Inevitable Fate [Indonesia]

Menyindir Synthesa



Menyindir Synthesa

0Reiko mungkin tidak akan menyangka bahwa teman yang dulu pernah satu grup di kegiatan utaite di kanal Yutub akan berubah menjadi pahit terhadap dia hanya karena Reiko berhasil lolos audisi, menjadi trainee dan akhirnya debut dengan gemilang.     
0

Dia adalah Zephir, gadis berusia 17 tahun yang kini tergabung dalam grup idol remaja Chic7.     

Nampaknya, teman-teman Zephir di Chic7 pun sama-sama tidak menyukai Synthesa dan mengolok-olok dengan menyebut grup tante-tante.     

Rupanya ini yang turut ditularkan mereka secara halus dan tersamar kepada para penggemar mereka melalui slogan grup mereka: "Kami muda dan belia, memberikanmu impian masa muda!"     

Tak hanya itu saja, melalui ajang promo Chic7, mereka selalu berpakaian pendek dan terkadang memberikan penampilan bagaikan Lolita gothic yang ceria.     

"Apa konsep grup kalian?" tanya seorang wartawan di acara jumpa pers grup Chic7.     

"Sudah pasti, sesuai dengan usia kami, kami membawa napas dan semangat muda yang penuh akan keceriaan dan vitalitas!" ucap Alexa sebagai leader yang ditimpali sorakan imut dari anggota Chic7 lainnya.     

"Ohh, apakah itu sebabnya kalian sering berpenampilan Lolita dan selalu memakai rok pendek?" tanya wartawan lainnya.     

"Yah, sebagai remaja yang baru mekar dan penuh semangat muda, tentu saja kami juga menampilkan semangat itu melalui penampilan kami layaknya remaja yang masih segar dan penuh antusias menapaki dunia." Bee, salah satu anggota menjawab pertanyaan wartawan itu dan direspon anggukan semangat oleh rekan dia yang lainnya beserta senyum sumringah masing-masing dari mereka.     

"Kami ingin memberikan nuansa muda belia yang menyegarkan dan sekaligus lebih memikat." Flo menambahkan.     

"Kami yang muda ini ingin menularkan semangat muda kami untuk kalian semua. Tolong dukungannya kepada kami." Denisa juga ikut bicara.     

"Saat ini debut kalian cukup berdekatan dengan grup lain, seperti Synthesa, misalnya. Apakah ini memang kebetulan ataukah disengaja?" Salah satu wartawan bertanya dengan topik tajam.     

"Kami hanya mengikuti apa kata agensi, dan mungkin hanya sebuah kebetulan jika debut kami hanya berjarak beberapa bulan dari grup lain. Tapi, setidaknya kami menawarkan wajah belia yang segar kami untuk kalian nikmati di layar." Lyona yang menjawab pertanyaan itu dan diangguki anggota lainnya.     

"Sepertiya kalian sudah siap untuk bersaing dengan grup-grup idol sebelum kalian," ucap wartawan lainnya.     

"Tentu saja! Kami sangat percaya diri musik kami bisa diterima dan juga semangat remaja kami ini tidak mudah padam." Zephir menambahkan.     

Di tempat lain, di dorm milik G&G, Aoi dan anggota Synthesa lainnya menonton jumpa pers yang ditayangkan di televisi itu dengan kening berkerut.     

"Kenapa aku merasa sepertinya mereka sedang meledek kita, yah!" Aoi memperdalam kerutan pada keningnya.     

"Tentu saja! Tak sadarkah kalian kalau mereka sedang meledek kita hanya karena kita debut di usia 20." Rurika yang tahun ini sudah mencapai usia 20 pun bersungut-sungut ketika menimpali Aoi.     

"Hei, jangan terlalu berpikir buruk begitu." Tami sebagai leader mencoba untuk meredakan kekesalan anggotanya. "Mungkin memang itu gaya mereka dalam menampilkan konsep dan jati diri mereka."     

"Ya, jati diri jalang-jalang kecil!" Rurika menyambar dengan muka masam.     

"Ruri-chan, jangan terlalu menyengat begitu kalau bicara, nanti bisa berakibat buruk kalau terdengar ke luar." Tami memperingatkan.     

"Aku setuju dengan Ruri-chan!" Aoi langsung merangkul bahu Rurika meski harus kecewa karena segera ditepis empunya bahu. "Mereka memang sengaja menyindir kita dan usia kita! Huh! Mereka pikir mereka akan menang segalanya hanya karena mereka lebih muda? Jangan pikir orang hanya memandang dari itu saja! Dasar gerombolan picik!"     

"Sudah, sudah, Aoi. Jangan bicara begitu. Biarkan saja kalau memang mereka ingin meledek kita atau tidak. Yang penting, kita tingkatkan saja grup kita." Yuka menengahi sebelum Aoi benar-benar meluapkan emosinya.     

Sementara itu, Tami melirik Reiko yang terdiam sejak tadi. Ingin bertanya sesuatu pada gadis itu, tapi dia urung dan membiarkan saja Reiko tetap diam meski wajahnya terlihat rumit.     

.     

.     

"Yoko, kau yakin Zephir tidak kenapa-kenapa?" tanya Reiko pada mantan teman grup utaitenya, Yoko. "Hingga sekarang dia tidak juga mengangkat telepon dariku. Kenapa, ya?"     

"Aku sendiri tak mengerti, ReA. Padahal dia beberapa kali mengangkat telepon dariku, kemarin dan tadi siang." Yoko membalas dengan nada bingung.     

"Bisakah kau tanyakan kepada Zephir kenapa tidak mengangkat teleponku jika nanti kau bertelepon lagi dengannya?" Reiko masih berharap. Dia tidak ingin hubungan baik yang pernah terjalin antara mereka menjadi hambar dan akhirnya pahit.     

"Ya, nanti akan aku coba tanyakan kepada dia mengenai itu." Yoko berjanji. Lalu dia bertanya hal lainnya, "Oh ya, ReA, benarkah grupmu sudah masuk ke tangga lagu Billboard?"     

"Ahh, ya, itu memang sebuah hal yang sangat mengejutkan bagi kami sendiri. Tapi peringkat kami di Billboard masih rendah." Reiko merendah.     

"Jangan berkata begitu. Sudah bisa masuk ke chart Billboard saja sudah merupakan hal besar bagi musisi. Bersyukurlah dan terus berusaha untuk yang terbaik." Yoko menimpali.     

"Ahh, ya, tentu saja kami sangat bersyukur dan ingin melakukan yang lebih baik lagi."     

"Baguslah kalau begitu. Ohh, kapan kalian mengadakan konser?"     

"Ahh, sepertinya untuk konser masih terlalu dini untuk membicarakan itu karena kami baru memiliki lagu debut."     

"Belum akan comeback?"     

"Mohon doanya saja, yah! He he he …."     

"Tentu, ReA. Doa terbaik untuk kalian semua yang sedang berjuang! Bagaimana pun juga, sebagai teman kalian, aku sangat senang dan bangga melihat kau dan Zephir kini menjadi seorang idol. Aku sampai terus berkoar-koar pada teman dan kerabatku bahwa kalian adalah temanku, walau kadang ada yang tak percaya, ha ha ha!"     

Reiko berbincang beberapa saat lagi dengan Yoko mengenai hal ringan lainnya sebelum akhirnya menyudahi pembicaraan di telepon.     

Ketika Reiko meletakkan ponselnya di meja nakas, dia menghela napas tanpa disadari.     

"Kenapa, sayank?" tanya Nathan Ryuu sambil mendekat ke istrinya. Tangannya segera menggapai bahu Reiko untuk memijit pelan di sana.     

"Hm … tidak apa-apa, Ryuu. Hanya merasa senang saja berbincang dengan teman lama." Reiko tidak ingin suaminya khawatir dan mencuatkan senyuman agar Nathan Ryuu tenang.     

"Kau yakin baik-baik saja?"     

"Ya, Ryuu. Mungkin hanya sedikit lelah karena sebentar lagi kami akan memproses lagu baru, kami akan comeback."     

"Wah, cukup cepat juga comeback kalian, yah!"     

"Umh!" Reiko mengangguk tegas. "Agensi ingin vibe debutnya tidak lekas menghilang.     

"Aku yakin Synthesa pasti akan semakin meroket, sayank."     

"Terima kasih, Ryuu atas doamu. Tapi, apakah tidak apa-apa jika nantinya aku semakin terkenal, kita akan lebih susah berjumpa."     

"Jangan khawatir, aku bisa menunggumu." Nathan Ryuu memberikan senyum untuk menenangkan istrinya.     

"Oh ya, Ryuu, bagaimana dengan Magnifico? Kau sekarang yang mengelolanya, kan?" Reiko menyamankan duduknya sambil masuk ke pelukan suaminya.     

"Ya, Magnifico masih baik-baik saja, sayank. Kenapa?"     

"Tidak, Ryuu, aku hanya bertanya."     

.     

.     

Di tempat lain, Runa baru saja melayani Zuko di tempat tidur. Mereka berlumur peluh di sekujur tubuh polos mereka.     

"Aahh … rasanya lelah." Runa menarik selimut dan bersiap untuk tidur.     

"Kau lelah? Bagaimana kalau besok aku berikan voucher pijat relaksasi?" Zuko ikut masuk ke dalam selimut.     

"Hm, sepertinya itu akan sangat menyenangkan. Terima kasih, Zu-nii." Runa menatap tunangannya dan memberikan kecupan singkat pada pipi Zuko. "Oh ya, Zu-nii, sebenarnya kau kemarin ke mana, sih? Eropa, kan? Apakah ke London? Paris?"     

"Ahh, bukan. Hanya ke desa terpencil di Swedia." Zuko merebahkan diri dengan nyaman, bersiap menutup mata.     

"Ehh? Kenapa malah ke desa terpencil? Menemui siapa?"     

"Ahh, hanya bertemu wanita dan lelaki."     

"Wanita dan lelaki?" Runa mendadak tertarik. Ia menaruh dagunya di dada Zuko. "Siapa?"     

"Hanya orang lama."     

"Siapa itu?"     

Melihat mata penuh penasaran Runa, Zuko jadi bimbang dan merasa bersalah karena terus menjawab, "Mantannya bos."     

"Hah?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.