Inevitable Fate [Indonesia]

Berkisah Panjang



Berkisah Panjang

0Meski dulunya Vince Hong dan Nathan Ryuu bekerja sama dengan baik untuk menumbangkan Jordan Yeoh dan Eva Lee serta menundukkan kekuasaan Onodera Shigeru, tapi sikap posesif Tuan Muda Hong masih kental terhadap Ruby.     
0

Terutama terhadap Nathan Ryuu yang pernah menikahi Ruby dulunya. Tuan Muda Onodera merupakan ancaman terbesar bagi Vince Hong.     

Kali ini, Vince Hong masih juga kukuh mengusir Nathan Ryuu. Namun, istrinya malah menahan.     

"Vin, Ryuu sudah jauh-jauh datang kemari, kenapa harus mengusir dia?" Suara lembut merayu Ruby berusaha melelehkan kerasnya hati Vince Hong.     

"Ru, aku tak mau dia berlama-lama di sini," kilah Vince Hong dengan wajah mengiba ke Ruby.     

"Tidak akan lama, jangan khawatir." Nathan Ryuu menimpali.     

"Ryuu, ayo masuk dulu. Tak baik terus berada di teras begini." Tidak menggubris keluhan suaminya, Ruby malah mengajak Nathan Ryuu untuk bergegas duduk di dalam saja.     

Wajah cemberut Vince Hong hanya diberi respon senyum nakal Nathan Ryuu. Mereka berdua benar-benar seperti anak kecil jika bertemu.     

Para tamu pun dipersilahkan masuk, namun hanya Nathan Ryuu yang masuk ke ruang tamu, sedangkan Zuko dan Azuma duduk di teras, menunggu majikan mereka.     

"Ryuu, istrimu cantik sekali, dan masih sangat muda, kan?" Ruby duduk di samping suaminya di sofa panjang.     

"Tentu. Dia masih 23 tahun," jawab Nathan Ryuu seraya melepas kancing jasnya agar bisa duduk nyaman.     

Ketika Ruby menyalakan lampu, kini terlihat dengan jelas seperti apa wajah Vince Hong. Ini membuat Nathan Ryuu terperangah dan diam membeku.     

"Vince … kau … wajahmu …." Nathan Ryuu sampai kehilangan kata-kata yang tepat untuk disampaikan mengenai wajah Vince Hong.     

Hal itu mengakibatkan sikap Vince Hong semakin gusar dalam duduknya. "Kenapa? Kalau ingin mengejek, cepat ejek saja sekarang! Kalau perlu, silahkan tertawa!" ketusnya dengan melengos ke arah lain untuk menghindari pandangan Nathan Ryuu.     

"Dikarenakan guncangan dan juga crash waktu itu, wajah Vin tergores parah." Ruby menjelaskan sembari menatap sayang suaminya. "Kami sudah mendapatkan perawatan dari dokter, namun karena agak terlambat, sehingga kurang maksimal dan ternyata masih meninggalkan bekasnya." Jemari lentiknya mengusap lembut bekas luka yang memanjang di pipi Vince Hong. "Meski begitu, hal ini sama sekali tidak merubah cintaku padanya. Cintaku masih tetap sebesar sebelumnya, tidak berbeda apalagi berkurang."     

Melihat istrinya tersenyum sembari mengelus bekas lukanya yang sangat buruk di wajahnya, Vince Hong trenyuh. Ia menangkup telapak tangan halus Ruby dan terus mendekapnya di pipi sambil matanya terpejam. "Kita seperti Beauty and The Beast, Ru. Maafkan aku."     

Ruby semakin menghadap ke suaminya dengan tangan lain turut menangkup pipi satunya Vince Hong. "Tidak masalah, asalkan kita terus bisa bersama, maka itu akan baik-baik saja untukku."     

Mata sayu Vince Hong membuka dan mendapati tatapan sayang Ruby. "Terima kasih untuk semua pengorbananmu. Bahkan kau juga mengorbankan anakmu demi aku."     

"Anak kita. Mereka semua adalah anak kita, Vin," koreksi Ruby sambil terus tersenyum.     

"Ya, anak kita." Vince Hong mengangguk.     

Menyaksikan adegan romantis di depannya, hati Nathan Ryuu trenyuh, ada yang meleleh di dalam. "Ahh, ya, mengenai River … aku pernah mengunjunginya dua tahun lalu di Indonesia. Raven juga."     

"Ahh, bagaimana dia saat itu?" Mata Ruby beralih ke Nathan Ryuu, membawa kerinduan pada sosok yang sedang dibicarakan.     

"River menjadi kakak yang sangat baik bagi Raven. Kehidupan mereka sangat baik di Indonesia, kalian tidak perlu khawatir mengenai itu." Kemudian, Nathan Ryuu memberikan informasi apa adanya mengenai perjalanan dia ke Indonesia beberapa waktu silam sebelum dia bertemu Reiko.     

Mendengar cerita dari mantan suaminya, Ruby merasakan matanya basah, dia semakin rindu pada sang putra. "Sayang sekali aku tak mungkin menemuinya." Ia menggelengkan kepala.     

"Apakah Ben Hong melarang kalian?" duga Nathan Ryuu.     

Ruby mengangguk dan tertunduk sambil perlahan mengusap ujung kelopak mata yang basah. "Ya, Ben menghukum kami dengan cara kami tidak diperbolehkan keluar dari sini dan tak boleh menemui River dan Raven."     

"Rupanya begitu." Nathan Ryuu manggut-manggut paham. Dia bisa memahami perasaan Benetton Hong, ayah dari Vince yang pernah menjadi suami pertama Ruby.     

Ben Hong sudah pasti merasa sakit hati luar biasa setelah mengetahui pengkhianatan istri barunya. Terlebih, itu dilakukan oleh putra kesayangannya. Hal demikian merupakan pukulan dobel yang sangat telak untuk Beliau.     

Tak heran jika Ben Hong membuat penghakiman bagi Vince Hong dan Ruby dengan cara 'dimatikan' dan tidak boleh muncul di muka publik. Harus diam sembunyi karena sudah dianggap mati oleh dunia, dan tidak boleh bertemu anak-anak mereka.     

Meski sakit hati Ben Hong luar biasa, namun lelaki itu masih memiliki nurani dengan tidak benar-benar membunuh keduanya di pesawat jet pribadi saat itu. Dia hanya membuat scenario kematian palsu untuk keduanya dan mengijinkan mereka menjalani hidup berdua di daerah terpencil di Swedia dan dijaga oleh beberapa pengawal Vince Hong.     

Rupanya, Ben Hong masih memegang peribahasa 'sebuas-buasnya harimau tidak akan memangsa anaknya sendiri'.     

"Aku menghargai keputusan Ben." Ruby mendongak dengan gaya gemulai, matanya berkaca-kaca dan menampakkan kecantikan berkali lipat untuknya. "Ini memang kesalahan dari kami berdua, maka dari itu sudah sepatutnya kami menerima apapun hukuman dari dia asalkan kami tidak terpisahkan."     

"Bagaimana kalau aku bantu agar River dan Raven datang ke sini?" tawar Nathan Ryuu.     

"Jangan! Jangan, Ryuu! Sungguh, jangan! Jangan mencobai kesabaran Ben. Kami sudah rela diberi kehidupan di sini. Yang penting, kami bisa memantau kabar anak-anak kami secara diam-diam melalui Rion meski itu hanya bisa dilakukan setengah tahun sekali." Ruby mencegah agar mantan suaminya tidak perlu melakukan hal yang akan menimbulkan kemarahan bagi Ben Hong nantinya.     

Dari apa yang dituturkan oleh Ruby, terbersit kenyataan bahwa Ben Hong masih sangat ketat menjaga agar Ruby dan Vince Hong kesulitan mendapatkan informasi mengenai anak-anak mereka. Mungkin ini memang salah satu hukuman yang harus mereka jalani, entah sampai kapan.     

"Hn, baiklah kalau begitu. Ahh, bolehkah sesekali aku menghubungi kalian? Sekedar bertukar kabar atau memberi kabar mengenai River dan Raven?" Nathan Ryuu mengeluarkan ponselnya, berharap akan bisa bertukar nomor dengan Ruby atau Vince Hong.     

Kepala Ruby menggeleng. "Kami di sini tidak diperbolehkan memegang ponsel ataupun komputer. Akses kami benar-benar dibatasi. Kalau sampai dilanggar, maka yang terkena imbasnya nanti adalah para pengawal. Aku tak mau mereka jadi celaka hanya karena keegoisan kami."     

Apa yang dikatakan Ruby cukup mengagetkan bagi Nathan Ryuu. Rupanya Ben Hong sungguh ingin memenjarakan keduanya di tempat ini tanpa ada akses informasi apapun dari luar.     

"Pasti Rion sangat hati-hati saat mengirimkan kabar kepada kalian," tebak Nathan Ryuu.     

"Benar. Dia juga diawasi oleh anak buah Ben Hong, maka tak bisa bertindak gegabah untuk mengirimkan informasi kepada kami." Ruby mendesah sedih.     

Ternyata seperti inilah kehidupan yang sudah dijalani Vince Hong dan Ruby.     

"Tuan, Nyonya, sepertinya Tuan Besar Ben mengetahui kedatangan Tuan Ryuu dan sepertinya kurang menyukai hal itu." Samson masuk ke ruang tamu dan menyampaikan apa yang dia terima dari anak buah Ben Hong. "Mungkin sebaiknya Tuan Ryuu lekas pergi sebelum Tuan Besar Ben melakukan sesuatu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.