Inevitable Fate [Indonesia]

Kecelakaan Syuting Untuk Shingo



Kecelakaan Syuting Untuk Shingo

Saat Produser Benny Bei dengan Sutradara Peter Luo sedang bercengkerama mengenai Shingo, tidak disangka-sangka ada satu staf yang mencuri dengar dari luar tenda.     

Staf itu tidak sengaja melakukannya, ketika dia hendak masuk ke tenda sutradara untuk melaporkan sesuatu, dari luar tenda kain itu terdengar pembicaraan mengenai Shingo.     

Karena beberapa hari ini staf dan artis pendukung lainnya sedang membicarakan sikap anti sosial dari Shingo, maka tak pelak dia pun menguping semua pembicaraan dua orang penting di drama itu.     

Setelah percakapan mengenai Shingo usai, staf pun malah mundur perlahan dan kembali ke kerumunan staf lainnya. Tenda khusus milik sutradara memang letaknya jauh dari tenda staf dan artis lainnya.     

"Hei, hei, hei! Kalian harus dengar apa yang aku dengar!" Staf itu segera berseru tertahan ke rekan staf lainnya yang sedang mempersiapkan latar untuk adegan berikutnya. "Aku tak sengaja mendengar pembicaraan pak sutradara dengan pak produser!"     

"Apa? Apa yang kau dengar?" Staf lainnya menanggapi dengan wajah penasaran.     

Lalu, staf itu pun segera menceritakan apa saja yang dia dengar dari produser. Segera, mata staf di sana melebar.     

"Jadi … dia punya sponsor yang kuat?"     

"Wah, sepertinya orangnya benar-benar kuat sampai produser sebesar Produser Bei saja takluk."     

"Hei, kalian sedang berbincang apa?" Seorang aktris pendukung lewat karena sepertinya para staf sedang membicarakan sesuatu yang sangat menarik.     

"Nona Hu, kemarilah dan dengarkan apa yang aku dengar barusan!" Staf itu memanggil si aktris kecil dan segera dia mengatakan apa yang dia sudah katakan kepada rekan staf tadi.     

Tentu saja mata Nona Hu menjadi selebar mangkuk saking terkejutnya. "Wuah! Dia punya sponsor kuat?! Pantas saja sikapnya seenak dengkul begitu di sini! Pantas dia merasa tinggi di antara kami semua! Huft!" Lalu, aktris itu pun pergi dengan wajah kesal.     

"Hei, Fong, apa kau yakin aman-aman saja menceritakan itu ke dia?"     

"Ahh, entahlah, kuharap dia tidak membuat gara-gara atau produser bisa menghabisi kita."     

Lalu, staf pun kembali ke pekerjaan mereka meski sambil berbisik-bisik membahas yang tadi mereka dengar.     

Sementara itu, Nona Hu sudah menyebarkan berita mengenai sponsor Shingo. "Aku tak suka jika ada orang seperti itu. Mentang-mentang sponsornya kuat, dia berlagak paling tinggi di sini sampai tidak mau bergaul dengan kita! Bahkan Kak Zhang yang merupakan aktor utama saja masih sesekali berbincang dengan kita, ya kan?"     

"Iya juga, sih. Tapi, sebaiknya kita tidak mencari gara-gara dengan si Jepang itu, karena kalau sampai produser marah, bisa-bisa aku diberhentikan dari sini."     

"Ya, sebaiknya kita menyimpan ini saja dan abaikan saja si Jepang sombong itu. Tak usah perdulikan dia jika dia tak mau bergaul dengan kita, oke!"     

"Betul! Betul! Lebih baik kita main aman saja agar karir kita juga terus aman, yah girls!"     

Tak berapa lama, kasak-kusuk mengenai sponsor Shingo pun beredar di antara staf dan artis di lokasi syuting itu. Namun, mereka begitu rapi bergosip hingga Zhao Qingyi dan Shingo saja tidak mendengar apapun mengenai kasak-kusuk mereka yang sekarang.     

Sedangkan ketika berita itu sampai pada Nana Feng, asistennya melirik ke dia sambil berkata, "Sepertinya ada bagusnya juga kau akrab dengan si Jepang itu, Nana."     

Segera, mata Nana Feng melotot ke asistennya. "Jangan sampai ini bocor keluar atau kau akan menerima akibatnya, Cindy."     

"Iya, iya, tenang saja mengenai itu, aku bukan si mulut baskom, kok!" Cindy berbisik. Mereka berdua saat ini berada di tenda milik Nana Feng. "Ohh ya, Nana, sepertinya mainan barumu itu membuat sebal banyak orang di sini karena sikap dingin dan sombongnya itu. Apa kau sudah tahu?"     

"Biar saja mereka hendak berkata apa, aku tak perduli." Nana Feng menjawab sambil memperhatikan kukunya yang baru saja dipoles kuteks merah menyala untuk keperluan syuting.     

Hingga akhirnya tiba giliran Shingo mengambil adegan. Wajah dingin Shingo sangat sesuai dengan peran dia sebagai samurai di drama itu. Dia berperan sebagai samurai ronin yang menjadi pengikut jenderal yang diperankan Derek Zhang.     

Awalnya, di naskah asli untuk drama, tangan kanan dari Jenderal Gong Hou adalah prajurit Tiongkok, namun produser mendadak meminta tim penulis naskah untuk mengubahnya menjadi samurai pelarian atau ronin.     

Sutradara menyetujui itu dan berpikir bahwa sepertinya perubahan hal itu justru akan menjadi hal yang menarik tersendiri pada drama tersebut.     

Untuk menghindari konflik dengan warganet nantinya mengenai adanya peran ronin di drama klasik Tiongkok, maka dikatakan bahwa ronin yang diperankan Shingo diselamatkan oleh Jenderal Gong Hou saat melarikan diri dari kejaran samurai-samurai lain yang telah membunuh Daimyo dia, dan sejak saat itu, ronin itu pun mengabdikan hidupnya ke Jenderal Gong. Ini untuk mencegah adanya keributan antara warganet Tiongkok dengan Jepang yang mengacu pada sejarah kelam antara kedua negara tersebut.     

Pada saat pengambilan adegan, Shingo sudah berdiri di tempat yang seharusnya. Namun, lampu syuting di atas Shingo mendadak bergoyang sedikit dan bergetar ketika tali yang menahannya mulai terurai sedikit demi sedikit.     

Mata Zhao Qingyi tidak sengaja tertuju ke lampu tersebut. Ketika dia merasa adanya keanehan pada lampu itu, dia mendadak melotot kaget ketika menyadari tali yang menahan lampu itu mulai terurai. Tanpa berpikir lagi, kakinya berlari ke depan mengabaikan itu sedang ada pengambilan adegan. "Shin, awas!"     

Shingo menoleh ke belakang dan melihat Zhao Qingyi berlari kencang ke arahnya dan akhirnya mendorong dia. Tubuh mereka berdua sama-sama seperti terbang ke depan dan ….     

BRUAKK!     

Lampu pun jatuh setelah tali benar-benar putus karena tidak lagi bisa menahan lampu tersebut.     

Malangnya, satu kaki Zhao Qingyi masih terkena lampu tersebut meski dia sudah berusaha melompat bersama Shingo.     

"Aaarrghhh …." Zhao Qingyi pun mengerang kesakitan ketika pergelangan kakinya tertimpa lampu yang cukup berat.     

Kejadian itu begitu cepat hingga tak ada orang yang bisa bereaksi. Mereka akhirnya tersadar ketika lampu sudah jatuh menimpa pergelangan kaki Zhao Qingyi.     

"Aaaahh! Ya ampun!" jerit salah satu aktris sambil wajahnya diselimuti kehororan.     

"Staf! Mana staf!"     

"Hei, lekas angkat lampu itu!"     

Orang pun segera maju ke Zhao Qingyi untuk menyingkirkan lampu dari kaki gadis malang itu.     

Wajah Zhao Qingyi sudah pucat dan menahan sakit. Ia mengerang kecil sambil melihat ke arah pergelangan kakinya. Darah dan luka bakar ada di sana.     

"Yiyi! Yiyi! Kau tak apa?" Shingo mengguncang bahu asistennya dengan wajah panik. Ia tak menyangka akan ada tragedi seperti ini menimpa dia dan asistennya.     

Tapi, Zhao Qingyi tidak bertahan dan dia pingsan di pelukan Shingo. Ambulan lekas dipanggil dan suasana mendadak kacau gara-gara insiden tersebut.     

-0-0—00—0-0-     

"Bagaimana kalian mengurus set itu, hah? Kenapa bisa sampai lampu itu jatuh?" tanya Sutradara Peter Luo ke para staf yang mengurus set malam itu. Mereka dibariskan berjajar di dalam tenda sutradara.     

"Kami … kami sudah memasang lampu itu dengan benar seperti biasanya, Pak Luo, sungguh!" Salah satu staf menjawab dengan wajah ketakutan.     

"Kalau memang seperti yang kau omongkan, lalu kenapa lampu itu bisa jatuh?" bentak sutradara dengan kesal. "Lampu itu hampir mencelakai salah satu pemain kita! Kalau asistennya tidak maju dan mendorong pemain itu, maka dia yang akan celaka! Apa kalian menyadari itu?"     

"Ka-Kami …." Staf pun saling berpandangan satu sama lain dengan wajah ciut.     

"Tapi, Pak, sungguh, kami sudah mempersiapkan lampu dan yang lainnya dengan baik dan tidak ada kesalahan. Kami bersumpah! Kami benar-benar tidak menyangka ini bisa terjadi."     

"Ada apa ini? Kenapa aku dihubungi bahwa di sini ada insiden mengerikan?" Tiba-tiba, muncul Produser Bei ke tenda sutradara dengan wajah bingung.     

Sutradara Luo pun mau tak mau menceritakan apa yang terjadi. Ini membuat kening Produser Bei berkerut. Ada aroma curiga di hatinya, tapi dia tidak tergesa-gesa menyampaikan apa yang dia pikirkan saat itu.     

"Kerja kalian tak becus! Kalian pulang saja dan tak usah kembali!" bentak sutradara ke para staf itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.