Inevitable Fate [Indonesia]

Tuan, Aku Menemukan Mereka!



Tuan, Aku Menemukan Mereka!

0Siang hari di penthouse, Itachi masih berdiri dan menunggu bosnya selesai memeriksa dokumen penting yang dia bawa dari kantor.     
0

Seperti biasa, Itachi selalu yang mendatangi bosnya, tentu saja, untuk melaporkan sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan milik Nathan Ryuu.     

Sebagai pemilik perusahaan raksasa multinasional, tak mengherankan apabila Nathan Ryuu jarang datang ke kantor jika bukan karena sesuatu yang sangat penting saja.     

"Semuanya sudah? Hanya ini saja?" tanya Nathan Ryuu sambil melipat tutup folder hitam di tangannya.     

"Sudah, Tuan." Itachi mengangguk. Ia pun mendekat, hendak mengambil folder hitam tersebut ketika sang bos sepertinya masih menahan benda itu di bawah tangannya yang menyatu di atas meja.     

Tentu saja Itachi paham ada hal lain yang ingin disampaikan sang bos hanya dari tindakan kecil Nathan Ryuu itu saja. Maka, dia pun urung maju lebih ke depan dan menanti.     

"Itachi, bagaimana dengan Kizo Group? Apakah kau masih mengikuti perkembangan mereka?" Rupanya Onodera muda mempertanyakan mengenai perusahaan yang saat ini dikelola oleh Lizden Kizo.     

"Mengenai itu, kita masih tetap melakukan tandem proyek yang baik dan lancar dengan Kizo Group."     

"Apakah tidak ada masalah di sana?"     

"Tidak, Tuan. Meski, terkadang Nona Kizo menanyakan keberadaan Tuan pada saya jika saya sedang melakukan rapat dengan perusahaan itu melalui conference call."     

"Ohh, baiklah." Nathan Ryuu mengangguk-angguk saja mendengar jawaban memuaskan dari Itachi. Dia tenang karena setidaknya dia tidak membuat hubungan perusahaan dia dan Kizo memburuk hanya karena dia enggan hadir pada rapat mereka entah di manapun itu.     

Sudah pasti dia melakukan ini demi kelanggengan tandem perusahaan mereka tanpa perlu dicampuri dengan hubungan lebih dari sekedar rekan bisnis saja.     

"Oh ya, Itachi, kau belum ingin mengukuhkan hubunganmu dengan Akeno?" tanya Nathan Ryuu sembari menyodorkan folder yang sempat dia tahan barusan.     

"Belum, Tuan. Kami sepertinya masih nyaman begini saja." Itachi menerima dengan hormat folder dari tangan bosnya dengan punggung sedikit merunduk.     

"Jangan terlalu lama atau Akeno bisa jenuh dan berpikir yang tidak-tidak nantinya."     

"Terima kasih atas saran dan nasehat dari Tuan."     

"Ahh, lalu bagaimana dengan kabar Zuko dan Runa?" Onodera mendadak saja teringat pada satu pasangan itu.     

"Mereka setelah bertunangan kemarin, semakin intim dan saya menemukan bahwa sekarang Nona Runa sudah pindah ke rumah Zuko."     

"Ohh? Sudah pindah ke tempat Zuko? Lalu … apato yang dipakai Runa?"     

"Di sana … ditempati ibu dan kakak lelaki Nona Runa." Itachi sebenarnya enggan mengungkapkan mengenai ini, namun ketika sang bos ingin tahu, mana bisa dia menolak menjawab?     

Kening Nathan Ryuu seketika berkerut mendengar penuturan Itachi. "Hn? Ibu dan kakaknya kini tinggal di apato itu?"     

"Benar, Tuan. Sudah sekitar setengah bulan ini mereka ada di sana."     

"Kenapa bisa begitu?" Nathan Ryuu berusaha mengingat, apakah istrinya sudah mengetahui mengenai ini atau mungkin Reiko sudah mengetahuinya namun belum memberitahukan padanya? Apakah sang istri sudah menyampaikan ini atau dia yang lupa?     

"Kabar yang saya dengar, keluarga itu terlilit hutang dengan tengkulak hingga akhirnya rumah mereka disita pihak tengkulak dan akhirnya karena tak punya hunian, keduanya pun datang ke Nona Runa dan menempati apato milik Nyonya."     

"Hn …." Nathan Ryuu merebahkan punggung pada sandaran kursinya sambil melepas napas perlahan-lahan. Ada rasa tak suka dari pancaran matanya.     

Bukannya Onodera ini orang pelit, tapi dia masih teringat apa saja perlakuan jahat ibu dan kakak Runa pada istrinya. Mana bisa kedua orang itu begitu tidak tahu diri malah menempati hunian milik orang yang mereka tindas sebelumnya?     

Tak berapa lama, Itachi pun pamit pergi dari penthouse itu dan meninggalkan Nathan Ryuu dalam pemikiran mendalam mengenai apa yang disampaikan orang kepercayaannya itu mengenai apato istrinya.     

Ada kecemasan di benaknya.     

Tak ingin dia kecolongan seperti dulu, Nathan Ryuu segera saja mengambil ponsel di dekatnya dan men-dial nomor istrinya. Namun, setelah sekian lama menunggu, yang ia dengar hanya nada tunggu saja tanpa ada tanda-tanda diangkat.     

Menghela napas setelah percobaan kelima kalinya, Nathan Ryuu pun hanya bisa berasumsi bahwa istrinya masih sibuk dengan jadwalnya di sana.     

Di sore menjelang petang, Reiko menghubungi suaminya begitu melihat di ponselnya ada beberapa miscall dari sang suami. "Moshi moshi, Ryuu, ada apa? Kau meneleponku beberapa kali, benar?" tanya Reiko begitu dia memiliki waktu luang untuk menyendiri.     

"Ahh, sayank, ya aku tadi siang memang meneleponmu dan sepertinya kau sangat sibuk di sana." Ada senyum di wajah Nathan Ryuu begitu dia mendengar suara sang istri, meski Reiko tak mungkin melihat senyum itu.     

"Ahh, ya, aku memang sedang sibuk tadi dari pagi hingga ini petang. Ini pun aku diam-diam menyelinap ke ruangan terpencil untuk bisa berbicara denganmu." Reiko tersenyum sembari jemarinya memainkan rambut yang tergerai di dadanya.     

"Sayank, ada yang ingin aku tanyakan padamu, tapi aku lupa apakah aku sudah pernah mendengarnya darimu atau belum, hanya ingin memastikan saja."     

"Ohh? Apa itu, Ryuu?"     

"Rei-chan?"     

"Rei-cchi?"     

Tiba-tiba, terdengar suara lamat-lamat dari arah dekat Reiko bersembunyi saat ini.     

"Ups! Itu Aoi dan Tami! Ryuu, aku tutup dulu, yah! Nanti kita sambung lagi, yah! Kau juga bisa tanyakan yang tadi itu di chat saja, oke? Bye, Ryuu!" Tanpa persetujuan dari pihak seberang, Reiko menutup sambungan telepon mereka.     

Nathan Ryuu menjauhkan ponsel dari telinganya, agak kecewa karena dia masih ingin mendengar suara sang istri. Tapi dia berusaha memperluas lautan kesabarannya dan mencoba mengerti karir baru istrinya. Toh, dia sudah berjanji akan mendukung sang istri menapaki karir apapun yang terjadi.     

Hingga malam hari pun, Reiko tidak juga menghubungi Nathan Ryuu baik itu secara telepon langsung maupun pesan. Dan Nathan Ryuu tidak ingin bergerak lebih dahulu karena khawatir itu akan mengganggu kegiatan istrinya. Apalagi menanyakan hal yang tadi disampaikan Itachi, sepertinya lebih nyaman ketika mereka bertemu mata saja.     

Dan pada malam jam setengah 10, ketika Reiko tidak pula muncul di penthouse, yang muncul justru pesan darinya, mengabarkan bahwa dia tidak bisa pulang untuk malam ini dan terpaksa menginap di dorm karena besok jam 5 dini hari harus sudah berangkat ke Nagoya untuk melakukan promosi, dan akan dilanjutkan esoknya lagi ke Osaka, dan Kobe.     

[Baiklah, jaga dirimu dengan baik di sana, sayankku] Demikian ini saja yang bisa diketikkan Nathan Ryuu sebagai balasan untuk pesan sang istri.     

Ketika Onodera muda itu hendak menaruh ponselnya di meja nakas dan bersiap rebah di kasur, mendadak saja ponsel itu bergetar dengan layar menampilkan nama seseorang.     

Mata Onodera Ryuu menatap ke layar dan lekas mengambil ponsel itu. "Ya, bicaralah."     

"Tuan, aku menemukan mereka berdua!"     

Mata Nathan Ryuu mendadak saja berbinar terang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.