatmu itu setelah dia begitu? Dari nada suaramu tadi sepertinya kau kesal karena dia, ya kan?"     

"Ibu, bukan begitu."     

"Apakah kalian sering mengobrol sejak dia jadi orang terkenal?"     

"Bu, jangan—"     

"Kau masih membela dia sementara dia sudah melupakanmu demi karir barunya? Kau yakin kau masih manusia? Belum jadi malaikat, Runa?"     

"Bu …."     

"Kapan terakhir dia menghubungimu? Justru kau yang berulang kali menghubungi dia terlebih dahulu, kan? Jangan anggap ibumu tidak tahu apa-apa yang terjadi, Runa. Kau terlalu menyepelekan ibumu, ck ck ck …."     

Runa sampai tak bisa berkata-kata lagi. Ini dimanfaatkan ibunya untuk terus mencecarkan dengan ucapan-ucapan yang menghasut dimana Bu Sayuki bisa memasukkan stigma-stigma dia mengenai Reiko.     

Runa terdiam mendengarkan semua celotehan ibunya tanpa bisa melawan. Sedikit banyak, Runa menyadari bahwa apa yang dikatakan ibunya ada benarnya meski tidak seluruhnya.     

Setidaknya, sang ibu benar bahwa Reiko sekarang seperti melupakan dia demi karir barunya. Dia akui, itu membuat dia kecewa, meski berusaha untuk memahami kesibukan Reiko.     

"Bayangkan, suami sebaik dan setampan Tuan Ryuu itu terus dan terus saja diabaikan, ditepikan, ditinggalkan hanya demi karir menjadi seorang penghibur? Huh! Ibu justru tidak merasa dia hebat hanya karena dia jadi seorang penghibur. Bukankah itu pekerjaan rendahan? Ibu merasa pekerjaanmu yang karyawati kantor itu lebih terhormat ketimbang penghibur."     

"Bu …."     

"Temanmu itu, Runa, bukan hanya menyingkirkan suaminya, tapi juga teman yang telah banyak membantunya di saat dia susah. Apa dia lupa dia menumpang berapa kali di rumah kita dulunya ketika dia ditolak oleh saudara-saudaranya sewaktu dua orang tuanya meninggal. Dan dia bisa-bisanya sekarang mengabaikan kamu?"     

"Ibu …."     

"Jangan kau pikir Ibu tidak tahu kalau kau pernah menghubungi dia dan dia tidak meresponmu. Ibu tahu, Runa, Ibu tahu. Dan kau masih ingin membela orang yang sudah berlaku begitu kepadamu?"     

Sore itu, Runa hanya bisa terdiam saja ketika ibunya terus memberikan cecaran mengenai Reiko.     

.     

.     

Sementara itu, Reiko yang tadi mendengar ucapan Runa mengenai suaminya pergi ke Eropa untuk menemui mantan istrinya, itu sungguh membuat dia terguncang.     

Mantan istri. Mantan istri!     

Bukannya dia tidak tahu bahwa dia bukan istri pertama Nathan Ryuu, dia jelas sudah pernah mengetahui mengenai ini. Dia tahu dia bukan yang pertama. Tapi, yang menjadi pertanyaan dan kegelisahannya adalah … untuk apa suaminya menemui wanita itu lagi setelah mereka bercerai? Untuk apa? Apakah wanita itu begitu berharga bagi Ryuu hingga harus ditemui lagi? Bahkan ketika wanita itu berada di Eropa yang sungguh jauh dari Jepang?     

Reiko sudah pernah diberikan cerita mengenai wanita itu yang bernama Ruby. Nathan Ryuu juga sudah mengatakan banyak hal mengenai Ruby dan kenapa mereka bercerai. Tapi … kenapa suaminya masih harus menemui wanita itu?     

Otak Reiko terus memproses hal mengenai apa yang dia ketahui tentang Nathan Ryuu.     

"Rei! Fokus! Kau terlalu lambat tempomu!" Suara kencang dari teriakan Mio sebagai pelatih dance Synthesa membuat Reiko tersadar.     

Dia saat ini sedang berlatih dance, tepat setelah dia ditelepon oleh Runa yang mengabarkan mengenai suaminya. "O-Ohh, maaf, Mio-san!" Reiko segera melakukan ojigi ke Mio.     

"Oke, kita ulang lagi!" Mio segera menepukkan dua tangannya beberapa kali dan lagu pun kembali diputar ulang dari awal dan anggota Synthesa pun kembali menari dari awal pula.     

Namun, beberapa menit berikutnya, lagi-lagi suara Mio terdengar, "Rei! sekarang bukan waktunya gerakan Isolation kenapa kau malah diam saja di tempat?"     

"H-Hah?" Reiko segera tersadar dan agak gelagapan ketika menjawab Mio. Wajahnya terkesiap dan menatap pelatih dance-nya sebelum dia mengarahkan pandangan ke arah teman-teman grupnya dengan perasaan bersalah.     

Teman-teman grupnya juga menatap Reiko dengan wajah heran. Pastinya di benak mereka tersumpal pertanyaan yang sama, ada apa dengan Reiko yang biasanya paling fokus dan cepat menangkap gerakan koreografi.     

"Rei, sepertinya kau harus mendinginkan dulu kepalamu di sudut lain atau tempat lain." Mio membuat keputusan untuk Reiko.     

Sudah pasti Reiko tidak mungkin tidak mematuhinya. Dia pun keluar dari ruang latihan dance dan mencari tempat sunyi di dekat ruangan tersebut.     

Sementara di ruang latihan, Tami dan yang lainnya menatap bingung sekaligus cemas untuk Reiko. Baru kali ini Reiko bertingkah seperti demikian.     

"Sepertinya ada permasalahan berat yang sedang dipikirkan Rei-chan," bisik Aoi dan diangguki lainnya.     

Reiko mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mencoba menghubungi suaminya, namun ternyata tidak juga dijawab oleh yang dia tuju. Ini membuat dia semakin merasa kalut.     

Betapa saat ini Reiko membutuhkan jawaban dari suaminya. Kenapa Nathan Ryuu malah tidak merespon panggilan teleponnya disaat dia sedang benar-benar membutuhkan sang suami? Memangnya sedang berada di mana suaminya?     

Tidak, Reiko tidak ingin berpikiran buruk mengenai Nathan Ryuu. Tapi, kenapa juga mendadak saja bayangan mengenai wanita bernama Lizden Kizo muncul.     

Apakah Nathan Ryuu menemui Lizden Kizo lagi? Apakah suaminya bahkan masih menemui wanita itu di belakangnya?     

Reiko akui, dia memang sedikit mengabaikan Nathan Ryuu semenjak debut hingga kini dengan banyaknya jadwal promo di mana-mana. Dia bertanya-tanya, apakah suaminya kecewa dan mencari pelampiasan di luar?     

Bingung, Reiko pun menangis sambil mengatupkan dua tangan di muka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.