Inevitable Fate [Indonesia]

Kenapa Bukan Aku?



Kenapa Bukan Aku?

0Tidak terkatakan lagi keterkejutan dari Zhao Qinyi ketika dia tiba-tiba saja melihat Nana Feng keluar dari dalam kamar Shingo. Matanya membola lebar sambil mulutnya melongo, ingin menyeru dalam hati bahwa ini hanya ilusi saja, tapi kenapa terasa sangat nyata?     
0

Bahkan Nana Feng berjalan santai bagai tidak ada apa-apa dan berpamitan pada Shingo serta mengabaikan dirinya. Yah, memangnya dia berharap ada seorang aktris yang sedang naik daun akan menyapanya?     

Tapi … tapi ….     

Meski Nana Feng sudah menghilang di balik pintu depan, mulut Zhao Qingyi masih melongo. Semoga saja tidak ada cairan nista yang keluar dari sana.     

"Hei, Yiyi, aku ke dapur untuk makan dulu sebelum kita pergi, yah!" Shingo malah seenaknya saja berjalan gontai ke arah dapur yang menyatu dengan ruang makan. Dia ingin menghabiskan apa yang tadi dibawakan asistennya.     

Namun, mana mungkin Zhao Qingyi yang riang dan ramai itu bias tetap diam hingga kini? Pertama-tama, gadis itu mengatupkan mulutnya terlebih dahulu sebelum mengejar Shingo ke dapur. "Shin! Shin! Jelaskan padaku, tadi itu apa?"     

Shingo menarik kursi untuknya dan segera menghadap ke dua hidangan segar dan lezat itu seraya menjawab santai, "Apanya yang mana? Apa kau tak kenal dia tadi? Itu tadi Nana Feng."     

Mengikuti Shingo yang duduk, Zhao Qingyi menarik kursi di sebelah Shingo dan bertanya lagi, "Aku tahu itu Nana Feng, aku tahu dengan jelas!"     

"Ya, lalu?"     

"Shin! Kenapa dia bisa berada di sini? Itu yang jadi keherananku!"     

"Ohh, yah tentu saja bisa karena dia tidur di sini sejak semalam."     

"Ti-Tidur di sini? Sejak … semalam? Maksudnya?" Wajah Zhao Qingyi makin suram dan kelam mendengar ucapan Shingo yang sungguh blak-blakan. Ada yang hancur di dalam dadanya.     

"Yiyi, bukankah kau sudah cukup dewasa untuk bisa merunut kira-kira apa yang terjadi, kan?" Shingo menoleh ke asistennya sambil mengunyah wonton lembut yang sangat lezat.     

"Jadi kalian … kalian … ber … ber … cinta?" Tanya Zhao Qingyi dengan suara bergetar dan tangannya saling meremas erat di atas pangkuannya sendiri.     

"Ya, semacam itu." Shingo kembali fokus pada makanannya dan kini sumpitnya mengambil xiao long bao, menggigit lalu mengunyah dengan penuh nikmat. "Yiyi, ini benar-benar enak."     

"Shin! Apakah kau sungguh bercinta dengannya dan dia di sini sejak semalam?"     

"Hm? Oh, iya. Kenapa?"     

"Kapan dia ada di sini? Setelah aku pergi?"     

"Ya."     

"Dia mendatangimu setelah aku pergi?!" Tak terkira panasnya hati Zhao Qingyi mendengar jawaban Shingo. Aktris itu mendatangi talent dia setelah dia pergi dari tempat ini? Setelah dia usai mengantar pulang Shingo? Sungguh pengambilan kesempatan yang terlalu licik, piker Zhao Qingyi.     

"Koreksi, bukan dia mendatangi aku tapi kami sama-sama masuk ke apartemen ini." Shingo mendongak lagi ke arah asistennya untuk meralat asumsi Zhao Qingyi.     

"Hah?! Aku tak paham …."     

"Aku bertemu dia di kelab malam."     

"HAH?!"     

Akhirnya, Shingo mau tak mau harus membuka kelakuan nakal dia tiap malam usai Zhao Qingyi pergi mengantarnya pulang. Gadis itu mendengarkan pengakuan talent-nya dengan mata terbuka lebar dan wajah tak ingin percaya.     

Bahkan, Shingo juga mengaku bahwa Nana Feng bukan satu-satunya wanita yang dia bawa ke apartemen usai dia pergi dari kelab malam.     

Ada yang berderak hancur di dalam hati Zhao Qingyi. Kejujuran itu memang penting. Kejujuran juga hal yang bagus. Tapi, seringkali kejujuran pun menjadi pusat dari rasa sakit dan kecewa.     

Namun, kejujuran tetaplah kejujuran. Shingo sudah dengan berani menyampaikannya meski karena sudah terdesak oleh tatapan penuh tanya Zhao Qingyi.     

"Kenapa, Yiyi? Apa menurutmu aku salah?" tanya Shingo setelah dia menghabiskan sup wonton di depannya tanpa sisa. Apakah lelaki ini tidak peka?     

Air muka Zhao Qingyi benar-benar mencerminkan rumitnya perasaan dan pikiran dia saat ini. Dia sendiri tak paham kenapa merasakan hal demikian hanya karena mendengar Shingo sudah mengundang wanita ke apartemen untuk menghangatkan ranjang.     

Memang, oleh bosnya, dia diminta untuk dekat dengan Shingo dan kalau bisa membuat lelaki itu jatuh cinta padanya sehingga Shingo tak lagi memiliki keinginan kembali ke Jepang. Waktu itu, Zhao Qingyi merasa dia dijual dengan buruk oleh bosnya. Dia merasa dirugikan.     

Hanya, ketika dia bertemu orang yang harus dia pikat, tidak disangka-sangka orang itu menawan dan sekaligus membuat dia terus merasa penasaran karena kemisteriusannya. Maka, Zhao Qingyi pun bertekad akan benar-benar melaksanakan misi yang diberikan padanya.     

Tapi … orang itu sudah merangkul wanita-wanita lain dan bahkan salah satu aktris utama drama klasik yang dijalani Shingo. Apakah dia harus bersaing dengan seorang aktris? Memangnya sebaik apa dirinya sampai hendak bersaing dengan Nana Feng?     

Nana Feng termasuk salah satu aktris muda yang tengah naik daun dan memiliki banyak penggemar. Dia cantik, menarik, dan memancarkan aura wibawa sekaligus keanggunan yang disukai lawan jenis.     

Lalu, Zhao Qingyi memandang ke dirinya sendiri. Dia hanyalah pekerja di dunia hiburan, hanyalah staff yang bisa dijadikan asisten para artis, dan apalagi dia juga tidak setinggi artis, badannya tidak seindah artis. Dia—     

"Yiyi, kapan kita pergi? Kenapa kau malah melamun?" Suara Shingo menghentikan lamunan Zhao Qingyi.     

"Ohh? Ehh? Um … oke, ohh, kau sudah selesai makan? Ahh, baiklah, sekarang." Zhao Qingyi melirik ke dua wadah di depannya yang sudah kosong. Jika dalam keadaan mood biasanya, gadis itu akan girang setengah mati karena Shingo menghabiskan makanan yang dia beli.     

Tapi … dia tak bisa merasa gembira apapun saat ini meski ada sekelumit rasa lega dan senang karena Shingo menghabiskan sup wonton dan xiao long bao pilihannya.     

Tapi! Tetap saja dia kecewa dan hancur karena Shingo melakukan itu pada wanita lain, dan bukan pada dirinya!     

Bagaimana ini? Apakah dia bisa dikatakan mengalami kegagalan dalam misi yang diberikan bosnya? Tapi, misalkan gagal pun, toh yang utama adalah membuat Shingo betah di Tiongkok. Dan jika aspek dari rasa betah itu adalah wanita yang bisa memuaskan Shingo, bukankah itu termasuk berhasil membuat Shingo bertahan di sini?     

Tapi! Tapi … ada yang terasa sakit di hatinya. Dia belum bisa menerima bahwa itu semua dilakukan wanita lain dan bukan dirinya. Ahh, sepertinya dia butuh kepalanya diguyur air suci agar otaknya bisa lebih jernih dan kembali suci dalam berpikir.     

Kenapa dia malah berharap dia yang ditiduri Shingo?     

Baiklah! Zhao Qingyi pun bertekad untuk bisa menerima ucapan Shingo dan menganggap lelaki itu murni hanyalah talent yang harus dia urusi saja, tidak lebih!     

Kemudian, mereka berdua sudah berada di dalam mobil dan siap meluncur ke rumah seorang stylish untuk mempersiapkan outfit bagi Shingo di drama nantinya. Dia harus diukur agar kostumnya cocok.     

Ketika mereka tiba di rumah besar stylish tersebut, ternyata ada Nana Feng dan seorang aktris pendukung.     

Mata Nana Feng terlihat berbinar sekejap dengan cepat saat bertemu Shingo meski sikapnya tetap tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.