Inevitable Fate [Indonesia]

Ohh Astaga, Tidak Kusangka



Ohh Astaga, Tidak Kusangka

0Pagi harinya, Zuko pergi untuk menyertai Nathan Ryuu seperti biasanya. Sedangkan Runa masih berada di rumah tunangannya, ingin bermalas-malasan karena ini merupakan akhir pekan, dia tidak ke kantor.     
0

Namun, Runa malah nampak tidak tenang. Ini diperhatikan oleh ibunya, Bu Sayuki.     

"Runa, kenapa kau malah mondar-mandir saja dari tadi? Ada apa?" tanya Beliau pada putrinya. Dia memang tinggal bersama putri dan calon menantunya sejak rumahnya terambil oleh renternir akibat tak bisa melunasi hutang.     

"Ohh, tidak apa-apa, Bu." Runa menjawab sambil menghentikan langkahnya.     

"Kalau tidak apa-apa kenapa wajahmu seperti orang panik begitu?" Bu Sayuki makin curiga bahwa putrinya menyembunyikan sesuatu darinya.     

"Sungguh, tidak ada apa-apa, Bu." Runa mencoba senormal mungkin memberikan ekspresi ditambah dengan senyum singkat. "Ini … hanya sedang bingung," ucapnya.     

"Bingung? Bingung kenapa?" Bu Sayuki makin tertarik ingin tahu.     

"Etto … um, aku mendapatkan voucher untuk pijat relaksasi—"     

"Apakah Ibu juga dapat?" potong Bu Sayuki cepat.     

"Ahh, iya, Zu-nii juga memberikan untuk Ibu." Untung saja tunangannya benar-benar memberikan 2 voucher kepadanya karena mungkin Zuko tahu bahwa sang calon mertua sering tak mau kalah dalam hal apapun.     

"Wah! Pijat! Ayo, ayo! Jangan bingung lagi dan lekas bersiap ke sana!" Bu Sayuki langsung saja bersemangat. "Mumpung tubuh Ibu pegal-pegal butuh dipijat!"     

Maka, siang itu pun dihabiskan Runa bersama ibunya di tempat pijat spa dan relaksasi.     

Runa sebenarnya menyimpan pikiran bingung mengenai apa yang calon suaminya katakan semalam.     

Nathan Ryuu pergi ke Eropa untuk menemui mantan istrinya! Betapa hal itu sangat mengejutkan bagi Runa yang selama ini mengira bahwa sahabatnya, Reiko, merupakan istri pertama bagi pria itu.     

Ternyata Tuan Muda Onodera sudah pernah menikah sebelumnya. Dan yang terburuk dari apa yang sedang dipikirkan oleh Runa adalah kenapa lelaki itu pergi menemui mantan istrinya? Kenapa? Ada apa?     

Inilah yang mengganggu Runa sejak tadi. Ia antara kasihan dan heran dengan Reiko. Apakah sahabatnya itu mengetahui ke mana suaminya pergi beberapa hari silam? Runa tak tahu apakah dia harus mengatakan ini ke Reiko atau tidak.     

Sungguh sebuah dilema.     

Jika memang Nathan Ryuu merupakan pria yang buruk, bukankah dia harus lekas memberitahu Reiko sebelum sahabatnya itu terluka lebih dalam?     

"Runa! Hei, kenapa kau malah diam saja sejak tadi?" Bu Sayuki menoleh ke samping saat mereka sudah berbaring di bersisian di ruang pijat.     

"Ohh, ada apa, Bu?" Runa kaget karena ibunya membuyarkan lamunannya. Padahal sejak tadi sang ibu sibuk berceloteh pada pemijatnya mengenai ini dan itu, membicarakan kekayaan calon menantunya ataupun putrinya yang bekerja di tempat hebat.     

"Kau ini, kenapa sepertinya diam. Apa kau sedang melamun?" tanya Bu Sayuki sambil terus menikmati pijitan dari si pemijat.     

"Ahh, aku mungkin hanya sekedar mengantuk, Bu. Pijatannya sangat enak," elak Runa sambil menoleh ke arah pemijatnya yang tersenyum mendapatkan pujian.     

Usai pijat, dua ibu dan anak itu pun mampir sebentar ke butik atas permintaan Bu Sayuki. "Ibu ingin lihat, apakah ada mode baru lagi di butik ini."     

Runa tak bisa melawan dan diam saja sambil membiarkan sang ibu mulai memilih-milih baju. Ia malah duduk di sofa tunggu dan memainkan ponselnya daripada pikirannya terus kacau karena mengetahui 'rahasia' Nathan Ryuu.     

Ia masih merasakan dilema, harus mengatakan ke Reiko atau tidak. Tapi, Zuko sudah terus mewanti-wanti dia untuk tidak mengungkap ini ke siapapun, terutama pada Reiko.     

Tapi … alangkah tidak adilnya jika Reiko ternyata tidak mengetahui apa yang dilakukan suaminya di belakang, kan?     

Karena itu, ketika mereka tiba di rumah Zuko pada sore harinya, Runa lekas masuk ke kamar pribadi Zuko untuk menghubungi Reiko. Dia sudah memutuskan secara bulat akan memberitahu Reiko. Sahabatnya itu harus mempersiapkan diri untuk apapun yang terburuk di rumah tangganya.     

Telepon tersambung tak berapa lama setelah Runa menunggu.     

"Moshi moshi, Runa-chan …," sapa Reiko di seberang. Ini kebetulan sedang sesi rehat latihan selama beberapa waktu sehingga dia bisa menerima telepon.     

"Rei-chan … kau sibuk?" Runa ingin memastikan dulu dia bisa bicara santai dengan Reiko tanpa terburu-buru.     

"Ohh, ya, kebetulan aku sedang rehat, tapi nanti setelah petang akan lanjut latihan lagi." Reiko tidak menutupi mengenai jadwalnya hari itu. "Ada apa, Ru-chan?"     

"Bagaimana grupmu?" Runa ingin berbasa-basi dulu beberapa saat sebelum ke intinya.     

"Synthesa baik-baik saja dan kami semakin bersemangat setiap tampil di depan penggemar."     

"Ohh, syukurlah kalau grupmu baik-baik saja. Apakah teman grupmu baik padamu?"     

"Tentu saja. Mereka sangat menyayangiku. Yah, kami saling sayang dan saling dukung di sini. Aku benar-benar beruntung memiliki teman seperti mereka."     

"Oh ya, sepertinya kau jarang pulang ke penthouse karena kegiatan Synthesa, yah!"     

"Um, yah … memang begitu, dan aku juga menyesal karena meninggalkan Ryuu hampir setiap hari. Apalagi ketika Synthesa harus promo ke luar Tokyo."     

"Ohh, begitu rupanya. Rei-chan …."     

"Ups, Ru-chan … sepertinya aku harus kembali lagi ke ruang latihan. Apakah ada hal lain yang ingin kau sampaikan?"     

"Rei-chan, tidak bisakah kita berbincang sebentar lagi."     

"Ada apa, Ru-chan? Apakah ada hal penting?"     

"Mungkin ini penting bagimu."     

"Bisakah nanti saja? Aku benar-benar harus kembali ke ruang latihan."     

"Rei-chan, tidak bisakah kau memperhatikan hal di luar kegiatan idolmu?"     

"Maksudmu, Ru-chan?"     

"Tidak bisakah kau lebih memperhatikan suamimu selain hanya urusan idolmu saja?"     

"Hee? Apa maksudmu, Ru-chan? Kenapa kau malah berkata seperti itu?"     

"Memangnya kau mengerti apa saja yang dilakukan suamimu di luar?"     

"Ru-chan, kenapa kau malah bicara mengenai Ryuu seperti itu?"     

"Aku mengatakan ini karena aku khawatir padamu, tapi sepertinya kau sendiri malah tidak mengkhawatirkan apapun. Kau sekarang selalu menomorsatukan kegiatan idolmu dan lupa akan tugasmu sebagai istri."     

"Ru-chan, kenapa kau malah bicara seperti itu padaku?"     

"Rei-chan, apa kau tahu ke mana suamimu kemarin lalu?"     

"Dia? Dia ke Eropa."     

"Dan tahukah kau, dia di Eropa menemui siapa?"     

"Ehh?"     

"Lihat, kau terlalu sibuk dengan dirimu sendiri sampai tak tahu apa-apa mengenai suamimu."     

"Ru-chan, aku sedikit tak menyukai caramu berbicara."     

"Aku begini untuk kebaikanmu, Rei-chan. Kau terlalu tenggelam dan asyik dengan Synthesa sampai tak tahu suamimu pergi ke mantan istrinya!"     

Reiko di seberang sana membeku mendengar ucapan Runa. "A-Apa tadi yang kau katakan, Ru-chan?"     

Runa mengatur napasnya yang sempat tersengal-sengal karena terbawa emosi. "Maafkan aku berkata seperti tadi, Rei-chan. Aku hanya tidak ingin kau dibohongi ataupun dikecewakan oleh orang yang kau percaya dan kau cintai."     

"Ryuu … Ryuu apa?"     

"Suamimu pergi ke Eropa untuk bertemu dengan mantan istrinya. Hanya itu yang bisa aku katakan padamu, dan aku mengetahuinya dari Zu-nii yang mendampingi suamimu di Eropa. Aku ingin kau tahu ini agar kau bisa lebih membuka mata dan tidak terlalu larut pada kegiatan idolmu melulu. Aku tidak ingin sahabatku dipecundangi orang lain, meski itu bos besarku sendiri. Aku lebih memilih kau ketimbang bosku."     

Reiko membeku. Namun, ia kemudian berkata, "Aku harus pergi sekarang, Ru-chan, maaf." Dan telepon pun diputus sepihak oleh Reiko.     

"Rei? Rei-chan? Rei-chan!" panggil Runa berulang kali dan kemudian dia pun yakin sambungan telah diputus oleh sahabatnya.     

"Oh astaga …." Terdengar suara di ambang pintu. "Tidak kusangka …."     

Saat Runa terkejut dan menoleh ke pintu, di sana berdiri ibunya dengan kepala menggeleng berulang kali seolah sedang menyesali sesuatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.