Inevitable Fate [Indonesia]

Sponsornya Memang Kuat dan Berkuasa



Sponsornya Memang Kuat dan Berkuasa

0Shingo adalah Shingo. Dia tetap pada karakter utama dia yang dingin dan tak banyak bicara serta berwajah suram seakan selalu mengalami kemuraman hidup. Terlebih lagi sikapnya pun sejajar dengan wajahnya.     
0

Oleh karena sikap yang seperti itulah dia banyak menyendiri ketika di lokasi syuting. Ia memilih untuk menghabiskan waktu luang dia untuk rebah dan tidur di tendanya saja ketimbang bersosialisasi dengan aktor dan aktris lainnya, seolah dia tidak merasa adanya sesuatu yang penting seperti membangun koneksi dengan mereka.     

Padahal, di industri hiburan, koneksi itu sangat penting. Namun, bagi Shingo, dia berhasil atau gagal menapaki jalan sebagai aktor di Tiongkok, itu bukanlah suatu masalah untuk dia.     

Dia sudah berpikir, apabila dia gagal di dunia hiburan Tiongkok, dia bisa mencoba banyak pekerjaan lain di negeri tirai bambu ini. Yang penting, dia tidak perlu kembali ke Jepang, serindu apapun dia ke tanah airnya.     

Rasa bersalah dia kepada Reiko masih terus memenuhi batinnya meski rasa rindu pada gadis itu juga ada. Namun, dia menyiasati perasaan itu dengan menonton apapun yang ada Reiko di dalamnya dari kanal Yutub.     

Oleh karena Shingo ingin bisa melupakan rasa cinta dia kepada Reiko, dia sampai menggunakan wanita lain sebagai penutup rasa itu. Agar dia bisa mengalihkan cintanya ke yang lain.     

Kadang itu berhasil, kadang pula tidak. Dia masih memiliki jalan panjang perjuangan untuk seluruhnya merelakan Reiko, cinta pertamanya.     

"Shin, ternyata kau memang di sini." Asisten pribadinya, Zhao Qingyi membuka tirai tenda Shingo dan melihat lelaki itu tengah tidur santai di sudut tenda dengan tenang, tangan terlipat dan berbantalkan tumpukan bajunya sendiri.     

Mata Shingo hanya terbuka sedikit dan kemudian tertutup lagi.     

"Shin, apa kau tidak ingin mengobrol dengan yang lainnya di luar? Kenapa kau kerap mengasingkan diri begini? Hal seperti ini kurang baik untuk perkembangan karir aktingmu." Zhao Qingyi mengambil bangku kecil untuk duduk di sebelah tempat tidur sederhana Shingo.     

Meski Shingo memiliki jawaban untuk pertanyaan asistennya, namun dia enggan membuka mulut. Ia memilih untuk tetap diam dan melanjutkan waktu santainya ini.     

"Shin, apakah kau betah syuting di tempat terpencil begini? Kau tidak ada masalah dengan cuaca di sini? Atau mungkin kau butuh selimut tambahan?" Sebagai asisten, tentu saja sudah menjadi kewajiban Zhao Qingyi untuk mengurus segala keperluan Shingo.     

"Tak masalah." Begitu jawaban singkat dari Shingo.     

"Sepertinya hari ini syuting akan berlangsung sampai 2 atau 3 hari ke depan di tempat ini. Meski kemarin kita bisa pulang beberapa hari, sih, tapi kata wakil sutradara, kali ini kita harus ada beberapa hari di sini." Tidak memerdulikan Shingo yang berlagak tidur, Zhao Qingyi berceloteh saja. Ia yakin Shingo pasti mendengarkan dia meski matanya terpejam.     

"Ohh ya, Shin, aku dengar syuting akan berlangsung selama 5 bulan lebih, ini ternyata lebih panjang dari waktu perkiraan sutradara. Tapi, karena produsernya sangat menginginkan project ini sukses apapun yang terjadi, maka budget pun dikucurkan lebih banyak. Apalagi ada banyak bintang ternama jadi pemerannya."     

Shingo tetap diam.     

Zhao Qingyi pun bertutur lagi. "Apa kau tahu, Shin, drama klasik ini sudah dinanti-nantikan oleh banyak penikmat serial drama dan juga komunitas anime, loh! Kau tahu, itu karena kau! Mereka para pecinta anime rupanya tahu kalau kau yang seiyuu terkenal di Jepang, mengambil peran di drama ini dan mereka tidak sabar ingin segera melihat aktingmu!"     

Baru saja Zhao Qingyi hendak berceloteh lagi, pintu kain tenda itu dibuka oleh seorang staf dan dia berkata, "Yiyi, persiapkan talent-mu. Sutrada mendadak ingin mengambil adegan 389, dia ada di sana." Dagunya sambil menunjuk ke Shingo yang sedang berbaring terpejam.     

"Ohh, oke!" Zhao Qingyi mengacungkan ibu jari sambil tersenyum ke staf itu.     

Setelah staf tersebut pergi meninggalkan tenda tersebut, Zhao Qingyi segera mengguncang pelan bahu Shingo sambil berkata, "Shin, kau sudah dengar sendiri apa kata staf, kan? Ayo, ayo persiapkan dirimu. Cepat atau sutradara bisa mengamuk padamu."     

Mau tak mau, Shingo pun membuka mata dan bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke meja, di sana ada baskom untuk cuci muka. Meski airnya sudah dingin, namun itu tak masalah untuk dia.     

"Ehh, kalau mau cuci muka, aku ganti dulu dengan air hangat, yah! Tunggu—"     

"Tidak usah, begini pun tak masalah." Shingo menghentikan tangan Zhao Qingyi yang hendak mengambil baskom tadi.     

Gadis itu terhenyak diam saat tangannya digenggam Shingo. Wajahnya berubah memerah. Melihat itu, Shingo pun melepas tangan mungil di genggamannya dan kembali mencuci muka dari baskom tersebut seolah tidak ada apapun yang terjadi.     

Zhao Qingyi memegangi tangan bekas digenggam Shingo tadi. Ada yang hangat menjalari hatinya saat dia tersenyum samar sambil tersipu melihat Shingo sedang membungkuk dan mencuci muka.     

Tak ingin berlama-lama bengong di tempat, Zhao Qingyi lekas meraih handuk kecil bersih di dekat sana dan menyerahkan ke Shingo ketika pemuda itu selesai membasuh mukanya.     

Tak lama kemudian, Shingo sudah masuk ke ruang rias dan bertemu banyak artis di sana. Ada para aktor dan juga aktris yang akan beradegan bersamanya sedang dalam proses rias.     

Setelah satu persatu dari mereka selesai dirias dan memakai kostum, Shingo pun duduk di salah satu kursi yang sudah kosong dan menyerahkan wajahnya ke penata rias sambil pejamkan mata.     

Salah satu aktris pendukung berbisik ke teman aktrisnya, "Itu si orang Jepang yang anti sosial, yah!"     

"Sshh … jangan bicara di sini! Ayo keluar dulu!" bisik tertahan si teman dan keduanya pun segera keluar dari ruangan itu, melewati belakang Shingo.     

Meski mendengar lamat-lamat apa ucapan aktris tadi, Shingo tidak ambil perduli dan tetap memejamkan mata.     

Sedangkan Zhao Qingyi yang berdiri di dekat Shingo, merasa tak enak hati karena dia juga mendengar ucapan aktris tadi. Ia sudah berulang kali menyarankan agar Shingo bersosialisasi dengan para pemain serta staf di sana, namun Shingo seperti tidak perduli dengan apa yang ia ucapkan.     

Hingga akhirnya pembicaraan mengenai Shingo yang anti sosial di lokasi syuting itu pun sampai ke telinga sutradara. Sebelum syuting dimulai, sutradara duduk berhadapan dengan produser di tenda khususnya. Kebetulan produser hadir di sana untuk mengamati sebentar jalannya syuting.     

"Kau pasti sudah dengar kasak-kusuk orang di sini mengenai orang yang kau rekomendasikan, ya kan Kak Lung?" Sutradara Peter Luo Hung berkata. Dia menggunakan nama kecil Produser Benny Bei Lung, menandakan kedekatan hubungan di antara mereka memang sudah terjalin sangat erat.     

"Ahh, abaikan saja kasak-kusuk semacam itu." Produser Bei menjawab sambil menyamankan duduknya dengan membuka kelepak jasnya ke samping.     

"Tapi, Kak Lung, aktor dan staf lainnya banyak yang kesal dengan hal itu. Aku khawatir, apabila dia tidak segera bergaul di sini, dia sendiri yang akan mendapatkan masalah."     

"Adik Hung, aku titipkan dia padamu, kuharap kau bisa menjaga dia dengan baik dari orang-orang yang usil, kau paham kan?"     

"Kak Lung, apakah sponsor dia begitu kuat hingga dia mendapatkan kepercayaan dan dukunganmu seperti ini? Ahh, maaf, Kak, bukannya aku bermaksud lancang padamu, tapi—"     

"Ha ha ha, tidak apa-apa, kita ini bukan orang asing, kan? Dan yah … menjawabmu yang tadi, memang benar, sponsor dia memang kuat dan aku tak bisa main-main dengannya. Dia salah satu pendukung terbesar di perusahaanku. Kuharap kau dan yang lain mengerti situasiku dan bekerja sama denganku untuk kelancaran project ini."     

"Ya, Kak Lung, akan aku minta mereka untuk tidak mengganggu dia."     

"Bagaimana dengan aktingnya?"     

"Lumayan untuk seorang pemula."     

Produser Bei pun manggut-manggut senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.