Inevitable Fate [Indonesia]

Dihadang Kelompok Bersenjata



Dihadang Kelompok Bersenjata

0Mobil mahal itu saat ini sedang melintas di sebuah daerah yang sangat asri dan indah dengan kanan kirinya terdapat rumah-rumah bergaya pedesaan klasik Eropa dengan pekarangan berbunga warna-warni yang menyegarkan mata.     
0

Nathan Ryuu tersenyum ketika melihat daerah tersebut. Ia lega bahwa 'Hana' tinggal di tempat seindah dan seasri ini.     

"Apakah ini yang dinamakan desa Tallberg?" tanya Nathan Ryuu kepada sopirnya, Azuma.     

"Benar, Tuan. Ini adalah desa Tallberg yang terkenal." Azuma menjawab tanpa melepaskan tangannya dari setir.     

"Aku sudah sering mendengar nama desa ini tapi belum pernah secara pribadi berkunjung ke sini. Sungguh desa yang menakjubkan." Pandangan mata Nathan Ryuu masih terpukau akan suasana desa yang meneduhkan mata.     

"Ini memang kerap menjadi desa yang dituju banyak wisatawan, Tuan. Tapi, meski begitu, pemerintah setempat masih tetap menjaga keaslian suasana desa seperti dulunya." Azuma menambahkan.     

"Wah, itu sungguh upaya luar biasa." Kepala Nathan Ryuu mengangguk-angguk penuh akan pujian terhadap situasi desa tersebut.     

Mobil pun terus bergerak hingga di kanan kiri tidak lagi banyak rumah tradisional seperti tadi. Ini membuat Nathan Ryuu agak bertanya-tanya.     

"Apakah ini masih jauh? Destinasi kita?" tanya Onodera muda dengan dahi mengernyit heran.     

"Beberapa mil lagi, Tuan."     

"Ohh, ternyata begitu. Sungguhkah?"     

"Ya, Tuan. Saya sudah diberi koordinat lokasinya oleh Cyclops-san."     

"Ohh, ya sudah kalau seperti itu."     

Meski hatinya masih bertanya-tanya, namun Nathan Ryuu ingin menahan diri dari terus bertanya dan hanya mengamati saja dulu.     

Mobil terus bergerak dan mulai memasuki area yang tidak memiliki rumah-rumah di kanan dan kiri seperti sebelumnya. Ini membuat Nathan Ryuu lebih bertanya-tanya, apakah tempat tinggal Hana ada di dalam hutan atau apa?     

Pertanyaan Onodera itu pun terjawab ketika mobil mulai berjalan lebih pelan ketika memasuki sebuah kawasan yang mirip hutan. Dahi Nathan Ryuu berkerut menyaksikan ini.     

Suasana benar-benar seperti di hutan dengan pohon-pohon menjulang tinggi meski tidak menutupi cakrawala sehingga hutan masih terang benderang karena cahaya matahari tidak terhalangi.     

Baru saja Nathan Ryuu hendak bertanya mengenai suasana yang aneh baginya, dia dikejutkan akan beberapa kelebat bayangan dan ….     

BRAKK!     

Ada sesuatu yang menghantam kap atas mobil itu. Apakah gerangan yang terjadi? Hewan buas kah?     

Belum selesai keterkejutan Nathan Ryuu dan yang berada di mobil, mereka masih dihadang dengan beberapa orang yang tiba-tiba saja muncul di depan mobil, memaksa mobil itu untuk mengerem dan berhenti.     

"Keluar!" Orang itu bertubuh kekar dan mengenakan topeng balaclava. Dia memegang pisau besar di tangan kanannya seakan mengancam.     

Lalu, di belakang orang tadi, ada seseorang mengenakan topeng kucing yang terlihat manis lucu menggemaskan, sungguh bertolak belakang dengan pemakainya yang memegang senapan otomatis.     

Mendadak saja, Nathan Ryuu bergegas membuka pintu mobilnya.     

"Tuan! Jangan keluar! Berbahaya!" Azuma berseru panik dan bergegas hendak menyelamatkan majikannya. Sementara itu, Zuko masih mematung di kursinya, tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Dia hanya bisa gemetaran sejak pencegatan mobil tadi.     

Namun, langkah Nathan Ryuu sudah lebih cepat dari pada teriakan Azuma. Dia sudah berada di luar mobil. Dia saling pandang dengan kedua orang yang ada di depan mobil.     

"Tuan Ryuu?" Si pemakai topeng kucing itu memiringkan kepalanya ketika orang berjas rapi di dalam mobil mewah itu keluar.     

"Ace? Ace, kan?" Nathan Ryuu mengerutkan kening dengan nada antara yakin dan tak yakin.     

"Tuan, awas!" Azuma bergegas ke tempat Nathan Ryuu, namun dari atas kap mobil, melompat seseorang yang langsung menangkap Azuma dan mengalungkan pisau militer besar ke lehernya, membuat Azuma tak berdaya.     

"Ahh, tolong, jangan sakiti anak buahku." Nathan Ryuu segera berkata pada sosok yang tadi melompat dari atas kap mobilnya.     

Lelaki bertopeng serigala yang tadi melompat dari atas kap mobil pun urung menggorok leher Azuma.     

"Anda benar Tuan Ryuu!" seru si topeng kucing seraya menanggalkan topeng tersebut. Ternyata tebakan Nathan Ryuu benar, itu sungguh adalah Ace, salah satu dari pengawal Vince Hong yang dinamai Die Hard Boys (silahkan baca Lady in Red 21+ untuk mengetahui mengenai mereka).     

Usai Ace membuka topengnya, sosok bertopeng balaclava juga menanggalkan topeng dan ada sosok Samson di sana. Kemudian, yang bertopeng serigala juga melakukan hal sama sambil melepaskan Azuma, dia adalah Wolf.     

"Kalian!" Wajah Nathan Ryuu segera berubah menjadi lega dan diliputi suka cita. Jika menemukan 3 pengawal Vince Hong, bukankah ini artinya tujuan mereka sudah tepat seratus persen!     

Sungguh beruntung Nathan Ryuu mengenali Ace. Itu karena dulu dia pernah bertemu dengan Ace ketika dia masih berkunjung ke hunian Vince Hong di Singapura dan tak sengaja mendapati Ace yang sedang menenteng topeng kucingnya.     

Ace juga pernah dia dekati untuk memberikan kabar terbaru mengenai Hana dan Vince Hong kala itu sehingga mereka tentu saja saling mengenali dibandingkan pengawal lainnya.     

"Sungguh tidak menyangka Tuan Ryuu berada di sini!" Ace tersenyum lebar menghampiri Nathan Ryuu. Sementara Ace bersikap santai, tidak demikian dengan Samson dan Wolf yang masih saja waspada.     

Mengetahui rekan-rekan Die Hard Boys bersikap tegang, Ace terkekeh, berkata, "Ayolah, guys, jangan begitu pada Tuan Ryuu! Aku yakin Beliau tidak memiliki niat buruk datang ke sini."     

"Tentu saja. Kapan aku pernah memiliki niat buruk pada kalian ataupun bos kalian, hm?" Nathan Ryuu ikut terkekeh.     

Sementara itu, Zuko masih melongo di dalam mobil. Tadi sudah ada adegan sangat menegangkan bahkan nyaris adanya tindak kekerasan dengan senjata. Tapi kini, malah ada kekehan tawa kecil di antara dua belah pihak. Sungguh suatu perubahan situasi yang keterlaluan membingungkan!     

Setelah mendengar bujukan dari Ace, Samson dan Wolf pun mulai terlihat santai. Keduanya segera membungkuk hormat kepada Nathan Ryuu. Bahkan Wolf menepuk-nepuk ringan bahu Azuma seakan sebagai permintaan maaf telah mengalungkan pisau di lehernya.     

Tak ada alasan bagi Azuma untuk tidak memberikan maaf dan dia meringis saja atas tindakan Wolf.     

"Tentu Tuan ada di sini untuk Tuan Vince dan Nyonya, kan?" tanya Ace sambil menyelempangkan senapan otomatisnya ke belakang punggung. Demikian juga Samson dan Wolf yang juga menyimpan senjata mereka masing-masing ke saku khusus.     

"Apakah ada keperluan aku di sini jika bukan karena itu?" Nathan Ryuu bertanya balik.     

Ace terkekeh saja mendengar pertanyaan balik dari Nathan Ryuu. "Saya cukup kagum dengan intelijen Tuan Ryuu yang bisa menemukan tempat kami di sini."     

"Ohh, nanti akan aku sampaikan pujianmu itu pada orangnya." Nathan Ryuu tersenyum santai.     

"Tuan, Anda bisa kembali ke mobil dan mengikuti kami, atau Tuan bisa masuk ke mobil kami." Samson memberikan tawaran.     

"Aku ikut mobil kalian saja, biarkan mobilku mengikuti di belakang." Nathan Ryuu tidak ragu sama sekali akan itu dan segera berjalan di belakang Samson untuk menuju ke mobil para Die Hard Boys yang terparkir secara tersembunyi di balik semak-semak tinggi dan lebat.     

Melihat itu, Zuko bergegas keluar dari mobil setelah dia yakin nyalinya sudah kembali. "B-Bos! Kenapa harus ikut mereka! Bos! Kembalilah ke mobil ini saja!"     

Namun, Nathan Ryuu malah melambai sambil terkekeh pada Zuko.     

"Zuko-san, lebih baik ikuti apa kata Tuan." Azuma pun segera kembali ke belakang setir dan bersiap mengikuti mobil Die Hard Boys. Zuko tak punya pilihan lain selain patuh dan masuk lagi ke mobil meski masih mencemaskan keselamatan majikannya.     

Sementara itu, Nathan Ryuu kian merasakan hatinya membuncah tak karuan, bagai ada kembang api di dalam dadanya, meletup-letup indah penuh akan warna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.