Inevitable Fate [Indonesia]

Rasa Penasaran Nana Feng



Rasa Penasaran Nana Feng

0Ketika sang second lead female mencoba menonton apa yang diperankan Shingo dalam sebuah drama CD di platform Yutub, sekaligus ingin tahu seperti apa suara Shingo ketika menjadi pengisi suara (seiyuu), wajah sang aktris memerah padam karena malu.     
0

Dia sangat tidak menyangka bahwa yang diperankan Shingo adalah drama CD ber-genre hentai, sebuah genre 'spesial' dalam dunia animasi Jepang.     

Karena terkejut dan gugup dengan yang dia dengar, ia segera menekan tombol pause di layar tersebut dan secara kikuk menyerahkannya ke Shingo lagi. "I-Ini …."     

Shingo menerima ponselnya dengan wajah santai seakan tidak terjadi suatu apapun. Ini cukup membuat Nana Feng, sang aktris, menjadi diliputi rasa heran.     

Biasanya, orang akan merasa kikuk dan risih ketika mendengar desahan dan suara sensual, apalagi jika dia sendiri yang menyuarakan itu. Tapi, kenapa Shingo terlihat santai saja?     

Karena penasaran, Nana Feng pun bertanya, "Itu … benar itu suaramu?"     

"Ya, itu benar." Shingo menjawab sambil menatap Nana Feng.     

Sedikit gugup karena ditatap lekat oleh Shingo, Nana Feng malah bertanya, "Ba-Bagaimana bisa kau melakukan itu dan dipublish di platform umum pula?"     

"Hm? Yah, karena itu sebuah pekerjaan dan aku bersikap profesional menjalani pekerjaanku, maka tak ada yang aneh melakukan itu." Shingo menaikkan bahunya dengan cepat dan bersikap santai lagi.     

Tapi, rupanya Nana Feng belum puas. Dia bertanya lagi meski Shingo kini sudah kembali menatap ke naskah di depannya. "Kalian … kalau sedang menjalani proses perekaman … ungghh … yang seperti tadi … apakah … apakah kalian …."     

"Sungguh-sungguh bercinta dengan lawan main, itu maksudmu?" tebak Shingo dengan cepat seakan dia sudah paham akan arah pertanyaan dari Nana Feng.     

"I-Iya, itu yang ingin kutanyakan."     

"Hm, mungkin ada yang begitu."     

"Dan kau …."     

"Aku yang tidak begitu. Aku hanya perlu membayangkan saja adegan itu di kepalaku dan menuangkannya melalui suaraku sesuai dengan naskah."     

"Tapi … ada yang benar-benar melakukannya?"     

"Mungkin. Entahlah, aku tak yakin juga. Yah, mungkin ada di antara mereka gagal menjiwai perannya jika hanya sekedar berdialog biasa saja. Tapi, aku hanya mendengar rumornya saja, tidak pernah tahu secara persisnya."     

Meski Shingo menjawab cukup panjang, namun Nana Feng tidak memperhatikan itu dan masih saja menganggap Shingo belum fasih bahasa mandarin. Aktris itu terlalu terpana akan apa yang dijelaskan Shingo.     

"Ahh, manajerku sudah datang, bye dulu." Shingo melihat kedatangan Zhao Qingyi dan segera bangkit dari duduknya sambil menenteng naskah tebal di tangannya, menghampiri sang manajer merangkap asisten yang meringis lucu.     

"Maaf, ya Shin, macetnya sungguh keterlaluan!" Zhao Qingyi meringis sambil menggaruk belakang kepalanya, terlihat imut.     

"Tak masalah. Ayo pulang." Shingo melangkah lebih dahulu.     

Namun, karena Zhao Qingyi melihat adanya Nana Feng, dia tidak berani mengabaikan aktris tersebut dan membungkuk hormat untuk berpamitan dan pergi mengejar Shingo.     

Kini, tinggallah Nana Feng di kursinya, terhenyak dan masih merasakan jantungnya berdebar-debar. Ia masih teringat akan suara Shingo di drama CD tadi.     

"Ehh? Nana? Kau masih di sini?" Seorang staff melirik ke ruangan yang masih menyala dan melihat Nana Feng duduk di sana.     

"Joya, kemarilah," panggil Nana pada staff perempuan itu.     

Staff bernama Joya pun mendekat ke Nana Feng. "Ada apa?"     

"Kau pernah mendengarkan drama CD?" tanya Nana Feng.     

"Ohh, drama CD? Yang awalnya dari Jepang itu? Tentu saja aku pernah. Itu merupakan salah satu bentuk budaya pop Jepang yang sudah mendunia saat ini. Hanya berisi rekaman suara dalam menggambarkan suatu adegan, kan?" Joya malah menjelaskan mengenai apa itu drama CD. "Yah, aku ini cukup menyukai anime, sehingga aku pastinya pernah mendengar salah satu drama CD dari anime yang aku tonton."     

"Umm, apakah menurutmu para pengisi suaranya menarik untuk didengarkan?" Nana Feng penasaran akan opini staff ini.     

"Ohh, tentu! Sebagai penyuka anime, aku sangat suka suara mereka. Maksudku, para seiyuu, itu sebutan untuk pengisi suara di anime, aahh, dan untuk game juga. Kadang aku main game jenis otome[1], dan … pernah juga eroge[2], uhuk! Yah, aku kan sudah 20 tahun, sudah pantas menikmati hal-hal begitu, kan? He he he …." Joya meringis malu.     

"Ohh, baiklah."     

"Kau tahu, Nana, seiyuu Jepang itu sungguh menggetarkan hati! Apalagi kalau di drama CD, aku sering heboh sendiri saat mendengarkannya. Bahkan kadang aku sampai blushing, merona parah kalau pemeran prianya sedang merayu, hi hi hi!"     

Nana Feng mengangguk-angguk saja tanpa menimpali lagi karena dia bukanlah penggemar anime seperti Joya.     

"Nana, kau belum pulang? Apa Hans tidak menjemput?" tanya Joya.     

"Ohh, dia katanya sedang sibuk pemotretan untuk poster drama terbarunya. Mungkin aku akan pulang sendiri setelah ini." Nana beralasan. Padahal, sebenarnya, dia yang menolak Hans untuk dijemput karena dia sudah bosan dengan lelaki itu.     

"Aku antar, mau?" Joya menawarkan diri.     

"Tidak usah. Aku akan panggil asistenku saja setelah ini." Akhirnya, agar Joya tidak bertanya-tanya hal lainnya, Nana Feng pun berdiri dari kursi dan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi asistennya. Tadinya dia hendak pulang dengan sesama aktris lain, tapi ternyata mereka memiliki acara sendiri-sendiri.     

Tak berapa lama, asisten Nana Feng sudah datang dengan mobil dan membawa si aktris keluar dari tempat itu.     

"Langsung pulang, Nana?"     

"Tidak. Sepertinya aku ingin santai dulu di kelab."     

"Tapi kau harus makan dulu, Nana. Aku antar kau makan malam, kau pasti belum mengisi perutmu sejak siang tadi, kan?"     

"Hm, baiklah. Carikan restoran yang banyak menyajikan salad."     

Lalu, Nana Feng pun merebahkan kepala ke sandaran dengan sikap rileks dan menutup mata, sementara asistennya melajukan mobil ke sebuah restoran.     

Usai makan malam dengan sang asisten, seperti biasa, Nana Feng akan ditegur asistennya karena hanya makan sangat sedikit, itu pun berupa salad dan buah saja.     

"Aku sedang diet agar terlihat bagus di kostum dramaku." Demikian selalu alasan Nana Feng setiap asistennya mengeluh akan diet dia yang terlalu ketat.     

Dunia hiburan selalu penuh persaingan gila. Jika tubuhmu terlihat gemuk walau sedikit saja di kamera, maka kau harus diet sampai nyaris mati agar tidak tergantikan oleh artis lainnya yang lebih kurus.     

Ketika Nana Feng sampai di kelab malam bersama asistennya, dia segera menuju ke lantai 2 dimana ada bilik-bilik yang bisa disewa meski bukan bilik tertutup.     

Namun, ketika kaki Nana Feng hendak menuju ke anak tangga, matanya mendapati adanya sosok yang ia kenali. "Shingo?"     

----------------     

[1] otome game adalah game untuk para perempuan mendapatkan pacar pria di game tersebut. Tokoh-tokoh di game adalah para pria tampan dan menarik yang bisa dipilih melalui jalan cerita.     

Jenis game yang kebalikan dari Otome Game adalah Galge (Gyaru Game), permainan simulasi memilih pacar perempuan, dimana tokoh-tokohnya gadis muda dan imut, dan pemainnya biasanya para lelaki.     

[2] eroge (erotic game) adalah jenis game simulasi berkencan yang menawarkan alur cerita, grafis, karakter dan juga sound effect yang vulgar atau erotis. Ini seperti game simulasi kencan biasa namun alur ceritanya lebih eksplisit dan menjurus pada hubungan intim.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.