Inevitable Fate [Indonesia]

Menemukan Mainan Baru



Menemukan Mainan Baru

0"Angghh! Shing…go … mmffhh …." Nana Feng kewalahan ketika dia dicumbui oleh Shingo saat dia ditindih di ranjang pria itu. Tubuhnya sudah ditelanjangi dan tangan Shingo sudah menjelajahi berbagai area di tubuh polos dia.     
0

Ketika tangan beringas itu membuka paha Nana Feng, tak berapa lama, wanita itu berteriak kecil ketika bagian paling peka miliknya disentuh jari Shingo.     

Malam ini, Nana Feng tidak bisa menahan dirinya untuk tidak datang ke apartemen Shingo setelah dia yakin pria itu tidak berada di kelab malam. Apalagi, ketika dia menghubungi Shingo, lelaki itu masih berkubang di apartemennya.     

Tentu saja Nana Feng meluncur ke apartemen Shingo dan menginginkan kehangatan pria itu lagi.     

Permainan panas mereka kembali terulang malam itu hingga dini hari yang diakhiri dengan tubuh lelah keduanya, rebah lunglai di kasur dan langsung berangkat tidur tanpa membersihkan badan.     

-0-0—00—0-0-     

Pagi ketika Nana Feng bangun, dia melirik ke sebelah, ternyata Shingo masih terlelap. Ketika matanya ganti melirik jam digital di meja nakas dekat kepalanya, ternyata ini masih jam setengah 6 pagi. Pantas saja lelaki itu masih terkulai tidur.     

Maka, Nana Feng tidak bisa tidak bergulir ke arah Shingo, memerhatikan lelaki itu dari samping. Ia mengamati wajah Shingo yang tertidur.     

Mata lelaki itu, alisnya, hidung mancung dan kokoh, bibir yang proporsional, rahang yang tidak berlebihan, sungguh guratan fitur wajah yang menyenangkan mata.     

Sampai detik ini, Nana Feng masih heran dengan tindakan gila dia. Bahkan semalam dia sampai rela meluncur ke apartemen Shingo. Ini benar-benar bukan dia!     

Asistennya saja sampai geleng-geleng kepala ketika melihat Nana Feng minta diantar ke apartemen Shingo.     

Masih terbayang ucapan asistennya tadi malam ketika menurunkan Nana Feng di parkiran basement apartemen itu, "Kau yakin ingin menemui pemuda Jepang itu? Lalu Yongyong? Kau sudah lepaskan dia? Dia berkali-kali mencarimu."     

Kala itu, Nana Feng hanya tersenyum tipis sambil menjawab, "Aku sedikit bosan dengan bocah itu. Dia terlalu menempel dan ingin mengikatku. Aku tak bisa seperti itu. Aku memilih yang lebih dewasa dan tidak banyak mau seperti si Jepang ini."     

"Wah, rupanya kau sudah mengambil mainan baru, Nana, hi hi hi!"     

"Ya, anggap saja begitu."     

"Nana, hanya satu nasehatku."     

"Apa?"     

"Jangan sampai terbawa perasaan ke dia."     

"Ha ha, tidak mungkin." Nana Feng tertawa kecil sambil menutup pintu mobil dan melangkah ke arah lift untuk pergi naik ke unit Shingo.     

Dan kini, dia sudah ada di sini, di sisi lelaki yang membuat dia merasa nyaman karena Shingo seperti yang dia katakan—tidak banyak kemauan. Shingo tidak menuntut lebih dari yang ada sekarang.     

Jikalau Shingo berubah dan menuntut seperti Yongyong, maka Nana Feng tinggal melepaskannya saja lalu mencari pria lain yang lebih membuat nyaman.     

Melihat dada telanjang Shingo turun-naik, timbul niat iseng Nana Feng. Ia bergerak pelan ke Shingo dan memerangkap pucuk dada Shingo menggunakan mulutnya. Ia sesap pelan-pelan secara lembut pucuk mungil tersebut.     

"Mghh!" Shingo tidak mungkin tidak terkejut. Namun, ketika melihat siapa pelakunya, dia pun tenang kembali dan membiarkan Nana Feng menggodanya. Dia hanya menggeram samar karena pucuk dada pria juga merupakan area erogenous bagi kebanyakan pria.     

Setelah beberapa saat distimulasi di sana, tangan Shingo mulai merayap pelan ke pantat Nana Feng dan menjalar hingga ke liang ketat wanita itu.     

"Mmffhh!" pekik Nana Feng tanpa melepaskan pucuk dada Shingo. Ia melotot ke Shingo dan lelaki itu tetap memasang wajah datar. Ini menyebalkan bagi Nana Feng.     

Hingga belasan menit setelahnya, mereka sudah bergumul kembali membuat kusut seprei dengan gerakan-gerakan agresif mereka.     

.     

.     

"Aku pergi." Nana Feng berpamitan ke Shingo ketika pria itu sedang membuat smoothie di dapur. "Aku tak ingin bertemu dengan asistenmu seperti kemarin."     

Shingo tidak memberikan jawaban, hanya mengangguk sekali saja tanda persetujuan tanpa mengantar wanita itu, dan melanjutkan pembuatan smoothie dia.     

Kaki jenjang Nana Feng yang terbungkus celana panjang melangkah anggun ketika dia menyusuri lantai di parkiran basement, hendak ke mobil yang telah menunggunya.     

Tak jauh dari Nana Feng, Zhao Qingyi hendak keluar dari mobil dan melihat si aktris melenggang melewati depan mobilnya. Wajah gadis itu membeku dan tangannya terkepal beserta bibir yang tergigit tanpa dia sadari. Ada rasa panas di hatinya.     

Dengan kemunculan Nana Feng sepagi ini di parkiran basement, menandakan wanita itu pasti baru saja dari apartemen Shingo. Zhao Qingyi bertanya-tanya, apakah sekarang Shingo selalu saja bercinta dengan Nana Feng tiap malam?     

Menahan rasa pedih di hati, Zhao Qingyi akhirnya keluar setelah dia yakin mobil yang membawa Nana Feng pergi dari area itu.     

.     

.     

Di tempat lain, Reiko sedang bersiap-siap hendak pergi ke agensi. Dia mengecup pipi suaminya yang masih sarapan di meja makan.     

"Kau hendak pergi sepagi ini?" tanya Nathan Ryuu.     

"Ya, nanti akan ada wawancara sekaligus promosi di stasiun televisi milik suami Nyonya Revka. Aku harus sudah siap siaga di sana sedini mungkin hari ini." Reiko membenarkan tali tas selempangnya.     

"Ya sudah, berhati-hatilah kalau begitu. Kemari, beri aku ciuman bibir, jangan hanya pipi saja." Satu tangan Nathan Ryuu terulur ke istrinya.     

Reiko patuh dan tersenyum menghampiri suaminya sekali lagi dan masuk ke dekapan lelaki Onodera sambil memberikan bibirnya untuk mengecup bibir suaminya. "Umchh! Sudah, yah!"     

"Oke. Selamat bekerja, hati-hati dan selalu ingat diriku, mengerti?" Nathan Ryuu menampar pelan pantat Reiko ketika istrinya sudah memunggungi dia.     

Reiko menoleh sambil mengusap pantat tersebut dan berkata, "Siap, Tuan Muda."     

"Hei, jangan memancing tuan muda ini atau kau akan terlambat ke agensi," ancam Nathan Ryuu sambil hendak berdiri.     

"Tidak! Ha ha ha!" Reiko lekas berlari ke depan sebelum dia ditangkap Nathan Ryuu dan benar-benar 'disandera' lebih lama di situ.     

Sesampainya di mobil, seperti biasa, Benio melajukan mobil ke arah dorm agensi.     

Sembari menunggu tiba di destinasinya, Reiko mengeluarkan ponsel dan membuka Yutub, mencari video dance practice grup dia yang sudah diunggah dua hari lalu.     

Wajah Reiko riang ketika melihat video dance practice Synthesa sudah ditonton hampir sejuta selama 2 hari ini. Bahkan sudah banyak pula yutuber dunia yang memberikan video reaksi terhadap dance practice tersebut. Ini menandakan Synthesa diterima dan diakui oleh penikmat musik di dunia.     

"Nyonya, sudah sampai."     

"Ohh! Oke, terima kasih, Benio."     

Reiko memakai masker kain, lalu keluar dari mobil dan berlari masuk ke lift yang tersedia khusus untuk staf agensi.     

Tiba di dorm, Reiko sudah mendapati teman-teman grupnya sedang memeriksa baju-baju yang nanti akan mereka kenakan di acara tersebut.     

"Ahh, Reiko! Ini bajumu!" Aoi mengambil outfit untuk Reiko yang masih terbungkus plastik.     

Reiko menerimanya, lalu membuka plastik itu. "Ehh? Ternyata baju kasual?" Dia memandangi atasan berjenis kemeja lembut pas badan warna putih dengan detil renda di bagian dada. Untuk bawahannya adalah celana panjang kain warna biru kelabu yang longgar dengan ban pinggang tinggi berhiaskan kancing dari batu kristal swarovski.     

"Sepertinya agensi ingin menampilkan citra kita sebagai wanita dewasa." Tami mendekat ke Reiko.     

Ketika Reiko mendapati ponselnya kedatangan pesan masuk, dia membukanya. Itu dari Runa.     

[Rei-chan, apakah aku mengganggumu? Bisa bertemu hari ini?]     

"Kalian, segera pakai pakaiannya, kita akan berangkat 10 menit dari sekarang, nanti dirias di sana saja." Tiba-tiba sudah ada Maida di ambang pintu dan memburu-buru semua member Synthesa.     

Reiko memasukkan kembali ponselnya ke tas tanpa sempat membalas pesan Runa. Maida sudah menunggu dengan tak sabar.     

Sementara itu, di seberang sana, Runa menunggu dengan gelisah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.