Inevitable Fate [Indonesia]

Pasif di Obrolan Namun Aktif di Ranjang



Pasif di Obrolan Namun Aktif di Ranjang

0Shingo dan Zhao Qingyi sudah berada di dalam mobil dan siap meluncur ke rumah seorang stylish untuk mempersiapkan outfit bagi Shingo di drama nantinya. Dia harus diukur agar kostumnya cocok.     
0

Ketika mereka tiba di rumah besar stylish tersebut, ternyata ada Nana Feng dan seorang aktris pendukung sudah berada di sana terlebih dahulu.     

Mata Nana Feng terlihat berbinar sekejap dengan cepat saat bertemu Shingo meski sikapnya tetap tenang.     

"Ehh? Ini … Shingo, kan?" tanya si aktris pendukung yang duduk di samping Nana Feng di sofa ruang tengah rumah besar tersebut.     

Shingo tidak menjawab dan hanya membungkukkan badan ke dua aktris tersebut untuk menyampaikan salam hormat dia sebagai junior mereka.     

Sikap demikian juga dilakukan Zhao Qingyi, namun dia sambil menyapa, "Salam untuk Nona Nana Feng dan Nona Julie Hsu.     

Nana Feng dan aktris pendukung itu menganggukkan kepala dan tersenyum. Lantas, mata mereka mengikuti Shingo yang mengambil duduk tak jauh dari mereka.     

"Kenapa jauh begitu?" Julie Hsu menolehkan kepalanya ke arah Shingo dengan wajah bertanya-tanya. "Shingo, duduk saja di sini, di dekat kami, sambil menunggu Cecil selesai makan."     

Tidak banyak menjawab, Shingo pun bangkit dari duduknya dan menaruh pantat di sofa sebelah Nana Feng. Zhao Qingyi tidak ikut karena dia tidak disebutkan oleh Julie Hsu.     

Karena tak enak hanya dia saja asisten yang ada di ruangan itu, maka Zhao Qingyi pun pamit pada mereka semua dan berkata ke Shingo, "Aku akan menunggu di mobil. Kabari aku kalau sudah selesai."     

"Unh." Shingo hanya menjawab dengan gumaman sambil mengangguk datar.     

Nana Feng yang bersebelahan dengan Shingo merasa jantungnya berdebar-debar. Baru tadi pagi mereka bergumul panas dan penuh hasrat di ranjang, dan kini mereka harus berpura-pura seperti tak ada apapun yang terjadi.     

Wanita itu bertanya-tanya, apakah Shingo juga merasakan debaran seperti dirinya? Ketika melirik ke sebelahnya, ternyata Shingo sedang sibuk dengan ponselnya. Ketika melirik, dia melihat Shingo menonton MV Synthesa. Huh! Pria itu seolah tidak merasakan apa-apa. Lalu, kenapa malah dia sendiri yang begini? Nana Feng mengeluh dalam hatinya.     

"Nana, dia tak begitu paham bahasa mandarin, kan?" bisik Julie Hsu seraya mendekatkan kepala ke Nana Feng.     

"Yah, begitulah." Nana Feng ikutan berbisik saat menjawab.     

"Nana, apa kau diajak di pesta gala sutradara Wong?" tanya Julie Hsu ke wanita di sebelahnya dengan suara biasa karena sudah yakin bahwa Shingo tak begitu mahir berbahasa mandarin.     

"Ohh, ehh, aku … tidak diundang." Nana Feng agak tergagap di awal jawabannya karena masih sibuk memikirkan mengenai Shingo.     

"Benarkah? Tapi Linda Wu diundang, loh!" Julie Hsu menyebut nama first lead female di drama mereka ini.     

"Ohh …." Nana Feng hanya menyahut sambil lalu karena pikirannya belum terhubung ke topik yang dibicarakan Julie Hsu.     

"Huh?! Yang benar saja? Tidak diundang? Aku yang begini saja diundang, loh! Aku justru tak habis pikir, kenapa Linda bisa diundang ke sana sedangkan kau tidak. Padahal, menurutku, kau lebih cantik dan lebih terkenal ketimbang dia. Harusnya kau yang lebih pantas datang ke sana daripada Linda." Julie Hsu tanpa ragu-ragu menggosipkan rekan aktris satu drama mereka. Padahal mereka kemarin malam menggosip bersama-sama.     

Tapi, yah … begitulah biasanya kehidupan di dunia hiburan, jarang ada yang namanya teman abadi, adanya saingan abadi. Mereka saling memasang senyum di depan satu sama lain, namun akan saling menusuk di belakang demi terus berada di puncak ketenaran.     

Jika bisa menemukan teman bahkan sahabat di dunia hiburan, maka itu adalah sebuah permata yang langka.     

"Ohh, yah, biar saja jika memang dia yang diundang Sutradara Wong." Nana Feng menampilkan senyum kecil untuk Julie Hsu.     

"Nana, kau ini terlalu mengalah pada Linda. Aku perhatikan, sejak dulu kau selalu saja menerima saja setiap dia ditampilkan ketimbang kau. Bahkan, untuk pemeran utama pertama wanita saja jatuh ke tangan dia, padahal aku dan yang lainnya setuju kau lebih pantas memerankan Permaisuri Qin." Rupanya Julie Hsu sedang menebarkan racunnya.     

Apakah ada orang semacam Julie Hsu di industri hiburan di dunia ini? Sangat banyak! Terlihat membela namun sebenarnya sedang menggiring ke jurang. Terdengar mendukung tapi sesungguhnya mendorong ke tengah jalan raya.     

"Aku baik-baik saja menjadi Selir Huang." Nana Feng menjawab dan itu membuat wajah kesal Julie Hsu makin kentara.     

Sementara itu, Shingo yang ikut mendengar pembicaraan mereka hanya bisa tertawa dalam hati. Sungguh manusia-manusia palsu, dan kini dia juga sedang menceburkan diri di kubangan tersebut.     

"Ahh! Kalian sudah datang!" Cecil yang menangani outfit drama tersebut akhirnya keluar dari ruangan dalam menemui tamu-tamunya. "Hanya kalian bertiga?"     

"Cecil, memang kami saja tidak cukup?" tanya Julie Hsu sambil berdiri dan mengecup pipi lelaki flamboyant bernama Cecil.     

"Kalian adalah yang pertama untuk mengukur." Cecil membalas kecupan di pipi tersebut. "Tsk! Yang lain entah terlalu malas datang hari ini atau terlalu sibuk." Cecil dengan gaya centil memutar bola mata sambil mengusap keningnya seakan lelah.     

"Cecil." Nana Feng ikut berdiri dan mengecup pipi pria itu.     

"Nana, kau masih saja secantik yang aku ingat. Aku akan senang mengukur tubuhmu yang sempurna." Cecil berkata sambil mengecup pipi Nana Feng dengan gaya agak kemayu. Dia berkata blak-blakan memuji Nana Feng tanpa perduli ada Julie Hsu di dekatnya.     

Ketika Cecil selesai beramah-tamah dengan Nana Feng, dia melihat ke sosok di samping wanita itu, dimana Shingo juga sudah berdiri. "Ehh? Siapa ini?"     

Shingo membungkuk ojigi untuk salam kesopanan dan menyebutkan nama, "Shingo. Saya Shingo."     

"Ini …." Cecil agak kebingungan dan menatap ke Nana Feng serta Julie Hsu untuk mendapatkan penjelasan.     

"Dia pemeran samurai Shinoyuki." Nana Feng menjawab lebih dahulu ketimbang Julie Hsu yang sudah bersiap membuka mulutnya.     

"Ohh! Si samurai! Ternyata diambil aktor Jepang sungguhan!" Cecil membelalakkan matanya dengan pandangan takjub dan memindai Shingo dari atas sampai bawah. "Kau tinggi dan tampan, sepertinya akan mudah membuatkan outfit untuk orang gagah sepertimu." Dia lugas memuji Shingo. "Ayo, siapa dulu yang ingin diukur untuk pertama kali?"     

"Biarkan aku!" Julie Hsu mengangkat tangannya dan kemudian dia pun mengikuti Cecil masuk ke suatu ruangan.     

Kini, tinggallah Nana Feng dan Shingo saja di ruangan luas itu. Keadaan di sana sepi dan bertambah senyap karena mereka saling diam.     

Tapi, Nana Feng tak tahan bila begitu terus, maka dia pun memulai pembicaraan. "Apakah nanti malam kau akan ke kelab lagi?" Usai mengatakan itu, dia merasa bodoh dan menyesalinya. Tapi, itu sudah terlanjur keluar dan tak bisa ditarik.     

"Hm?" Shingo menolehkan kepala ke Nana Feng dan mengabaikan sebentar ponselnya. "Ohh, entahlah. Jika aku ingin, yah aku akan ke sana." Lalu, pria itu kembali menekuni ponsel untuk melihat Reiko di Yutub.     

Nana Feng benar-benar tak tahu harus bicara apalagi dengan lelaki yang begitu pasif dalam pembicaraan, namun sangat aktif ketika di ranjang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.